3

21 15 0
                                    

Tetapi beda halnya dengan Caca, sahabat Syilla yang satu ini malah heboh sendiri seperti mendapat duit segaban. "Heh, gue gak salah denger kan Syill?, nih jangan-jangan Lo udah kenal ama anaknya Abah Zainal?".

Syilla menarik nafas dalam-dalam lalu dikeluarkan lagi dari mulutnya, dia melakukannya berulang kali sampai akhirnya dia menjelaskan. "Oke, jadi gini guys tadi tuh aku ngebut banget bawa motor, trus tiba tiba aja ditengah jalan noh, aku hampir nabrak orang eh ternyata dia."

Syilla menceritakan bagaimana dirinya tadi bertemu dengan Zain. "Udah gitu tadi kamu salah tanggap, aku gak kenal dia".

Caca menanggapi Syilla dengan ber "oh" saja dan si Vivi manggut-manggut. Tiba-tiba dibelakang mereka ada penjaga OSIS yang bilang "Heh kak, jangan ramai sendiri kayak arisan, dibaca Yasin-nya".

Tentu saja kami terkejut, tapi karena kepolosan Vivi dia mengatakan "Kami tidak sedang arisan kok dek ini kita lagi bahas yang baca Yasin itu tuh". Tangan Vivi juga tak tinggal diam jemarinya yang lentik menunjuk kearah Zain.

Caca yang sedang emosi, tangannya tidak tinggal diam, dia langsung saja menoyor kepala sahabatnya yang agak geser otaknya itu, "Eh kain pel, Lo bisa gak sih gak usah polos banget jadi orang, herman banget gue".

Petugas tadi yang nama bokap nya disebut-sebut tentu tidak terima dan dia kepikiran untuk memisahkan mereka. "Herman bokap gw kak, dahlah keknya kalian harus pisah barisan deh, Lo ikut gw kak".

Petugas menyeret Caca kebarisan paling belakang, dimana para petugas OSIS sedang berkumpul disitu.

"Ih tuh kan gara-gara Lo deh, gue yang kena kan, awas Lo". Caca terpaksa meninggal kan mereka dan jangan lupakan tatapan permusuhan antara mereka berdua.

Syilla yang paling waras hanya bisa mengalah dan pasrah kepada Tuhan yang maha esa.

Semua murid membaca Yasin dengan khusyuk, ada juga teman-teman Syilla yang sedang membahas kosmetik dan para laki-laki yang membahas apalah itu.

Lain dengan seorang gadis ini siapa lagi kalau bukan Syilla, Syilla mendengar suara Zain yang merdu ketika membaca Yasin hanya bisa menahan rasa kagum didalam hatinya.

Setelah beberapa menit untuk membaca suratnya, akhirnya kini telah sampai kepada sesi do'a dan tak lain Zain sendiri yang membaca do'nya. Biasanya jika ingin membacakan do'a, pak Shomat lah yang membacanya dan apabila ada perwakilan anak-anak murid kelas lain yang gilirannya membaca Yasin.

~~~~~~~~

Dikelas seperti biasanya, pada selesai apel pagi ada murid bangku pojok yang makan sarapannya, ada murid bangku depan yang ambis belajar dan ada juga bangku tengah paling belakang sedang menggibah ckck. Dimana Syilla duduk? dia ada di bangku tengah tidak depan juga tidak dibelakang.

Tiba-tiba saja Caca berbicara tentang yang baca Yasin tadi, yaitu Zain, "Woy Syill, Lo tau tentang guru bahasa Indonesia yang nyinyir itu gak sih?".

Syilla heran kenapa bisa bisanya gak ada badai gak ada petir Caca tiba-tiba saja membicarakan Bu Lea?

"Siapa maksudmu, apa Bu Lea? Kenapa emang ada apa sampai dirimu heboh gini". Caca yang bawaan dari lahir emang heboh and barbarly, dia kalau bicara gak mukul orang kayak ada yang kurang gitu.

"Nah anj, itu Lo tau nyantol juga kan.. eh iya gue ada berita DEMI APA ternyata dia tau kalau Zain itu anak nya Abah, jadi pas anak-anak kemaren lagi mbahas kan yah.. gue gak yakin lah trus besoknya, ya hari ini anda betul banget, tadi dia kayak curi pandang gitu, juga nih yah suaranya jadi kalem beuhh pokoknya beda jauh kalau ama kita nih".

Caca menjelaskan panjang lebar kali tinggi kali luas tapi yang diajak nggibah malah "Trus, hubungan nya sama aku apa?".

Caca yang dari tadi menjelaskan sampai mulutnya hampir kering tidak terima jika respon yang didapat hanya itu.

Sandaran [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang