3

8K 930 78
                                    

"Kau jangan marah Jidat."

"Benar, aku tidak tahu kalau kau masih ingin memendam perasaanmu," sahut Tenten.

"Ini salah Tenten yang memberitahu kau suka dengan Sasuke, bukan aku. Jangan marah padaku, jidat," bujuk Ino.

Sakura mengembuskan napas melihat kedua sahabatnya membahas kejadian kemarin. Tenten dan Ino terus membujuk dengan rayuan dan makanan dari kantin. Sakura mendiami mereka sejak tadi pagi, pesan di grup chat mereka juga di read oleh Sakura dari semalam.

"Jangan dibahas," ucap Sakura, enggan berbicara lebih lanjut. Duduk memakan bekal dengan muka lelah.

Semua orang sudah tahu jika Sakura suka dengan Sasuke. Kabar itu entah bagaimana bisa ramai di forum gosip sekolah, malu dan malu menyerang Sakura tadi malam saat berita itu heboh. Mantan kakak kelas dan yang tidak seangkatan dengannya juga menanyakan kabar tersebut.

Sakura sedikit heran, kenapa semua orang heboh jika tahu dia suka dengan Sasuke? Saat siswi lain menyukai Sasuke mereka tidak mencari tahu sedalam ini. Apa karena latar belakang keluarganya juga Sasori yang terkenal di kalangan siswa-siswa sebagai atlet UFC mempengaruhi semua ini? Entahlah, Sakura hanya berharap tidak ada yang menggali masa lalunya, terutama kedekatannya dengan Sasuke saat kecil.

"Jidat, seharusnya aku yang marah kepadamu karena kau suka dengan Sasuke tanpa memberitahuku, kenapa sekarang kau yang marah? Ini terbalik," seru Ino, mulai menyadari ada yang salah. "Seharusnya aku yang marah padamu, bukan aku yang membujukmu seperti ini," tambah Ino.

Sakura tidak menahan diri memutar mata. Duduk berdiam diri di kelas di saat siswa/siswi lain sibuk keluar di jam istirahat seperti ini ternyata memang yang terbaik.

Jika kabar ini sudah sampai kepada Sasori, Sakura pasti akan digoda sepanjang hari saat tiba di rumah.

Menyebalkan.

"Aku suka dengannya memangnya aku harus laporan padamu?" tanya Sakura, frontal. Sasuke menjadi topik hangat yang ingin dibahas orang-orang padanya.

"Tidak." Ino menggeleng cepat, tidak ingin Sakura memblokirnya seperti tadi malam lagi. "Hanya saja Tenten tahu kau suka dengan Sasuke. Tapi aku tidak tahu," jelas Ino, melirik Tenten yang juga sedang menatapnya.

"Tenten tahu karena tidak sengaja," papar Sakura, lesu. Ingin marah pada Tenten tetapi di satu sisi Tenten benar, tidak mungkin memendam perasaan ini selamanya kan?

Kalau saja mereka berdua bukan sahabatnya dari JHS. Sakura sudah menjauhi mereka.

"Jadi kau masih marah?" Tenten berdiri di samping meja Sakura, bersandar dengan nada bertanya. Dia tidak enak setelah kejadian kemarin, dan Tenten sungguh sudah minta maaf tadi pagi.

"Aku tidak marah," ucap Sakura, mulai tersenyum. "Lupakan, aku tidak mempermasalahkannya lagi sekarang."

"Serious?" tanya Ino, mata Yamanaka itu memincing.

"Sure, why not?" tanya Sakura, terkekeh samar. Dia bangkit, tidak melanjutkan kembali acara makannya, menatap Ino dan Tenten bersemangat.

"Sekarang ayo ganti pakaian olahraga sebelum waktu istirahat selesai. Guru akan marah jika kita belum mengganti pakaian saat jam pelajarannya akan di mulai," tutur Sakura, kembali ceria.

Mungkin benar, Sakura tidak perlu terjun terlalu jauh pada apa yang telah terjadi. Apa yang terjadi, terjadilah. Sakura tidak ingin berlarut-larut lagi.

Semangatnya kembali!

***

"Hujan," komentar Ino pada cuaca di luar kelas.

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang