9

6.4K 692 10
                                    

Sakura uring-uringan sendiri tiga hari belakangan ini. Dia menghindari Sasuke di sekolah, bahkan tidak menggunakan ponsel sama sekali.

Alasan yang tidak bisa dipahami Ino dan Tenten dengan sikap sahabat mereka, Sakura juga sempat berpikir bolos, sampai Ino merasa ini bukan Sakura sahabatnya.

"Kau mau bolos di jam terakhir ini?" Ino bertanya pada inti. Jam istirahat ini, mereka memutuskan untuk memakai berkumpul di taman belakang sekolah, taman yang terbilang sudah terbengkalai. "Sebenarnya kenapa? Kau mendapat masalah?" tanyanya heran.

Ino, gadis barbie itu ingin mengguncang dunia dalam otak Sakura, agar sahabatnya ini berhenti melamun. Sakura terus melamun, bolos, dan linglung tanpa niatan menjelaskan apapun pada Ino dan Tenten.

Sakura, gadis bersurai merah muda yang isi kepalanya tidak bisa dipahami Ino dan Tenten terus mengembuskan napas dalam. Hembusan napas itu tidak terdengar sekali dua kali, namun berkali-kali. Ino bosan mendengarnya, sahabatnya seolah dikasih ujian hidup terbesar di seluruh dunia.

"Sebenarnya ada apa?" Intonasi Ino bertanya dengan sedikit muak. Dia khawatir pada Sakura, ingin tahu dan menolong jika bisa, garis bawahi jika bisa.

Ada beberapa ayunan yang masih berfungsi di taman belakang sekolah, Sakura duduk di salah-satu ayunan, kakinya menatap ke bawah, tepat pada rumput di sekitar sepatu converse miliknya. "Menurutmu kalau seseorang meragukan perasaan seseorang bagaimana?"

Ino dan Tenten saling pandang, otak mereka bertelepati seakan tahu siapa yang Sakura maksud, namun menyangkal juga segala bersamaan di detik berikutnya.

"Menurutku dia ragu," ucap Ino, ikut ragu bersuara. "Dia tidak yakin, aku rasa kalau dia mempertanyakan itu bisa dibagi menjadi dua hal, ke hal positif atau negatif," lanjutnya benar-benar berpengalaman.

Perkataan Ino membuat Sakura kembali berpikir. Sebenarnya dia hanya terkejut hari itu dengan perkataan yang keluar dari Sasuke, Sakura lupa mengingat nada Sasuke bicara bagaimana, tapi kenapa Sasuke bertanya? Sakura jadi tidak bisa menyimpulkan apa maksudnya.

Sasuke jelas tahu Sakura menyukainya, lantas mengapa Sasuke memberikan pertanyaan ambigu? Sakura tidak menjawab apapun hari itu.

"Kalau masih abu-abu, sebaiknya jangan berharap lebih." Tenten menepuk bahu kanan Sakura, memegangnya. "Aku tidak tahu siapa yang kau maksud, tapi kuharap pertimbangkan."

Sakura kembali tenggelam dalam pikiran. Memang benar masih abu-abu. Bukankah seharusnya Sakura senang karena Sasuke peka terharap perasaannya secara tidak langsung? Tapi entah kenapa hatinya gelisah, takut dan juga bingung.

Sasuke tahu perasaannya jelas bukan dari dia yang mengatakan langsung. Tapi dari orang lain... Sakura tidak mau mengatakan kebenaran yang sejujurnya, bahwa dia takut Sasuke tidak serius mengatakan hal kemarin. Dia takut Sasuke mengatakan itu karena kasihan padanya atau ada maksud lain, intinya Sakura takut kecewa meskipun tindakan Sasuke sangat peduli waktu itu.

"Baiklah Sakuu kita sudahi pembahasan masalah itu. Ayo kita kembalikan mood-mu. Jika kau bored atau mungkin membutuhkan suasana baru, aku tahu harus bagaimana." Ino tidak senang suasananya berubah menjadi akward. Dia teringat sesuatu, kegiatan yang menjadi rutinitasnya sejak dua hari lalu dan Ino mencoba meracuni Sakura juga, agar Sakura tidak murung.

"Aku harus apa?" tanya Sakura, lima puluh persen dirinya berminat. Sering di tinggal berdua dengan Sasori tidak enak, suntuk dan hambar. Dia butuh hiburan apalagi suasana hatinya tidak menentu sepekan ini.

"Aku mengikuti aplikasi berteman online, kau bisa bertemu teman baru, jika beruntung kau bisa jalan dengannya." Ada kilatan mirip bintang di mata Ino, dia berpromosi menggebu-gebu.

Aku Adalah Kamu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang