Happy Reading ✨
🌼🌼🌼
Mika's POV
Akhirnya, Mama dan Papa menepati ucapannya untuk berkunjung kemari.
Saat ini, aku sedang berada di pelukan Papa sambil duduk di atas sofa ruang tamu. "I miss you so bad," ungkapku. Oh iya, hubungan kami semua memang telah kembali menghangat.
"Me too," balas Papa singkat. Ingatlah bahwa Papa itu memang irit bicara!
"Nanti aku ikut Papa pulang ya, Pa?"
Papa menggeleng. "Papa minta tolong sama anak sulung Papa—bisa?" tanyanya.
Aku bingung, apa maksud Papa?
"Jagain adikmu di sini, ya?" pinta Papa.
Baiklah, aku harus menjadi seorang kakak yang dapat melindungi adiknya, bukan? "Okay," jawabku menyetujui permintaan Papa.
🌻🌻🌻
Hari kedua Papa dan Mama di sini, mereka hanya berniat menghabiskan waktu bersama anak-anaknya karena mereka tidak memiliki banyak waktu untuk tetap berada di sini.
Ting tung!
Ahjumma segera membukakan pintu untuk tamu yang datang sore ini.
Aku yang sedang bersantai bersama Papa di hadapan televisi pun langsung ditegur oleh Juju. "Aurat, Ka, Aurat!" tegur Juju.
Aku yang bingung pun langsung berdiri. Kemudian, Juju segera mengikatkan selendang tipis yang biasa di gunakan sebagai syal—yang kebetulan ada di sofa yang tadi ku duduki bersama Papa—di pinggangku.
"Annyeonghaseyo, Papa, Mama!" sapa mereka. Iya, mereka! Kedatangan kawan-kawan Juju yang tidak aku ketahui rencananya. Tapi, sepertinya Mama dan Papa sudah tau tentang rencana mereka yang akan bertandang kemari.
Setelah membungkukkan setengah badannya, lalu mereka bercipika-cipiki dengan Mama dan berpelukan dengan Papa, aku yang menjadi anaknya hanya bisa melongo.
"Ka!" tegur Mama yang melihatku hanya diam saja.
Aku segera membungkukkan setengah badanku seraya memasang senyum palsu untuk menghormati mereka. Ini adalah pertemuan pertamaku dengan mereka, berbeda dengan Mama dan Papa yang sudah berkali-kali bertemu dengan mereka hingga sudah menghafal namanya satu per satu. Sedangkan di mataku, wajah mereka semua terlihat sama, bahkan aku tidak menghafal nama mereka dengan baik, hanya pernah mendengarnya sesekali, itu pun karena mereka terkenal.
"She's my sister—Mika," kata Juju memperkenalkan diriku kepada mereka.
Mereka pun mengajakku bersalaman satu per satu sambil memperkenalkan dirinya masing-masing. Namun, tetap saja aku langsung lupa siapa pemilik nama A, B, C, dan sebagainya karena wajah mereka terlihat sama semua, kecuali Adikku yang sudah sangat ku hafal letak hidung dan matanya.
Saat Mama dan Ahjumma sibuk menyiapkan makanan untuk mereka semua, aku justru memilih undur diri dan masuk ke dalam kamarku sendiri karena aku bingung apa yang harus aku lakukan.
Sementara itu, Papa, Juju, dan kawan-kawan Juju sedang menyusun soju, wine, dan soda di atas meja. Bukan tuan rumah yang menyediakan itu semua, melainkan mereka sendiri yang berinisiatif membawanya untuk diri mereka sendiri karena Juju dan Papa memang tidak mengonsumsi alkohol. Soda yang tersedia pun, aku pikir itu ditujukan untuk Juju dan Papa.
***
Saat malam tiba, Mama mengetuk pintu kamarku. "Waktunya makan malam, Ka!" panggil Mama.
"Nanti aja," balasku.
"Ada tamu, enggak sopan kalau kayak gitu!" peringat Mama.
Dengan terpaksa aku keluar dari kamarku dengan mengenakan pakaian yang lebih sopan.
"Annyeonghaseyo, Noona!" sambut mereka di meja makan.
Aku terbelalak karena terkejut akan panggilan mereka kepadaku seakan aku ini sudah tua saja, padahal usiaku dan usia Juju hanya terpaut dua tahun saja, bahkan Juju adalah seorang golden maknae atau member termuda dalam boy group-nya yang berarti bukan tidak mungkin ada diantara mereka yang usianya sama sepertiku atau justru lebih tua dariku. "Just call me by my name, please," pintaku agak canggung.
"Mika, right?" Salah satu dari mereka memastikan pelafalan namaku agar tidak salah sebut.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk.
***
Hari ketiga di sini, Papa dan Mama sudah harus pulang ke Indonesia. Namun, rasanya aku ingin ikut pulang saja.
"Aku mau pulang aja, Ma," ungkapku.
"Kenapa? Kan udah ketemu Mama sama Papa," tanya Mama.
Bolehkah aku menjawab bahwa ada sosok yang aku rindukan di Indonesia?
"Tolong ya, Ka?" pinta Papa meningkatkan obrolan kami malam itu. Iya, aku diminta untuk menjaga Juju di sini.
"Tapi, kapan-kapan Mika boleh pulang kan, Pa?"
"Of course," jawab Papa. Lalu, Papa memeluk putri sulungnya ini.
Kemudian, Papa juga memeluk Juju dengan entah membisikkan apa, lalu bergantian dengan Mama juga. Sayangnya, kami tidak dapat mengantarkan mereka ke bandara karena status Juju sebagai selebritas yang rentan akan ranah pergosipan.
🌻🌻🌻
Silahkan menebak alur cerita selanjutnya 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Unofficial Love
ChickLit"Kalau ngobrol di luar aja, jangan di kamar!" tegur Papa. "Siap, Om," balas Bang Liam. *** Ternyata, kata orang-orang itu ada benarnya. Setelah sekian lama aku berada di Inggris untuk meraih gelar bachelor impianku dan harus berhubungan jarak jauh d...