2

26 14 1
                                    

"Heyy, kalau kita kecelakaan tadi gimana? Saya gak bisa kekampus dan saya juga ada kepentingan yang sangat penting. Jika saja tadi kecelakaan dan saya terluka, kamu akan saya ajukan kepengadilan".

Syilla yang mendengarnya pun langsung saja berkeringat dingin, tangannya juga bergetar, serta matanya yang menahan air mata agar tidak jatuh. "Sekali lagi Syilla minta maaf om".

"Jangan memanggil saya dengan sebutan om, maaf jika tadi membentak kamu saya pergi dulu assalamualaikum".

Zain meninggalkan Syilla dengan perasaan bersalah tak seharusnya ia membentak seorang gadis apalagi ia betul paham sekarang memang waktunya para murid melaksanakan apel pagi, jadi wajar saja Syilla takut terlambat.

Syilla yang sedari tadi termenung akhirnya tersadar dan.... "Woylah astaghfirullah aku telat nanti gimana kalau dihukum? Semua gara gara om-om itu tuh gak jelas banget." Syilla melanjutkan perjalanannya menuju sekolah, ia asyik saja ngedumel gak jelas.

~~~~~~~~

Dilain tempat, Bunda Dian sedang membicarakan tindakan Zain yang tadi, andaikan putrinya itu berakhlak seperti Zain, pasti bahagia banget Bunda. Sedetik kemudian Bunda punya ide bagaimana kalau Zain tadi dijodohkan dengan Syilla?!.

"Tina, kan putriku udah kelas 3 kan yah sudah kelas akhir gimana kalau kita jodohin mereka, tapi aku harus berunding dulu dengan Syilla, gimana menurutmu?"Umma Tina tentu saja terkejut dengan apa yang dikatakan teman dan sahabatnya ini.

"Kenapa kamu tiba-tiba membicarakan perjodohan?" Yang ditanya hanya bisa cengengesan.

"Ya.. 'kan aku kepengen aja gitu punya menantu kayak Zain, soalnya aku yakin aja setelah melihat tingkah lakunya tadi aku yakin bahwa dia sangat menjunjung tinggi wanitanya dan aku yakin dia bakal jadi imam yang baik menuntun Syilla kesurganya Allah".

Umma Tina tidak begitu yakin karena putranya yang kedua ini berbeda jauh dengan kakaknya. Apabila kakaknya itu lelaki yang bisa dibilang agak tidak waras maka Zain sebaliknya.

"Apa kamu yakin mbak Dian? Putraku yang satu ini berbeda dengan kakaknya, jika kakaknya suka bercanda tawa dan mudah akrab dengan lawan jenis maka Zain tidak, walaupun dia menjunjung tinggi wanita tapi dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun apa kamu yakin?" Umma Tina memberi tahu sifat Zain kepada Bunda Dian.

"Entahlah kita tanyakan dulu kepada mereka, lagi pula jika mereka menginginkan menikah muda, apalagi putriku aku tidak yakin dia ingin menikah." Umma hanya mengangguk setuju membenarkan ucapan Bunda.

Umma mengajak Bunda untuk makan yang baru saja dibeli menantunya, Rina. "Hayuk mbak Dian kita makan dulu pasti laper apalagi ada mie ayam kesukaanmu."Umma mengajak Bunda kemeja makan dan menyantap makanannya.

Setelah acara makan-makan selesai. "Alhamdulillah... akhirnya selesai makan, padahal aku kesini cuma bawa makanan ringan loh malah dikasih makanan berat haha, kamu tetep aja sama kayak dulu masih inget makanan  kesukaanku." Umma Tina sama-sama berbahagia mengingat masa lalu mereka yang begitu indah.

"Iya lah masa gak inget aku juga gak setua itu loh mbak Dian, tapi nih ya ngomong-ngomong tentang masa lalu aku pengen jajan gorengan depan sekolah dulu itu deh." Umma menginginkan rasa gorengan depan sekolah mereka dulu yang amat sangat populer pada masanya.

"Hahaha..bener banget itu kangen banget kalau udah buka dan aku pengen dateng kesini aku bawain 1 bungkus penuh deh." Mereka tertawa bahagia mengingat masa lalu mereka yang saat ini mereka sudah menjadi seorang yang dewasa dan sudah mempunyai anak masing-masing.

Setelah dirasa cukup berbincang dengan sahabatnya Bunda perpamitan pulang bersamaan dengan taxi yang dipesan putrinya itu.

"Eh Tina sepertinya taxi yang menjemputku udah sampai depan rumah kamu deh, aku pamit pulang yah maaf banget kalau aku ngerepotin kamu." Umma yang mendengar Bunda berkata seperti itu menolak permintaan maaf dari sahabatnya.

"Apaan sih kamu, gak ada yang namanya sahabat itu merasa direpotkan, udah aku antar kedepan yah". Bunda tersenyum dan mengangguk pelan, Umma mengantarkan Bunda sampai depan dan senyuman para keduanya tidak luntur sampai pintu depan.

"Udah sampai itu emang beneran taxi yang jemput kamu kan?" Umma cemas karena bisa saja itu bukan taxi yang dipesan putrinya.

"Iya Tina, udah ah aku pulang dulu yah dadah assalamualaikum". Bunda berjalan menuju mobil bersamaan dengan Umma Tina setelah menjawab salam.

~~~~~~~~

Seorang gadis yang terburu buru melewati lapangan sekolah dengan berlari menghiraukan tatapan mata orang-orang, IYA siapa lagi kalau bukan Syilla. Akhirnya setelah berlari dengan kecepatan 5G Syilla sampai dikelas dengan kerudung yang berantakan dan juga keringatnya bercucuran di dahinya. Untung saja ia tepat waktu bahkan telat 1 menit saja, ia pasti akan dihukum.

"EH WOYY astaghfirullah lu abis ngapain? Dikejar mumi teh ampe modelan baju Lo kek gitu?" Caca yakni sahabat Syilla yang barbarly tentu saja kaget, dia kira ada kuntilanak pagi pagi.

Dengan berjalan ngos-ngosan Syilla duduk ditempat duduknya. Dia mengatur nafasnya yang tidak beraturan setelah sedikit tenang dia berbicara tetapi bel masuk sekolah telah berbunyi tanda bahwa para murid disekolah harus mengikuti apel pagi yang setiap hari dilaksanakan.

"Eh, dirimu punya utang cerita loh ya, tumbenan Lo hampir telat, padahal kalau berangkat sendiri suka setengah jam sebelum sampai Lo udah duduk manis dikursi." Syilla hanya menanggapi ocehan dari Vivi sahabat Syilla juga dengan deheman.

"Udah ngocehnya? Dah ayok kita kelapangan entar telat juga gawat ini." Syiila mengajak para bestei nya untuk segera menuju kelapangan karena apel pagi akan segera dilaksanakan.

Dilapangan kini telah ada barisan semua murid dari Mts sampai MA iya memang satu sekolah. Syilla, Caca, dan Vivi berjalan menuju barisan sesuai kelas mereka. Pak Shomat yakni guru yang ditugaskan untuk mewakili apel pagi memulai kegiatan pada pagi yang sangat indah hari ini.

"Assalamualaikum anak-anak ku semuanya yang berbahagia marilah kita membaca surah Al Fatihah sebelum membaca Yasin, agar Allah selalu melindungi sehari penuh yang kita lakukan, Al Fatihah". Semua murid dengan khusyuknya membaca Al Fatihah.

"Jadi anak-anak untuk hari ini bukan bapak yang akan memimpin tetapi ada tamu spesial yang tak lain adalah Zain, anak dari Abah Zainal yakni yang membangun dan mengasuh sekolah kita sampai menjadi seperti ini, silahkan nak Zain". Pak Shomat menyerahkan mikrofon kepada Zain sedangkan Syilla yang sedari tadi hanya syokk berat menampilkan mulutnya yang berbentuk seperti 0.

"Terimakasih pak, baik anak-anak untuk hari ini saya sendiri yang akan memimpin kalian". Para sahabat Syilla yang tau dan sadar bahwa Syilla sedang tidak baik-baik saja tentu saja langsung kepo dan bertanya-tanya kepada Syilla.

"Eh Syill, tuyul ishh lu gak lagi kesambet kan soalnya itu mulut Lo lebar banget kek pintu Syurga, WOYY" Caca menggoyang-goyangkan lengan Syilla tapi si empunya malah ngoceh gak jelas.

"Woyy.. ini beneran gawat banget kalau sampe dia tau kalau yang tadi itu adalah aku sendiri anak muridnya Abah, waduh gimana nih." Vivi yang mendengar dumelan Syilla hanya mengerjapkan matanya tanda tak mengerti.

*******

𝘜𝘥𝘢𝘩 𝘪𝘵𝘶 𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘶𝘵𝘩𝘰𝘳 𝘶𝘱 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘨𝘢𝘣𝘶𝘵 𝘢𝘯𝘥 𝘮𝘶𝘯𝘤𝘶𝘭 𝘪𝘥𝘦. 𝘉𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘷𝘰𝘵𝘦 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘤𝘪𝘪𝘪💫

Sandaran [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang