12

12 9 1
                                    

Selepas pulang dari sekolahnya, gadis itu tengah asyik rebahan. Bukannya apa-apa. Tetapi, karena lelah mental dan fisik yang ia gunakan sehari penuh ini.

Yang pertama, ia selalu teringat ucapan Bu Lea tadi sore. Tidak ada yang salah dalam pengucapannya, tetapi yang di pikirkan adalah nada bicaranya. Seperti tidak suka.

Dan yang kedua, badannya ia gunakan untuk membersihkan semua sudut rumah ini sendirian. Padahal, hari-harinya sudah terbiasa dengan sapu, pel, sabun cuci piring dan lainnya.

Sudahlah, itu semua tidaklah penting. Gadis cantik itu bangun dari rebahannya dan berjalan menuju meja belajar. Besok mata pelajaran fisika, malas sekali. Tapi tidak apa, demi masa depan cerah.

Syilla mengambil beberapa buku yang di jadwalkan untuk esok hari. Dia membuka satu persatu buku untuk mengecek apakah ada tugas. Ternyata tidak.

Syilla duduk di kursi kayu yang sederhana. Jari jemarinya terulur untuk mengambil bulpoin. Di saat ingin menulis rangkuman pelajaran yang akan di gunakan besok, ia teringat paper bag yang di beri oleh Zain.

Syilla penasaran, seperti apa bentuk gamis yang di belikan Zain. Untuk menghilangkan rasa penasaran itu, akhirnya ia mengangkat paper bag di samping kursinya.

Ia membuka perlahan dan Subhanallah, gamis yang sangat indah. Bahkan warnanya tidak terlalu mencolok namun, terlihat indah.

Syilla menenteng gamis itu dan berjalan menuju kaca  full body. Gadis itu menempelkan gamis pada badannya, dan ternyata pas untuk ukuran Syilla.

2 hari lagi akan di adakan hari maulid Nabi Muhammad SAW di sekolah Nurul Ilmi. Mungkin gamisnya akan ia pakai di hari itu. Pikir Syilla.

~~~~~~~~

Tamparan keras terdengar nyaring di seluruh sudut ruangan. Tamparan itu dari pria paruh baya. Tangan keriputnya sedari dulu menampar pipi mulus dari seorang lelaki tampan, apabila lelaki itu telah berbuat kesalahan.

Tak segan-segan, bahkan pria paruh baya itu juga pernah melempar piring atau benda lain tepat di kepala sang lelaki.

Lelaki itu tengah terduduk dengan lutut sebagai pancuannya. Dengan tangan yang menjulur ke bawah dengan pasrah. Darah segar terus mengalir di pelipisnya. Dia terus saja menunduk. Tidak ada perlawanan darinya.

Lelaki paruh baya itu berteriak "KENAPA KAMU TIDAK SEPERTI KAKAKMU." Sekali lagi vas bunga di ketukkan pada dahi lelaki tampan.

"Karena semua anak berbeda." Ucapnya lirih.

~~~~~~~~

2 hari telah berlalu dengan cepat. Pagi ini adalah hari yang istimewa. Dimana nabi besar Muhammad SAW telah di lahirkan.

Syilla, Caca, dan Vivi saat ini berada di aula untuk pembacaan maulid diba' dan juga sholawat.

Sebelumnya, anak-anak dari ekstra tahfidz membaca Al-Qur'an. Setelah itu semua murid di kumpulkan untuk ke aula guna merayakan maulid nabi.

Semua anak berbaris sesuai urutan kelasnya. Syilla duduk di tengah antara Vivi dan Caca. Ketiga gadis itu nampak anggun dengan baju gamis berbeda warna.

Syilla benar-benar memakai gamis dari Zain. Gamis sederhana berwarna navy yang di padukan dengan kerudung putih. Sangat indah.

Caca memulai pembicaraan. Dia mendengar gosip yang beredar tentang Bu Lea.

"Eh, kalian tau gak sih? Bu Lea itu beneran suka ama pak Zain?" Caca sedikit mencondongkan badannya karena takut terdengar orang di belakang dan juga sampingnya.

"Trus kenapa?" Tanya Syilla.

"Ceilah, ya mana mau lah itu pak Zain. Secara kan Bu Lea itu janda. Eh tapi janda lebih menggoda sih yak?" Kini berganti Vivi yang mengatakan.

Sandaran [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang