14

6.2K 743 41
                                    

"Bukankah sudah kukatakan, Hinata dari kelas sebelah mempunyai hubungan dengan Naruto?"

Sakura menutup telinga spontan kala Ino kemukakan pernyataan di Kantin dengan semangat empat lima. Rasanya Sakura perlu membeli penyumbat telinga seperti yang dibeli plankton untuk mendengar suara Squidward.

"Kecilkan suaramu," tegur Sakura, hampir telat menegur karena jeda yang lama.

"Dengar Jidat, mereka punya hubungan katanya juga Naruto ingin menembak Hinata, sedangkan kau?" Tatapan Ino menilai. "Tidak jelas," lanjutnya.

Sakura tidak diserang secara fisik tetapi ada pukulan telak yang sampai padanya. Ino yang mendumel bisa cosplay jadi apapun itu mengerikan.

"Aku tidak begitu." Sakura mengecilkan suara, melihat sekeliling memastikan tidak ada Sasuke dan teman-temannya di sini.

"Kenyataannya begitu, kau begitu Jidat." Ino mulai berbicara cepat. "Dua hari lalu aku melihat kalian ke kelas bersama dengan memakai kacamata dan semenjak itu kalian saling melirik di kelas. Demi gelang emasku Sakura. Kau tidak punya hubungan dengan Sasuke?"

Ino menuntut jawaban, tatapan mata mengatakan segalanya. Sakura malas membahasnya, dia mengembuskan napas panjang, sudah lima kali Ino menanyakan ini.

"Aku bukan kekasihnya," konfirmasi Sakura pelan--keenam kalinya.

"Kenapa?" Ino penasaran, sampai sekarang dia tidak paham. "Aku tidak mengerti bagaimana cara berpikirmu dengan Sasuke."

Win Vs Lose.

Sakura merunduk pelan, pusing. Ada sesuatu yang berat di belakang punggung saat Ino mengatakan sesuatu. Kekalahan di depan mata. Sakura bingung menjawab bagaimana.

"Jalani saja." Sakura menggigit kentang goreng di tangan, menatap kentang itu lama-lama--kentang lebih menarik dari pada nona Yamanaka.

Sakura tidak bisa mengutarakan, tetapi dia memang tidak ingin membahas tentang ini, untuk sekarang.

"Jalani bagaimana? Memangnya kau tidak mau yang pasti?" Ino tidak pernah bertemu perempuan seaneh Sakura. "Hanya teman?" tanyanya lagi, menelisik.

Teman? Sakura menatap Ino lurus, meski alis Ino tertekuk ingin jawaban, Sakura masih menatap dengan gerakan bibir menipis, mengunyah kembali sisa kentang di mulut.

"Aku bukan teman dengannya..."

"Jadi apa?" Ino menjatuhkan kepala dalam-dalam nyaris mengenai meja kantin. Sakura terkejut dia tidak mengkhawatirkan wajah Ino tetapi kentang yang telah dipesan.

Sakura memiringkan kepala ke kanan, mencoba melihat wajah Ino yang masih merunduk dalam. "Kau kenapa pig?"

"Bukan apa-apa." Tangan Ino dibawah meja meraih ponsel tanpa mengangkat kepala. Sakura berpikir sejenak, jika Ino terus diposisi seperti itu, rambut ponytail yang sudah tertata rapi akan berantakan.

"Kau menghubungi siapa?" tanya Sakura.

"Tenten, aku lelah berbicara denganmu," ungkapnya jujur. Ponselnya melakukan panggilan pada Tenten.

"Aku akan ke kelas lebih dulu." Ino berdiri perlahan. "Bayar makannya jangan lupa Sakura."

"Tapi kau yang memesan soda dan kentang?" Sakura mengernyit.

Ino menjentikkan jari. "Ya, dan hanya kau yang menghabiskannya."

Tiga kentang goreng habis dengan Sakura. Sakura cemberut, kenapa dia kebablasan?

"Baiklah, bilang pada Tenten besok tidak perlu memalsukan izin dan berkata ada acara keluarga." Sakura tersenyum simpul. Mengingat catatan bolos dan izin Tenten yang banyak, Sakura mengkhawatirkannya.

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang