Bising deru kendaraan saling sahut menyahut. Suara klakson dari supir angkot yang tidak sabaran. Juga pedagang cangcimen yang menjajakan jualannya dari kendaraan yang satu ke kendaraan yang lain.
Sinar matahari yang mulai menjingga mengiringi dua insan yang tenggelam dalam kesunyiannya masing-masing.
Setelah hampir 20 menit membelah kemacetan ibu kota, motor hitam yang ditunggangi Nath beserta Kaluna di boncengannya berbelok, mengambil jalanan yang lebih lengang.
Beberapa kali Kaluna menengok ke belakang, ingin memastikan jika sebuah motor terus mengikuti mereka berdua.
Kaluna dengan segera menepuk bahu Nath kencang, ketika motor di belakangnya itu semakin menambah kecepatan. Dengan wajah menyeringai dari si pengendara.
"Nath, kayaknya motor di belakang ngikutin kita dari tadi," ucapnya tergesa.
"Shit!" Nath mengumpat ketika melirik kaca spion motornya. "Pegangan, Lun!"
Kaluna sedikit tersentak ketika Nath tiba-tiba meng-gas motornya lebih kencang. Mau tidak mau Kaluna harus berpegangan erat pada Nath.
Menoleh ke belakang, Kaluna semakin panik ketika netra cokelatnya melihat semakin banyak motor yang mengikuti mereka. Sekilas dari penglihatannya, ada 7 motor dengan masing-masing berisi 2 orang di atasnya.
"Nath, mereka semakin banyak! Mereka siapa?" teriak Kaluna panik.
Tanpa menjawab pertanyaannya, Nath justru semakin mempercepat laju motornya. Membuat Kaluna terus memanjatkan doa dengan mata yang sudah terpejam rapat. Takut-takut ia akan berakhir mengenaskan di jalanan sore ini.
Amit-amit! Gue kan belum ketemu Taehyung!
"Woy! Berhenti, lo!"
Kejar-kejaran motor benar-benar terjadi di Jalan Rinjani sore ini. Salah satu motor berhasil menyamai laju motor Nath. Sesekali berusaha menendang body motor yang dikendarai Nath. Beruntung Nath cukup sigap dalam mengendalikan motornya.
"Pepet terus, Bos!"
"Hajar, Ga!"
Tanpa sadar, Kaluna semakin mengeratkan pegangannya pada perut Nath. Tangannya sudah melingkar sempurna pada tubuh kekar itu.
Entah sudah berapa lama aksi kejar-kejaran itu berlangsung. Kaluna membuka matanya ketika motor Nath tiba-tiba berhenti. Tangannya sudah ditarik oleh Nath untuk segera turun. Motor hitamnya ia biarkan berada di balik dinding bangunan kosong.
Berlari mengikuti Nath yang terus menyeretnya, bahkan disaat otaknya belum mampu mencerna apa yang sedang ia lakukan.
Bersama Nath, ia dibawa menyusuri gang kecil yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Dari ujung jalan terdengar suara teriakan yang diiringi oleh deru motor.
Nath membawanya semakin masuk ke dalam gang. Entah akan sampai mana tujuannya. Kaluna sendiri tidak tahu sedang berada di daerah antah berantah mana. Napasnya sudah memburu sejak tadi.
"Nath kita mau kemana? Gue udah gak kuat lari lagi," keluh Kaluna dengan napas setengah-setengah. Sementara Nath belum menghentikan larinya dengan masih menggenggam tangan mungil Kaluna.
Tiba diujung gang, Nath membawa tubuh Kaluna bersembunyi pada halaman rumah yang sepertinya tidak berpenghuni.
"Kita ngapain disini? Mereka sebenernya siapa? Kenapa mereka ngejar kita?" tanya Kaluna bertubi-tubi. Sebenarnya begitu banyak pertanyaan dalam benaknya.
"Sstt!” Nath membekap mulut Kaluna yang terus mengomel. "Jangan berisik! Atau lo mau ditangkap sama mereka?"
Kaluna bergidik ngeri. Membayangkannya saja ia sudah tidak minat. Ia tidak akan rela menjadi tawanan preman jalanan seperti mereka. Tapi kalau preman jalannya seperti Bangtan sih, masih bisa dibicarakan ya. Masalahnya, yang mengejarnya saat ini tidak ada mirip-miripnya sama sekali!
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Date?
Teen FictionNamanya Nath. Eknath Kaviandra Fairez. Badboy-nya SMA Ganesha. Ketua geng Dionysus yang musuhnya dimana-mana. Biang kerusuhan yang hobinya tawuran. Sederet reputasi itu sudah cukup meyakinkan Kaluna untuk tidak berurusan dengan cowok yang identik de...