10

16 9 1
                                    

"Ya Allah Syilla maluuu." Andaikan di dunia nyata ini ada pintu ajaib Doraemon, mungkin sudah Syilla pakai untuk sekarang.

Bunda mengehentikan tawanya dan segera menyusul ke kamar Syilla untuk meminta maaf dan juga memberi tahu bahwa 20 menit lagi harus segera siap.

Bunda mengetuk pintu berwarna putih itu, kemudian masuk dengan perlahan. Tak ingin mengganggu Syilla.

Lalu, beliau duduk tepat di samping Syilla yang sedari tadi dengan posisi tengkurapnya. Bunda mengelus pelan kepala Syilla dan membalikkan tubuh Syilla secara perlahan.

"Maafin Bunda ya, udah gih sana siap-siap. Nanti 15 menit lagi Bunda kesini dan kamu udah harus cantik ya sayang. Bunda mau nyiapin makanan dulu buat mereka." Setelah mengatakan itu, sang Bunda keluar dari kamar menuju dapur.

Syilla merespon hanya dengan menganggukkan kepalanya saja. Toh, tidak baik melawan orang tua.

Tapi kenapa harus dandan? Udah tau Syilla gak pernah pegang lipstick juga. Udahlah, penting ganti baju dan rapi dia sudah cantik kok.

Syilla bangkit dari ranjangnya dan menuju ke almari. Dia mengotak-atik isi di dalamnya. Bingung, mau memakai baju apa yang cocok untuk acara ini.

Jika memakai gamis, memang acara ini acara keagamaan? Jika memakai celana kulot, takut tidak sopan nantinya.

Pilihan terakhir tertuju pada rok plisket berwarna hitam dan juga blouse berwarna mint yang senada dengan kerudungnya.

~~~~~~~~

Wanita paruh baya dengan setelan gamis berwarna maroon dengan kerudung kebesarannya, berjalan menuju ke lantai atas guna membangunkan anak bungsunya itu.

Sedari pulang dari acara kelulusannya tadi, dia langsung menuju kamar dan beristirahat. Zain tadi hanya di dampingi oleh Umma dan juga Abah.

Sebab, bang Zani selalu saja sibuk mengerjakan tugas kantor. Dan kak Rina, usia kandungannya masih 4 Minggu. Masih rentan merasa mual dan pusing.

Tok tok tok~

"Zain, Umma langsung masuk ya?" Umma memutar knop pintu dan langsung di suguhkan pemandangan yang indah.

Bagaimana tidak? Disana Zain dengan khusyuknya melantunkan ayat suci Alquran. Umma bahkan sampai terenyuh. Dalam hati, seperti ada angin yang menerpa di dalam sana. Tenang dan damai rasanya.

Umma menunggu Zain menyelesaikan bacaannya, beliau duduk di sofa sebelah Zain. Tak lama kemudian, Zain mengakhirinya.

Umma menampilkan senyumnya yang teduh, kemudian beliau teringat untuk apa kesini dan langsung saja memberi tahu Zain.

Sedangkan Zain, dia bingung kenapa tumben sekali Umma berpakaian rapi, wangi serta ayu seperti ini? Apa ada sesuatu?

"Umma kenapa ke kamar Zain, ada sesuatu?" Tanya Zain lembut. Tak memungkinkan bagi Zain untuk meninggikan suaranya. Ummanya adalah seorang malaikatnya.

"Cepatlah bersiap! Karena kita akan segera ke rumah temannya Umma. Umma tadi ngobrol di telepon dan temannya Umma menyuruh Umma buat ke sana." Ucap Umma setengah dari alasan yang sebenarnya.

Sebenarnya mereka ingin memperkenalkan dua insan yang sedari kecil ingin mereka ingin jodohkan.

Tapi mungkin karena kesibukan sebagai ibu rumah tangga, jadilah mereka tidak pernah bertukar kabar. Sampai pada akhirnya undangan pernikahan dari Bang Zani mempertemukan mereka lagi.

Dan jika ada waktu luang mereka pasti saling mengunjungi, entah itu Bunda Dian ataupun Umma Tina. Tetapi jika memang benar-benar luang.

Terkadang, jika Bunda ingin mengunjungi Umma, beliau meminta izin terlebih dahulu lewat telepon. Barangkali salah satu tidak ada di rumah.

Sandaran [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang