Happy Reading ✨
🌼🌼🌼
Malam ini, aku sedang berbagi cerita kepada Juju di depan televisi yang sedang kami tonton. "Ju, gue tadi mampir di tempat yang jual Indonesian street food, tapi rasanya kok beda ya, Ju?" tanyaku.
"Hm."
"Gue beli cenil, Ju, tapi kurang kenyal, malah terkesan kayak tteokbokki yang dipaksa bertransformasi jadi cenil, Ju," kataku.
"Hm."
"Terus tadi gue beli mangga cuma sebiji doang padahal, tapi harganya subhanallah."
"Hm."
"Apa di Inggris juga harganya semahal itu ya, Ju? Kalau iya, berarti gue dulu boros banget dong? Gue enggak tau soalnya enggak pernah ikut belanja bahan makanan."
"Hm."
"Ju!"
"Hm?"
"Lo sakit gigi, ya?!" sarkasku sambil menarik kerah lehernya hingga bahunya terekspos.
Juju membenarkan kembali kaus yang ia kenakan. "Apa-apaan sih, Ka?!" kesalnya.
"Fuck banget deh, lo," ucapku pelan seolah kecewa dengannya.
"Kalau gue jujur, nanti lo sakit hati, Ka."
"Memangnya lo mau ngomong apa?"
"Lo norak," ucapnya dengan agak kesal, tapi ia berusaha untuk menahan segala kekesalannya.
"Thanks!" Lalu, gue meninggalkan si bontot yang menyebalkan itu untuk menuju kamarku sendiri.
Kemudian, ku raih ponsel yang dari tadi belum aku buka.
William
Good night!
Mika?
Ka!
Woy!
Woy lah! Mumpung lagi istirahat, nih!
Woy! Nanti aku terbang lagi!Maaf, baru buka hp, Bang.
Cie, kangen, ya?Anda telat! Saya otw ke pesawat, nih. Besok pagi aku hubungi ya, Cantik. Selamat bobok! Have a nice dream!
Hm -_-
🌼🌼🌼
Aku sedang sarapan bersama Juju dengan ditemani oleh Bang Liam yang terpampang di layar ponselku. Ia tengah bergelung di dalam selimut. Iya, di sana memang masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas, makanya Bang Liam sedang menikmati saat-saat istirahatnya.
"Aku kemarin ikut ke vegetables store, Bang, baru kali ini tau harga-harga sayuran di luar negeri, dulu di Inggris enggak pernah," ceritaku.
"Apa yang kamu temui di sana?" tanyanya.
"Harga mangga sebiji aja mahal, Bang, bawaannya pengin diet aja deh kalau lihat harga-harga semahal itu."
"Lebay," gumam Juju pelan.
"Uang bulanan Anda kan besar, ATM menangis mendengar cerita Anda, Bu!" balas Bang Liam.
"Hemat," ujarku.
"Kenapa harus hemat kalau bisa boros?"
"Kita kan nggak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan, siapa tau tiba-tiba ada yang ajak nikah? Kan butuh tabungan juga, iya nggak?" godaku.
Bang Liam terbahak-bahak di seberang sana.
"Nikah sama tembok," gumam Juju.
Aku menutup mulutku dari sisi kamera ponsel sambil menghadap ke arah Juju. Aku berbisik, "Ini calon suami gue."
"Malu gue dengarnya, Ka," kata Juju. Lalu, ia melahap makanan yang sudah ia kumpulkan di sendoknya.
Ku julurkan lidahku ke arahnya.
"Deketin speaker-nya ke telinga!" titah Bang Liam.
Aku pun menuruti perintahnya.
"I wanna say something, but impossible in front of Juno," bisik Bang Liam.
"Ju, gue ke kamar duluan, ya?"
"Sarapan lo habisin dulu, Ka!"
"Kenyang, Ju."
"Kenyang apaan? Itu aja belum abis."
"Kenyang makan cinta," bisikku.
"Najis!" balas Juju.
Lalu, aku segera mengacir ke kamarku.
"Udah aman?" tanya Bang Liam.
"Udah," jawabku. Aku duduk di dekat jendela yang tirainya ku buka agar dapat melihat suasana jalanan yang ramai lancar di bawah sana.
"We already know about each other's feelings, Ka. So, jujur aja aku punya niat baik untuk kita. Aku enggak tau kapan ini bisa terealisasi apalagi mengingat apa yang membuat kita sulit untuk bersama, tapi aku usahakan biar kita bisa bareng-bareng terus. Di manapun kamu berada, guard your heart for me ya, Ka! Sejauh ini, hubungan kita baik-baik aja, jadi aku harap niat baik kita juga dipermudah oleh Tuhan bagaimanapun caranya, aamiin." ungkapnya.
"Aamiin," ucapku. Apakah ini yang disebut dengan se-aamiin, namun tak se-iman?
"I'm glad to hear that. Aku terharu, ih!" kesalku.
"Jangan lupa doa-nya ya, Ka!" peringat Bang Liam.
"Abang juga," balasku.
"Iya," balasnya, "dilanjut gih sarapannya!" lanjutnya.
"Masih kangen."
"Nanti siang ada penerbangan sampai malam. Besok, aku libur. Besok, setelah pulang dari gereja, I'll call you, pretty girl."
"Aku tunggu, jangan bohong!"
"Mana pernah?" balasnya tak terima.
"Jangan ajak berantem, kan aku masih terharu."
"Ya udah, udah dulu ya, Cantik! Love you."
"Love you more."
Kemudian, aku kembali ke meja makan, ternyata masih ada Juju yang memainkan ponselnya di sana, sedangkan piringnya sudah kosong.
"Kenapa lo?" tanya Juju yang melihat wajah senduku.
"I'm happy," ungkapku.
"Dapat calon suami, lo?" ledeknya atas perkataanku yang tadi.
"Hm." Aku mengangguk.
Juju langsung meletakkan ponselnya di atas meja. Ia menatapku dengan intens. "Bang Liam ngomong apa aja?" tanyanya.
"Kepo!" semburku, "makanya, punya pacar biar enggak kepo sama urusan orang!" sambungku.
"Memangnya lo punya pacar?"
"It's okay enggak punya pacar, tapi gue punya calon suami," pamerku yang sedang merasa bangga ini.
"Halu!"
"Eh, gue bukan fans-fans lo yang halunya enggak tertolong itu, ya! Calon suami gue itu nyata!"
"Siapa?"
"Masih perlu gue jawab?"
"Oh," beonya. Sepertinya ia sudah berhasil menebak siapa orang yang ku maksud.
🌼🌼🌼
Jangan lupa vote agar aku semakin semangat 🤗
Tebak kelanjutannya sebelum konflik utama melanda, haha 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Unofficial Love
ChickLit"Kalau ngobrol di luar aja, jangan di kamar!" tegur Papa. "Siap, Om," balas Bang Liam. *** Ternyata, kata orang-orang itu ada benarnya. Setelah sekian lama aku berada di Inggris untuk meraih gelar bachelor impianku dan harus berhubungan jarak jauh d...