Embun masih membasahi tanaman di pinggir lapangan pada pukul setengah tujuh pagi ini. Aroma petrikor masih segar menguar sisa hujan semalam. Aroma favorit Kaluna pada saat hampir penghujung tahun seperti ini.
Gadis dengan seragam putih abu-abu berlapis sweater hitam itu berjalan menyusuri lorong IPA seorang diri. Sesekali ia membalas sapaan dari teman-teman yang ia kenal.
Kaluna bukanlah sosok most wanted girl di SMA Ganesha. Namun karena sikapnya yang friendly membuatnya banyak disukai oleh teman-temannya. Tak terkecuali barisan kaum adam yang berjejer di tepi dinding pembatas lantai 2 yang Kaluna lewati saat ini.
"Pagi, Kaluna."
"Sendirian, Lun?"
"Lun, titip salam buat Bella, ya."
Sapaan-sapaan itu Kaluna tanggapi dengan senyum ramahnya. Sesekali ia menjawab jika memang diperlukan. Langkahnya terus melaju menuju kelas 11 IPA 2 sambil berbalas pesan dengan kedua sahabatnya.
Namun sepasang sepatu yang hanya berjarak satu langkah di hadapannya membuat Kaluna mengangkat wajah, dan menemukan Nath yang sudah berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantong celana.
"Lo ngehalangin jalan gue," ucap Kaluna dengan menatap netra cokelat kopi di depannya. Namun bukannya menggeser tubuhnya, Nath justru ikut menatap dalam netra Kaluna.
"Gue perlu ngomong sesuatu sama lo. Masih ada waktu tiga puluh menit sebelum bel masuk," balas Nath setelah melirik jam tangan hitamnya.
"Sorry, gue gak bisa." Kaluna menjawab cepat.
Bukannya apa-apa. Ia hanya tidak ingin kejadian kemarin terulang lagi. Bisa saja musuh Nath memiliki mata-mata yang dengan mudah menangkap keberadaan dirinya bersama dengan ketua Dionysus itu. Bisa-bisa mereka semakin yakin bahwa dirinya dengan Nath memang memiliki hubungan. Berdekatan dengan Nath secara tidak langsung membawa dirinya menuju bahaya yang lain.
Nath mendesah frustrasi. "Ini penting, Lun. Menyangkut keselamatan lo juga," sanggahnya.
"Justru karena menyangkut keselamatan gue, makanya gue gak mau berurusan lagi sama lo, Nath!"
Kaluna sudah akan melewati tubuh Nath, namun tangan kekar itu menahannya. Mau tidak mau Kaluna berhenti dan menatap kesal pada cowok itu.
"Nath, please! Cukup kemarin jadi yang terakhir. Gue gak mau lagi dibawa-bawa ke dalam masalah lo sama musuh-musuh lo itu!"
"Lun, tolong dengerin gue dulu!"
Kaluna yang mulai merasa risih karena banyak pasang mata yang kini terlihat penasaran dengan perdebatan keduanya, memilih segera berlalu dari hadapan Nath.
"Sepuluh menit atau gak sama sekali."
Setelah itu Kaluna mengganti tujuan awalnya menuju taman belakang sekolah. Sebuah tempat yang jarang dikunjungi oleh siswa Ganesha.
Masih dengan raut yang tidak bersahabat, Kaluna melipat kedua tangannya di depan dada. Menanti Nath untuk segera mengatakan keperluannya.
"Buruan ngomong! Selain musuh-musuh lo, gue juga gak mau kalau harus berurusan sama cewek lo," ucap Kaluna ketika Nath sudah berada di hadapannya.
Luka-luka di wajah Nath masih jelas terlihat. Namun harus Kaluna akui, itu tidak mengurangi ketampanan ketua Dionysus itu.
Nath menghela napas sebelum mengeluarkan suaranya.
"Kaluna, mulai sekarang, gue minta lo untuk selalu dalam pantauan gue. Gue-"
"Hah?"
"Dengerin gue sampai selesai dulu, bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Truth or Date?
Teen FictionNamanya Nath. Eknath Kaviandra Fairez. Badboy-nya SMA Ganesha. Ketua geng Dionysus yang musuhnya dimana-mana. Biang kerusuhan yang hobinya tawuran. Sederet reputasi itu sudah cukup meyakinkan Kaluna untuk tidak berurusan dengan cowok yang identik de...