Pagi ini tidak seperti biasanya, saat Sabrina masuk kantor dan menuju mejanya, ruangan sudah ramai. Terlihat Novia yang tengah duduk serius menghadap komputernya. Lalu, di sebelah Novia, Novan juga terlihat dengan posisi yang sama. Lelaki itu bahkan tidak mengeluarkan suaranya sedikitpun seperti biasanya.
Sabrina menaruh tasnya pelan, sambil terus mengamati wajah wajah serius di sekitarnya. Lalu, satu pesan muncul dari layar ponselnya yang bergetar.
Sindhu Nagara: Sab, cek email ya. Gue udah share revisian kemarin. Oh ya, hari ini analisis kemarin bisa selesai?
TEGANG AMAT (Group Chat)
Novia Arumdari: Bu bos sedang tidak baik baik saja. Pagi pagi gue udah kena semprot
Novantiano Surya: Sama gue juga. Perkara telat lima menit doang elah.
Novia Arumdari: Beneran meeting dadakan kayanya habis ini.
Noventiano Surya: Gue sih ayo aja kalo nggak di Jakarta mah..Gass
Reynald Rasis: Ada apaan sih? Gue baru dateng nih.
Noventiano Surya: Beruntung sekali baginda Reynald tdk kena samber petir.
Novia Arumdari: Bakal ke Bogor kita. Meeting pelatihan yang on going. Elu telat mulu gue gebukin sekali sekali ya Nald?
Reynald Rasis: Ya Allah mbak ampun. macet mbak rumah gue jauh..
Novia Arumdari: Alasan Lo basi.
Reynald Rasis: kalo basi masih bisa diangetin lg mbak.
Kemudian terdengar suara kertas yang dilemparkan ke arah meja Reynald, membuat lelaki itu mengaduh.
Reynald Rasis: mbak Nov KDRT..Gue kena gebuk beneran
Sindhu Nagara: wkwkwk
Reynald Rasis: Ketawa lo ndu
Noventiano Surya: Dik Sabrina aman?
Kemudian hening. Tidak ada lagi yang menanggapi obrolan disana saat tiba tiba bu Yuni keluar ruangan untuk memanggil salah satu diantara mereka. "Sabrina udah ada?"
Merasa namanya dipanggil, Sabrina langsung melepas headsetnya buru buru. Dengan gugup ia bergegas untuk masuk ke ruangan bu Yuni. Tidak ada yang bicara setelah itu. Tidak ada lagi notifikasi yang berbunyi di ponsel masing masing. Hanya ada suara ketukan keyboard yang saling beradu diantara suara suara kertas dalam mesin cetak.
Sindhu menghentikan aktivitasnya, lalu sedikit melirik ke arah ruangan bu Yuni. Sabrina belum juga terlihat keluar.
*****
"Sebenarnya kamu ini ngerti nggak sih? Saya kan udah bilang kemarin," bu Yuni masih membolak balikkan kertas hasil pekerjaannya.
"Saya kan udah bilang. Kalau nggak ngerti tanya. Jangan sok sokan ambil tindakan sendiri." Wanita itu kembali berdecak setelah mengerahkan hampir seluruh tenaganya untuk meneriaki Sabrina.
"Maaf Bu. Jadi kemarin kata Sindhu.."
"Ssst. Nggak usah ngeles. Sekarang gimana nih, kalau udah terlanjur kamu kirim berkasnya ke kantor pusat. Masih salah semua begini."
"Nanti saya hubungi via email buat--"
"Permisi, Bu."
Ucapan Sabrina terhenti, saat tiba tiba saja Sindhu masuk ruangan dan terlihat menggenggam kertas untuk ia berikan ke Bu Yuni.
![](https://img.wattpad.com/cover/312974366-288-k537366.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Nostalgi(l)a
Любовные романыBagaimana jika cinta pertamamu ternyata penyuka sesama jenis? Dalam hidupnya, Sabrina hanya jatuh cinta sekali. Kepada sosok bermata teduh, berparas biasa, dan berpenampilan sederhana, Sindhu. Cinta pertama yang begitu naif di usianya yang masih san...