1

17.9K 1K 104
                                    

Apa semudah itu melupakan sesuatu yang penting? Jawabannya tidak. Iya, itu jawaban Sakura pada dirinya. Sakura termaksud sosok yang susah melupakan hal penting dalam hidupnya, mau apapun itu dan Sakura rasa semua orang setuju dengannya.

Hari ini adalah hari yang penting. Sekolah mengadakan acara perlombaan antar kelas, mereka--siswa siswi mengikuti dengan arahan. Sebagai siswa akhir tahun ini, Sakura turut serta sebagai panitia, meramaikan acara dengan susunan acara.

Duduk di salah-satu pinggir lapangan menatap para laki-laki melakukan olahraga basket dengan ricuh antar kelas. Kelasnya dan kelas sebelah. Sakura tidak duduk sendiri, dia ditemani Ino dan Tenten di sini.

"Gila, kurasa kelas kita akan menang lagi kali ini," seru Ino heboh seperti biasa.

"Kau yakin sekali." Sakura juga seperti biasa. Celutuk asal menimpali ucapan Ino.

Ino mendengus, rambut ponytailnya sedikit tidak rapi karena Ino baru saja mengikuti cherleader beberapa saat lalu.

"Tentu saja kelas kita akan menang. Kau lupa, kelas kita gudangnya badboy berbakat," jelas Ino bangga akan kelasnya.

"Kurasa Ino benar. Sasuke, Sai, Naruto, Neji, dan Shikamaru. Mereka tidak bisa diremehkan Sakura," sahut Tenten kali ini tepat berada di pihak Ino.

Sakura memutar mata mendengar nama-nama siswa itu di sebut. Well, Sakura tahu, kepopuleran mereka bukan sebatas angin lewat. Itu terus melambung tinggi sampai ke beberapa sekolah lain di Tokyo. Pesona para anak pembisnis besar sangat kuat, tidak heran banyak perempuan menyukai atau tergila-gila dengan kelompok siswa itu.

"Aku harap kelas sebelah yang menang," gumam Sakura, untungnya Ino tidak mendengar karena saat itu juga Sai mencetak angka. Dan suasana ricuh kembali di tribun.

Sakura memandang ke depan, menatap bagaimana Sasuke bermain. Uchiha Sasuke, ikut melakukan gerakan yang mencetak angka, sorakan lagi-lagi terdengar, kini lebih ramai dengan suara fans Sasuke yang berjibun. Sasuke tersenyum mendekati teman-temannya dan bertos ria. Mereka menang dan doa Sakura tidak dikabulkan.

Sakura juga melihat sosok lain di pinggir tribun ujung. Uzumaki Karin. Membawa minum dan handuk kecil, Sasuke mendekatinya dan menerima minum juga handuk tersebut. Interaksi Karin antar siswa di kelas bukan hal yang jarang. Karin paling aktif bermain dengan para laki-laki dari pada perempuan. Dan di satu sisi tindakan lain muncul, Sasuke menyentuh rambut Karin, mengacak-acak nya.

Di detik itu, Sakura mengembuskan napas panjang.

...

"Bukankah seharusnya kau membayarku lima dollar Sakura?" Ino tidak lupa. Dia menagih Sakura dengan prilaku senang membayangkan akan mendapat uang.

Sakura baru saja menyusun buku di dalam tas. Suara kelompok siswa di belakang sangat keras ditambah suara Ino yang menagih. Pusing Sakura semakin menjadi-jadi.

"Ku dengar ada yang menyebut lima dollar. Kenapa barbie?"

Entah sejak kapan Sai ada tepat di belakang bangku Sakura. Di samping kanan, tanpa izin satu siku Sai ada di bahu kanan Sakura, bertumpu seenak jidatnya.

"Sakura taruhan denganku," ucap Ino malu-malu. Sakura selalu bilang pada Ino, rona merah di pipi Ino saat Sai memanggil dengan sebutan Barbie selalu kontras, dan Ino berjanji tidak akan tersipu malu lagi. Tapi lihat sekarang. Ronanya muncul lagi. Sakura jengah menasehatinya.

"Taruhan? Taruhan apa?"

Sakura merasa cuma Sai yang ikut bergabung dalam percakapan unfaedah ini. Tapi ternyata Naruto juga penasaran. Tidak ada yang memberitahu Sakura bahwa semua geng siswa terkenal ini ada di belakangnya dengan jarak radius terdekat. Sakura tidak bodoh, dia peka sendiri. Dari samping bahkan dia bisa melihat semuanya berada di belakangnya. Garis bawahi, semuanya.

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang