TRUTH OR DATE | 5

41 5 0
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan angka 11. Namun keramaian di Pinch Cafe milik keluarga Leon belum berkurang sedikitpun, meskipun sudah hampir tengah malam.

Empat cowok yang sedari tadi banyak menarik perhatian kaum hawa baru saja duduk di pojok ruangan yang sudah menjadi tempat khusus mereka jika berada di sini.

"Jadi, bener kalau tadi lo sama Kaluna dikejar sama anak Vagos, Nath?"

Nath dengan hot coffee latte di hadapannya berdehem, menjawab pertanyaan Garvi.

"Terus gimana?"

"Ya gak gimana-gimana. Gue bawa Kaluna kabur, dari pada bahayain dia."

"Sumpah, capek banget gue sama mereka. Gak ada capeknya apa nyari gara-gara terus sama kita?" berang Leon sambil menyesap kopinya.

"Emang bego aja mereka, gampang banget dibego-begoin sama Raka," timpal Garvi.

"Gue si gak ambil pusing sama mereka. Selama mereka gak ngerugiin kita. Musuh kita yang sebenernya kan cuma The Lions," balas Nath yang diangguki oleh ketiga temannya.

Iya, jadi The Lions yang diketuai Raka dari SMA Yudhistira itu memang hobi sekali mengadu domba Dionysus dengan geng lain, supaya mereka membenci Nath dan teman-temannya.

Tapi bagi Nath, musuh yang sebenarnya hanya The Lions. Mereka yang dari awal ia masuk Ganesha selalu mencari masalah dengannya. Entah apa motivasi mereka terus melakukan usaha penyerangan kepada Dionysus. Yang jelas, Nath tidak akan tinggal diam jika mereka sudah berulah.

"Tapi tangan gue udah gatel buat nempeleng muka songong si Arga bodoh itu!" Leon tampak kesal.

"Gas, lah! Sabi kali besok kita nyari perkara sama Vagos," sahut Garvi yang langsung dihadiahi pelototan tajam dari sang ketua.

"Canda elah, Nath. Lemesin dikit kek hidup lo! Kali-kali kita yang nyari masalah duluan kayaknya enak tuh."

"Mau lo gue tendang dari rooftop kafe ini?" kesal Nath.

"Ampun, bos!"

Beberapa menit keempatnya diam dengan pikiran masing-masing. Walaupun sedari tadi Kai juga tidak mengeluarkan suara sama sekali, sih. Kemudian suara notifikasi dari ponsel Nath di atas meja mengalihkan tatapan mereka.

Setelah membaca pesan yang baru saja masuk, Nath mengambil jaket yang disampirkan di belakangnya. Memutar kunci motor dengan jarinya, lalu bersiap pergi dari kafe. Membuat ketiga sahabatnya menatap curiga.

"Kemana, lo?" tanya Garvi dengan mata memicing.

"Stasya," jawab Nath singkat.

"Cewek teross!" cibir Leon yang tidak ditanggapi oleh Nath.

Cowok berjaket kulit hitam itu melenggang menuju motornya, kemudian tancap gas. Tujuannya saat ini menemui seorang gadis yang baru saja mengiriminya pesan, meminta bantuan.

🍁🍁

"Kalunaa!!"

Teriakan itu menggema di ruang kelas 11 IPA 2 yang masih sepi. Naura dan Bella berjalan tergesa menuju Kaluna yang sudah duduk tenang di bangkunya, khusyuk dengan tontonan Run BTS di ponselnya.

"Lo kemaren beneran pulang sama Nath?" tanya Naura menggebu-gebu.

Tadi malam Kaluna memang bilang kepada dua sahabatnya itu. Tapi tidak secara detail. Hanya memberi kabar bahwa ia sudah sampai rumah dengan selamat, dan diantar oleh Nath.

"Bukan cuma pulang sama Nath. Tapi gue dapet bonus spesial, dikejar musuhnya juga!" Kaluna tidak dapat menyembunyikan kekesalannya jika mengingat kejadian kemarin sore.

Truth or Date?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang