14

13 8 0
                                    

"Semua tergantung kamu. Kamu yang menghadapi ini semua. Kehidupanmu adalah bahagiamu. Terserah kamu mau melakukan apa, aku yakin itu pasti terbaik versi kamu. Tapi ingat, ikuti kata hati okey?"
_Syilla Salsalbila_

Sebuah notif pesan membuat Caca cepat-cepat mengambil handphonenya. Sangat menggangu kegiatan malasnya.

Gadis itu memang sedang melamun menatap langit-langit kamarnya seusai pulang sekolah. Sungguh, pekerjaan yang diinginkan oleh banyak orang. Caca membuka isi pesan dari orang yang tidak dikenal.

0859********
|Assalamu'alaikum
|Kamu Caca?

Caca
Wa'alaikumsalam|
Iya benar|
Ini siapa?|

0859********
|Saya Abangnya Zain.
|Besok ada waktu buat foto?

Caca
Besok?|

0859********
|Iya


"Besok hari Kamis 'kan ya? Besok mau renang anjrot. Lah masak iye bolos. Eh tapi lumayan loh Ca, itu uang buat beli bakso. Tapi gue pengen renang cuy. Jam berape sih emang?" Caca berbicara sendiri layaknya orang gila samping jalan.

Caca
Kalau boleh tau, takenya jam berapa pak?|

0859********
|Jam 1/2 siang
|Saya kosong pada waktu itu.
|Untuk tempatnya, di kantor saya
saja. Nanti kamu ke resepsionis, biar diantar.

Caca
Baik pak|

0859********
|Panggil kak saja, saya tidak terlalu tua

Caca
I-iya kak|

Caca membuang napas lelah. Mungkin inilah saatnya dia berjalan jauh menuju kesuksesan.

Mamanya tidak mungkin untuk kerja. Beliau harus menikmati masa tuanya. Dan Caca juga tidak bisa bergantung pada kakaknya yang sudah berumah tangga.

Takdir Caca sebelas duabelas dengan Syilla. Kedua anak itu sama-sama tidak mempunyai seorang ayah yang harus bisa membuat mereka harus kuat menghadapi dunia.

Hanya berbeda kepribadian saja.

Jika Syilla memendam masalahnya, Caca malah menutupi masalahnya dengan berlapis-lapis topeng kebahagiaannya.

"Pergi aja lah, lagian penjaskesnya jam pertama dan kedua. Btw, dapet duit gak ya? Udah pasti sih. Tapi berapa ye? Moga seharga ginjal. Beuh rejeki anak sholehah emang."

~~~~~~~~

Selesai melaksanakan kegiatan apel pagi, para murid disini menuju kelas masing-masing. Ada jeda beberapa menit untuk anak lelaki melaksanakan sholat dhuha. Sholat dhuha ini tidak diwajibkan di sekolah Syilla. Hanya saja, bagi yang mau ikut sholat berjamaah disilahkan.

Seperti saat ini, anak laki-laki ada yang tengah mengambil air wudhu, ada yang mengerjakan tugas, ada juga yang sedang piket. Sedangkan kelas Syilla bersiap-siap mengganti bajunya dengan baju olahraga.

Mengingat jam pertama adalah olahraga atau penjaskes, mereka harus siap pada saat bel masuk ditekan.

"Syill, ngantin yok?" Tawar Vivi sambil membenarkan letak kerudungnya.

"Ayok. Bentar ya" Syilla mengambil dompet dari dalam tas.

"CAAAAA. IKUT NGANTIN GAK LO?" Teriak Vivi.

Sandaran [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang