BONUS CHAPTER

14K 1.1K 120
                                    

Netra coklat nan berbinar milik pria Leo itu tampak indah lewat pantulan kaca. Bibirnya tak tampak melengkungkan senyum, justru wajah teganglah yang terpancar saat ini.

Dia tersentak saat merasakan tepukan tangan besar sang putra pada pundaknya. Pria jangkung bermata sipit itu melempar senyum dari pantulan kaca yang dibalas oleh sang Papa.

“Papa yakin sudah siap?” Tanya Jisung, butuh beberapa detik bagi Jaemin untuk menjawab, itu pun hanya anggukan kepala.

Ia rapikan lagi setelannya yang tampak formal pagi ini di tengah ruangan bernuansa putih dengan bunga mawar putih menghiasi sudutnya. Setelahnya ia beranjak.

Dia berbalik menatap lagi putra jangkungnya yang sama rapinya dengan dia pagi ini, tampak rona-rona kebahagiaan diwajah pria jangkung itu membuat Jaemin terlihat lebih bahagia.

Dia genggam tangan sang putra lalu keduanya melangkah keluar dari ruangan itu. Selama menyusuri koridor, Jaemin tak melunturkan senyumnya, sementara Jisung terus menepuk punggung tangan Jaemin yang menggandeng lengannya.

Akhirnya keduanya tiba saat pintu gerbang berwarna hitam terbuka.

Ada sebuah aula dengan altar didepan mereka, sudah ada beberapa undangan disana. Jisung menoleh kearah sang Papa dengan senyum, satu tangannya mengusap punggung tangan Jaemin yang menggandeng lengannya seraya mengangguk seolah meyakinkan sang Papa.

Jaemin mulai melepaskan genggaman tangannya dan membiarkan sang putra berjalan sendiri menuju altar sementara Jaemin menuju kursi wali di mana ada Haechan di sisi kirinya.

Sahabatnya itu menoleh kearah Jaemin lalu memutuskan untuk berpindah, dia duduk disamping Jaemin dan mengusap pundak pria itu, Jaemin lemparkan sebuah senyuman getir.

“Kau tak apa?” Tanya Haechan

“Aku sudah sangat siap” Balas Jaemin.

Jisung langsung menundukkan kepalanya saat pintu kembali terbuka.

Bukan Chenle.

Tapi Jeno.

Seluruh undangan menoleh ke belakang saat melihat Jeno datang termasuk Haechan. Dia melihat kearah Jaemin yang tertunduk seolah tahu bahwa apa yang paling ia takutkan telah datang.

Haechan kemudian beranjak dari duduknya saat melihat Jeno datang dengan pakaian formal dan rapi melangkah dari pinggir aula untuk menempati kursi orang tua pengantin.

Dari kejauhan lima meter, Jeno sudah menangkap wajah mantan suaminya yang tak pernah berubah. Kerinduan langsung menyelimuti Jeno, membuat tubuhnya gemetar saat ia berjalan mendekati mantan suaminya.

Sedangkan Jaemin, masih tertunduk berusaha menenangkan dirinya sendiri yang entah mengapa bergemuruh. Jisung tampak iba melihat sang papa yang jelas sekuat tenaga meredam perasaannya.

Beberapa detik diam, dia putuskan mengangkat kepalanya dan saat itu Jeno berjalan melintasi dirinya untuk kemudian duduk disampingnya.

Keduanya langsung nampak canggung, mereka tak saling tatap untuk beberapa saat. Jeno menoleh kearah sang putra yang nampak gagah dan tampan dengan balutan jas pengantin.

Jaemin mendekhem sekali, sulit baginya untuk menahan perasaan ini. Dan Jeno yang mendengar itu langsung menoleh dengan takut-takut.

“Lama tak bertemu, Jaemin” Sapa Jeno dengan suaranya yang parau, Jaemin hanya menoleh sekilas dengan senyum tipis.

“Kapan kau keluar?” Tanya Jaemin.

“Minggu lalu” Jawab Jeno.

“Aku berterima kasih karena Jisung masih memintaku duduk disini sebagai Wali dari pihak dominan” Ucap Jeno lirih.

BE STRONG [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang