11

7.7K 840 62
                                    

Dia bukan orang yang anti mengumpat, Sakura bukan juga anak yang tidak tahu apa-apa, jadi tidak ada larangan untuk tidak mengeluarkan isi bantal dan memaki-maki pada benda mati itu.

Gila. Sakura sebenarnya kenapa? Kenapa dunia sesempit ini, bahkan untuk percintaannya. Sasuke mengenal Gaara, itu keberuntungan atau sebaliknya. Sakura ingin jatuh sakit saja.

Dia jadi teringat kata-kata Gaara tadi saat dia bertanya. Kata-kata itu terdengar simpel tetapi membunuh Sakura. Otaknya mulai merangkai sebagian kemungkinan, apa teman-teman Sasuke di kelas memanggilnya karena ini? Dan bisa jadi perubahan sikap Sasuke di kelas juga karena ini?

Sakura bodoh. Makinya dalam hati. Tidak bisa tenang.

Setengah isi bantal sudah keluar. Biasanya Sakura membutuhkan gunting untuk mengeluarkan isinya, tetapi kali ini tidak, dengan tenaganya sendiri isi bantal keluar.

Sakura mendesah frustasi, berbaring tidak tentu arah di atas kasur. Percakapan dengan Gaara hampar, Gaara cukup banyak berbicara saat di motor, hanya saja salahnya ada pada Sakura. Dia tidak menanggapi dan memberikan jawaban yang baik pada Gaara.

Mood-nya sudah tidak bagus, Sakura terlalu kepikiran hingga melupakan apa saja obrolan dengan Gaara tadi, tiba-tiba sudah di rumah.

Tiga puluh persen nyawanya masih ada di sekolah.

Kaki jenjang itu bergerak asal di atas kasur, tidak teratur, sama sekali tidak menyangkal bahwa dia salah tingkah akan banyak momen.

Sakura terlalu asik, dia tanpa sadar terjatuh dari atas kasur saat berguling-guling, lupa jika tidak semua tempat di kamar ini adalah kasurnya.

"Aduh." Sakura mengusap tulang belakang beberapa kali, nyeri sedikit terasa di sana walau lantai sudah dialasi dengan permadani kecil.

Ponsel yang ada di atas kasur berbunyi, ada telepon masuk, Sakura tidak fokus dia langsung angkat begitu melihat ada panggilan tanpa mengecek siapa peneleponnya setelah menggapai benda tipis itu.

"Aku tidak menyangka kau akan mengangkatnya dengan keadaan begitu."

Sakura menoleh menatap ponsel. Wajah porselen itu terlihat bingung pada awalnya hingga berubah menjadi terkejut karena tampilan layar yang ternyata terdapat Gaara.

"Kau bukan meneleponku?" Sakura terkejut, dia refleks bangun dari permadani. Memperbaiki rambut depan yang berantakan.

Gaara terkekeh, tingkah laku Sakura menghiburnya. "Kau tidak lihat aku melakukan video call denganmu?"

"Aku tidak tahu..." Sakura melihat ke arah bantal yang mengenaskan karena ulahnya. Dia sedikit meringis, rasa bersalah timbul dalam waktu cepat.

"Kau langsung mengangkat panggilan ini begitu saja?"

"Ya," jawab Sakura. Sedikit malu karena Gaara melihatnya dalam keadaan kacau barusan, rambut berantakan, juga mengangkat panggilan dari bawah kasur, terlihat jelas dia baru terjatuh.

"Apa biasanya kau memang to the points begini?" tanya Gaara.

"Apa?" Sakura berkedip pelan, dia berangsur naik ke atas kasur, tergesa-gesa. "Ah, tidak. Aku biasanya banyak berbicara, hanya saja kali ini sedikit tidak mood."

Sakura memilih mengakui. Entah kenapa otak dan hatinya sinkron tidak mau susah-susah mencari topik.

"Apa Sasuke selalu memulai pembicaraan lebih dahulu?"

Nama seseorang disebut. Untuk alasan hanya ingin tahu tahu atau sekedar bertanya, Sakura tetap akan menjawab yang seadanya.

"Tidak, kebanyakan aku yang mencari pembicaraan." Sakura bersandar pada kepala ranjang, sesekali mengatur pencerahan ponsel.

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang