03

9.1K 911 67
                                    

Pagi ini, keluarga Jeno nampak menikmati sarapan dengan tenang. Denting benda berbahan keramik mengisi sepinya ruang makan. Jisung sesekali melirik kearah sang Papa yang nampak pucat pagi ini.

Wajahnya nampak turun dan sedikit lemas. Dan juga nampak tak bernafsu menyantap sarapannya. Lalu ia menoleh kearah sang Daddy yang nampak lahap menikmati sarapannya.

“Dad” Panggil Jisung, pria itu menoleh mendengar suara berat putranya.

“Papa sakit” Ucap Jisung menguat Jaemin tersentak kaget, bibirnya menggembung karena ia berhenti mengunyah makanannya, bola matanya bergerak menatap suami dan putranya bergantian.

Apakah dua dominan itu menangkap gelagatnya pagi ini? Dia menyembunyikan mualnya tak ingin Jeno dan Jisung tahu sebelum ia bisa memastikan sendiri apa yang menjadi ketakutannya.

“Sayang, wajahmu pucat” Ucap Jeno saat dia melihat wajah suaminya nampak tak berseri seperti biasanya. Ia letakkan garpu dan pisau disebelah piring lalu mendekat kearah Jaemin, meletakkan telapak tangannya pada kening sang suami.

“Kau mau ke rumah sakit? Ayo bersiap biar ku antar” Ajak Jeno.

“Ah, ti-tidak. Aku hanya kelelahan. Aku akan pergi sendiri nanti. Kau bersiaplah untuk meeting” Tolak Jaemin dengan senyum getir, dia mendorong kecil tubuh suaminya untuk kembali duduk dan melempar senyum canggung kearah sang putra.

“Papa...” Lirih Jisung khawatir

“Papa tidak apa-apa. Cepatlah, kau juga harus berangkat ke kampus” Sahut Jaemin kembali menyantap sarapannya.

“Aku selesai” Ucap Jeno seraya membersihkan mulutnya dengan sapu tangan, setelah meneguk air mineralnya ia beranjak dari kursi.

“Kau jangan lupa cek ke rumah sakit sayang. Maaf aku tak bisa mengantarmu. Aku ada meeting penting, kabari aku kondisimu setelah dari rumah sakit” Tutur Jeno, satu tangannya menyelinap dibalik rambut Jaemin dan mengacak Surai suaminya.

Jisung menunduk dengan senyum malu saat Jeno mengecup bibir suaminya yang dibalas senyuman oleh Jaemin. Sang Papa tersenyum setelah Jeno pergi, melihat wajah putranya yang sedikit memerah.

“Kenapa uhm?” Tanya Jaemin

“Tidak. Kalian menggemaskan. Aku ingin tetap seperti itu dengan Chenle nanti” Tuturnya dengan senyum.

“Kau begitu mencintai Chenle uhm?” Tanya Jaemin membuat Jisung mengangguk dengan senyum malu.

“Selesaikan studimu dan bekerjalah. Waktumu masih panjang” Nasihat Jaemin yang dibalas anggukan oleh Jisung. Setelahnya mereka berdua kembali melanjutkan sarapan.

Jisung pamit lebih dulu karena ingin menjemput kekasihnya. Dan selepas kepergian putranya, Jaemin dengan cepat berlari menuju kamar mandi seraya membekap mulutnya membuat para maid yang berjaga di ruang makan menganga kaget mendengar Tuan rumah mereka mual pagi ini.

Setelah memastikan bahwa mualnya mereda, Jaemin mengganti baju dan memutuskan untuk memeriksakan diri. Dia turun dari lantai atas rumah mewahnya yang bak istana menuju teras. Disana sudah siap sedia mobilnya beserta supir yang akan mengantarnya.

Jaemin diam didalam mobil menunggu tiba di rumah sakit. Ia bawa kepalanya bersandar dengan mata terpejam.

Bagaimana jika dia hamil?
Dia tak siap menerima perlakuan Jeno, melihat reaksi suaminya yang meluap-luap. Bukan karena dia takut. Tapi dia jengah bertengkar dan di pukuli. Jeno kian kasar dari hari ke hari. Dia hanya ingin menjalani hidupnya dengan tenang, maka ia biarkan Jeno bermain diluar sana selama itu tak menganggunya. Selama Jisung melihat rumah tangganya baik-baik saja. Selama putra mereka percaya bahwa Daddy dan Papanya saling mencintai.

BE STRONG [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang