"Ntar turunin gue di minimarket depan aja, Bell. Ada yang mau gue beli soalnya."
Kaluna berucap ketika mobil Bella memasuki Jalan Kresna. Saat ini hanya tersisa dirinya bersama Bella dan Naura yang sepertinya tertidur di jok depan. Sementara Alia dan Fani memilih untuk pulang sendiri karena rumah mereka berlawanan arah.
"Ya udah, gue tungguin aja, Lun," jawab Bella.
"Gak usah. Ntar gue jalan kaki aja. Kasihan tuh si Naura, pasti ntar badannya pegel-pegel kelamaan tidur di mobil."
"Yaelah, Naura mah biarin aja, Lun. Dia tidur di pinggir jalan juga tetep nyenyak."
"Gue denger, Bell."
Kaluna dan Bella sontak terbahak mendengar suara Naura. Ternyata gadis itu tidak sepenuhnya tidur. Meskipun kedua matanya masih terpejam.
"Udah, kalian langsung pulang aja. Udah sore juga," ucap Kaluna saat ia akan turun, sebab mobil Bella sudah berhenti di depan minimarket yang ia maksud.
"Ya udah, lo hati-hati pulangnya. Kabarin di grup kalau udah sampai rumah."
Kaluna hanya mengiyakan ucapan Bella, dan segera masuk ke dalam minimarket sebelum hari semakin sore.
Sekitar 15 menit menghabiskan waktu di dalam minimarket, dengan sekantong belanjaan yang mayoritas berupa snack kesukaannya, Kaluna berjalan cepat untuk segera pulang.
Melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 5 sore lebih 10 menit, Kaluna harus mempercepat langkahnya sebelum matahari menghilang. Karena untuk sampai di rumahnya, ia harus melewati Jalan Cendana sepanjang kurang lebih 300 meter yang terbilang sepi, sebelum akhirnya masuk ke komplek perumahannya.
Sesekali Kaluna menoleh ke belakang. Entah hanya perasaannya saja, atau memang benar ada orang yang mengikutinya. Kaluna sudah merasa aneh sejak keluar dari minimarket tadi.
Dan benar saja, tiba-tiba ada enam motor yang sudah berhenti tepat di depannya. Sebelas laki-laki berjaket kulit hitam dengan logo tengkorak kepala itu menghadang jalannya.
Kaluna bersiap untuk putar balik, tapi tangannya sudah lebih dulu dicekal oleh salah satu dari mereka. Seorang cowok dengan anting di telinga kanannya. Well, Kaluna sepertinya pernah melihat cowok ini sebelumnya.
"Jadi ini ceweknya Nath? Lumayan juga," ucap cowok itu dengan mengamati wajah Kaluna.
Sepersekian detik, Kaluna menghembuskan napasnya. Lagi-lagi ini berhubungan dengan Nath. Rasanya dunia Kaluna benar-benar jungkir balik semenjak ia berurusan dengan Nath.
"Well, sayangnya lo salah orang. Gue bukan dan gak akan pernah jadi pacar Nath," balas Kaluna tenang. "Jadi, bisa gue pergi sekarang?"
Cowok beranting itu tertawa pelan, "Dan sayangnya gue gak percaya, cantik."
Kaluna mendengus keras ketika tangannya semakin ditarik oleh cowok itu. Ia dipaksa untuk berjalan mengikuti mereka.
"Lo budeg, hah?! Udah gue bilang, gue bukan pacar Nath!"
"Lepas, brengsek!"
"Kalau lo gak lepasin gue, gue bakal panggil tujuh abang gue! Lepas!"
Teriakan Kaluna semakin keras, berharap akan ada orang yang mendengar dan menolongnya. Sayangnya jalanan yang sepi dan suasana yang sudah semakin sore, membuat Kaluna sedikit pesimis suaranya akan terdengar.
"Teriak aja yang kenceng! Sampai cowok kesayangan lo itu dateng kesini!"
Susah payah Kaluna menahan tubuhnya untuk tidak melangkah ke arah mereka. Tapi tenaganya tidak ada bandingannya dengan cowok itu. Ia terus memberontak, berusaha melepaskan cekalan pada tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Date?
Novela JuvenilNamanya Nath. Eknath Kaviandra Fairez. Badboy-nya SMA Ganesha. Ketua geng Dionysus yang musuhnya dimana-mana. Biang kerusuhan yang hobinya tawuran. Sederet reputasi itu sudah cukup meyakinkan Kaluna untuk tidak berurusan dengan cowok yang identik de...