16

5.6K 665 24
                                    

Sakura, buka pintunya

Imouto manisku ayo buka

Sakiii, aku lelah

Sakuraa

Lima panggilan tidak terjawab dari Sasori-nii.

Sakura menatap ponsel tiga detik dan kembali memandang iPad sembari mengemil makanan ringan. Dia baru mulai bermain sebuah game, pandangan lelah yang sebelumnya Sakura berikan pada ponsel kini terganti dengan kilatan semangat, menyambut game baru yang diunduh di iPad.

Lebih dari dua puluh menit Sakura tetap di posisi yang sama, berbaring di kamar dengan telungkup, dia merenggangkan otot-otot lengan beberapa saat dan kembali melihat ponsel yang tidak lagi menyala, lima menit belakang ini.

Apa Sasori menyerah? Sakura tidak yakin kakaknya pergi begitu saja.

Kau menyerah? Baru saja aku ingin turun ke bawah membukakan pintu rumah.

Ketik Sakura mengirim pesan. Posisi ponsel yang di bawah dagu, membuat Sakura memperhatikan kapan terakhir Sasori online, tidak sampai semenit Sasori sudah kembali online, dia membaca pesan Sakura dan tertulis: sedang mengetik.

Sakura memakan keripik, santai. Menunggu respon Sasori. Sakura kesal karena kebohongan Sasori, tetapi dia tidak bisa membiarkan Sasori terus di luar rumah hingga pukul satu pagi lewat.

Bukaaa

Sakura, cepat kemari

Mengembuskan napas, Sakura bangkit dari kasur, lesu. Terlalu malas ke lantai bawah dan membukakan pintu rumah. Kalau saja hati nuraninya mati karena ulah Sasori, Sakura pasti tidak sudi membukakan pintu.

Sebelum turun ke lantai dasar, Sakura pergi ke arah dapur mengambil air hangat yang sudah disiapkan beserta obat. Sasori flu dan nekat keluar malam hingga pulang jam dua belas lewat, kekesalan Sakura bertambah karena ini.

Sakura meraih knop pintu lantai dasar. Pintu terbuka menampilkan sosok yang Sakura tunggu-tunggu dari jam sepuluh tadi.

"Masuk." Sakura membuka pintu lebar-lebar, dia menunjuk kaki Sasori, menyuruh Sasori membuka alas kaki terlebih dahulu.

Sasori melakukannya, tidak berniat memancing kemarahan Sakura untuk kedua kalinya.

"Duduk." Sakura menaruh air dan obat di atas meja, menyuruh Sasori duduk dan telaten membuka obat.

"Aku tidak flu lagi, Imouto." Sasori sudah menjelaskan tetapi Sakura masih menyodorkan obat.

"Aku akan percaya kalau kau pulang dari tadi." Sakura memaksa Sasori memegang obat, dia duduk di bawah, membiarkan Sasori duduk di sofa.

"Aku akan pulang dari tadi, kalau kau tidak mengancam di chat." Sasori menelan obat tanpa air, berbicara jujur.

"Karena aku mengancam kau tidak mau pulang dari tadi Sasori-nii?" Sakura menatap Sasori tidak percaya. "Aku hanya bilang akan memarahimu saat kau pulang, kenapa kau malah pulang larut malam?"

Sakura berdecak pinggang emosi. Jadi Sasori pulang malam karena takut dimarahi? Sakura tidak bisa berpikir alasannya sampai sana.

Sasori meminum air hangat gugup. Hampir tumpah karena tangannya gemetar. "Aku berniat pulang jam sebelas, tapi kau mengancam di chat, jadi aku pulang lama. kau belum tidur rupanya, pintu rumah juga kau ganti password."

Sakura mengembuskan napas tidak lupa emerald itu memutar bosan. "Bagaimana aku bisa tidur sendiri di rumah kalau kau saja belum pulang Sasori-nii? Karena kau pulang lama, aku tidak berniat membukakan pintu tadi."

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang