Chapter 1

2.4K 219 5
                                    

Happy Reading

🌼🌼🌼

Aku melihat ke arah kalendar meja yang ada di atas nakas di dalam kamar yang ku tempati saat ini. Ku raih kalendar tersebut. Oke, setelah selesai ku amati, ku letakkan kembali ke tempat semula.

Ku usap mataku yang buram ini karena baru bangun dari tidur nyenyakku pagi ini. Udara di Korea tidak sepanas di Indonesia walaupun bukan musim dingin, ini yang membuatku betah untuk terus bergelung di dalam selimut.

"Ci!" panggil seorang TKW dari Indonesia yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di apartemen Juju ini. Beliau memang memanggilku dengan panggilan cici dan Juno dipanggil koko.

"Iya?" sahutku dengan suara serak khas orang bangun tidur.

"Sarapan udah siap, Ci."

"Iya."

***

Di meja makan hanya ada kami berdua—aku dan Juju—yang sedang sarapan bersama, sedangkan ahjumma masih sibuk membersihkan apartemen ini.

"Ju," panggilku.

"Hm," sahutnya yang sedang mengunyah sarapannya itu.

"It's been too long for me here," ucapku.

Seketika Juju langsung mengehentikan gerakan mulutnya yang sedang mengunyah itu dengan kepala yang masih menunduk menghadap piringnya. Kemudian, perlahan kepalanya terangkat untuk membalas tatapanku. "Just enjoy your holiday!" balasnya datar. Lalu, ia kembali melanjutkan kegiatan mengunyahnya.

"Okay," jawabku agak ragu sembari menganggukkan kepala secara perlahan.

***

Setelah menunggu jam yang berputar di waktu yang tepat, aku segera menghubungi cinta pertamaku. "Assalamu'alaikum, First Love!" salamku. Aku memang suka sekali bertingkah menggelikan kepada Papa, sebenarnya hanya ingin tau reaksinya saja, haha.

"Wa'alaikumussalam," jawab Papa di seberang sana.

"Am I bothering you?"

"No, what happened?"

"I think, it's been too long for me here," ungkapku.

"Yeah, so?"

"Kapan Mika bisa pulang?"

"Just enjoy your holiday!"

"It's not time for vacation anymore, Pa! It's been to long!"

"Kamu nggak betah?"

"No, aku betah, but I've to go home to build my career."

"Don't think about it anymore."

"What do you mean?"

"Mika, Papa ada tamu, besok disambung lagi, ya? Good night and take your time! Assalamu'alaikum," tutup Papa tanpa menunggu jawaban dariku.

Aku menjawab salam dengan gumaman yang hanya bisa ku dengar sendiri.

Lalu aku harus apa? Juju belum pulang, ahjumma sedang menyetrika pakaian kami, dan aku? Aku hanya berdiam diri di dalam kamar.

Ting!

Ternyata itu dari bang Liam, katanya ada penerbangan, kok nge-chat aku? Apakah mungkin dia sudah pulang?

William
Sudah tidurkah?

Belum. Katanya ada penerbangan, kok bisa chat aku?

Kemudian, justru sebuah panggilan videolah yang masuk di ponselku.

"Hai, Jelek!" sapanya.

"Hai, yang lebih jelek!" balasku tak mau kalah.

Dia hanya tersenyum menikmati pemandangan indah yang ada di layar ponselnya.

"Katanya, ada penerbangan malam ini?"

"Delay—besok pagi—karena cuaca buruk."

"Sekarang, di mana?"

"Udah pulang."

Kemudian, kami melanjutkan obrolan kami dengan pembahasan-pembahasan receh sebagai pemecah celengan rindu.

🌼🌼🌼

Aku sengaja menunggu waktu makan siang tiba untuk menghubungi Mama agar tidak mengganggu aktivitasnya.

Setelah saling mengucapkan salam, Mama langsung menanyaiku. "What happened, Ka?" tanyanya.

"Am I bothering you?"

"No, I can do this while having lunch." Iya, Mama terlihat sedang membuka tutup botol minum sambil berbicara kepadaku karena ia menyandarkan ponselnya pada suatu benda di belakangnya.

"Kapan Mika bisa pulang, Ma?"

"Are you uncomfortable there?"

"No, I feel okay here."

"So?"

"I think, it's been too long for me here."

"It's okay, I'm happy if you're happy," ucap Mama sambil tersenyum ramah padaku.

"But, but I've to go home to build my career." jelasku.

"Hidup itu bukan hanya soal karir dan uang, kamu harus cari bahagia kamu sendiri," balasnya. Lalu, dengan setengah berbisik, Mama kembali berucap, "Di gedung-gedung pencakar langit itu isinya orang-orang pusing semua." Aku tau Mama hanya bercanda, tapi menuju fakta sih—menurutku, haha.

"Apa kata orang, Ma? Papa jauh-jauh kuliahin aku di Inggris, saat udah lulus masih aja jadi pengangguran."

"Jangan dengar kata orang lain! Yang penting anak Mama bahagia," balas Mama dengan senyumnya yang menggoda. Tidak diragukan lagi bahwa Mamaku ini memanglah sangat cantik.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman ala kadarnya.

Kemudian, Mama mengalihkan topik pembicaraan kami. "Biar nggak bosan, kamu bisa keluar loh, Ka, enggak ada yang larang kamu keluar kok. Sesekali jalan-jalan—it's okay," ujar Mama, "siapa tau dapat teman, kan?" lanjutnya.

"Ma," panggilku.

"Hm?"

"Are you not miss me?"

"Of course, I miss you so bad, Sweetheart," balas Mama menatapku dengan mimik sendunya.

"It's been too long after we met a few weeks ago."

"Nanti kalau Mama udah senggang, I'll see you there. Rindunya ditabung dulu ya, Dear?" Kenapa Mama bilang 'I'll see you there'? Is she not take me to come home?

Aku hanya membalas perkataan Mama dengan senyuman saja.

"Udah dulu ya, Ka, sebentar lagi Mama harus lanjut pantau syutingnya."

"Iya, Ma."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, Ma," jawabku.

🌼🌼🌼

Ternyata ini adalah awal dari cerita yang akan ku untaikan di episode-episode penuh warna berikutnya.

Apakah ada udang dibalik batu?

Jangan lupa vote agar aku semakin semangat 🤗

Unofficial LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang