12

6.9K 804 72
                                    

"Kau mau ikut ke kelas?"

Ino menunjuk rombongan siswi yang akan ke kelas dengan ibu jari mengarah ke belakang, usai bertanya pada Sakura.

Sakura menggeleng pelan, terdapat beragam makanan di dalam dekapan tangan mungilnya. "Tidak, aku harus berbicara dengan-nya."

Ino memutar mata, sedikit jengkel saat tahu sahabatnya membicarakan siapa. Ino tahu ini mengarah ke perbucinan.

"Baiklah aku duluan, bye Saku!" Ino melambaikan tangan dan menyusul Tenten juga Shion ke kelas.

Sampai Ino berlari ke arah teman-teman yang lain, Sakura masih melihatnya sambil tersenyum. Terdapat beberapa makanan di kedua tangan, tidak membuat Sakura leluasa untuk balas melambai.

Kedua kakinya tidak bisa berdiri lebih lama lagi, Sakura duduk di bangku tunggu, menunggu Sasuke dan tim basket lain keluar dari ruangan wali kelas mereka, Kakashi. Tim sekolah memenangkan kembali sebuah piala, Sakura senang dengan prestasi yang Sasuke ciptakan, dia ingin mengatakan langsung, juga... Hal lainnya.

"Coklatnya lebih dari sepuluh," ucap Sakura, menghitung semua coklat di tangannya, ada bunga, coklat juga hadiah lainnya untuk Sasuke.

"Berat."

Ada suara bernada lebih rendah dari atas kepalanya. Sakura mendongak melihat sosok yang memiliki suara tersebut.

Sasuke masih memakai Jersey, ada bandana di dahinya, wajah Sasuke terlalu dekat, belahan rambut juga terlihat, Sakura takut Sasuke bisa mencium bau permen dari mulutnya.

"Itu berat."

Tersadar Sasuke mengomentari semua hadiah yang dia bawah. Sakura menggeleng perlahan. "Tidak, ini tidak berat sama sekali," bohongnya.

Kaki Sakura saling melilit di bawah bangku tunggu, tidak berani menatap Sasuke, bahaya jika ketahuan berbohong, dia baru saja berniat berani tetapi kembali takut sekarang.

"Kenapa kau membawanya?" Sasuke mengambil sebagian coklat dan bunga dipangkuan Sakura. Memperhatikan gerak-gerik emerald itu yang tidak tentu arah.

"Kau tidak perlu melakukan ini," ucapnya lagi tanpa nada. Sakura tidak perlu menjadi pelantara hadiah siswi-siswi lain.

Sakura menyengir, beberapa anak rambut menutupi sekitar mata, mengganggu. "Mereka repot-repot membawakanmu makanan, bunga dan jam tangan, aku tidak tega menolaknya."

Siswi sekolah lain tahu Sakura akan bertemu Sasuke, mereka menitipkannya dan Sakura menyanggupi. Hadiah itu bagus-bagus, beberapa juga memiliki kartu ucapan yang bisa saja ditulis dari hati. Sakura menghargai kerja keras mereka untuk Sasuke.

Sasuke memandangi Sakura.

Sisi Sakura yang ini terlalu baik. Sasuke tidak bisa marah, dia menyingkirkan beberapa anak rambut yang menghalangi mata Sakura, beberapa keringat di sekitar rambut itu, Sakura kelelahan.

"Coklatnya tidak perlu kau buang," ucap Sakura, spontan memejamkan mata. Sasuke mengambil sebagian makanan yang ada padanya, berniat mengurangi berat yang Sakura bawa, tetapi Sakura mengkhawatirkan nasib dari makanan itu.

"Aku tidak menyukai coklat."

"Aku tahu." Sakura berdiri. Degup jantungnya tetap sama, selalu tidak terkendali jika di dekat Sasuke. "Tapi kau tidak perlu membuangnya ya?"

Ada kilatan diiris hijau dalam tatapan memohon itu, salah-satu upaya membujuknya.

Sasuke mengembuskan napas. "Berikan semuanya."

"Aku akan beri, tapi jangan membuangnya." Sakura memberikan penawaran. Dia memeluk erat yang masih tersisa, menganggap itu harta karun. Tidak akan memberikannya jika Sasuke tidak menyetujui syarat.

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang