-25-

717 65 11
                                    

Berhari-hari Jihoon hanya mengurung diri dikamar, dia tidak mau makan. Ia hanya makan sesuap atau dua suap saja. Badannya terlihat kurus,ia kehilangan banyak berat badan

Astrid dan Jeffi bahkan sempat membawa dokter ganguan jiwa ke rumah, untuk memeriksa kejiwaan Jihoon. Psikolog pun datang untuk melihat mental jiwa Jihoon

Tangan Jihoon menggenggam foto dimana saat Jihoon dan Avee berfoto berdua di rumah sakit. Saat mereka memeriksakan kehamilan Avee. Jihoon memandang foto itu nanar. Mengusap usap gambar wajah Avee disana

"Sayang... " Lirih Jihoon sambil terus menatap wajah Avee yang tersenyum bahagia difoto itu

"Peluk aku sekali aja, aku kangen" Imbuh nya lalu memeluk foto itu erat. Dia menangis sekeras mungkin. Suara tangis nya sangat sangat menyayat hati siapa saja yang mendengar nya

Jihoon benar-benar sangat merindukan sosok Avee yang selalu merawat nya kapan pun. Memeluknya jika Jihoon membutuhkan pelukan

Sekarang Jihoon merasa seperti benar benar kehilangan Avee. Dia merasa jarak nya dengan Avee sangat jauh, dan sulit untuk digapai

Tok tok

Suara pintu membuat Jihoon langsung terduduk tegak sambil menatap pintu yang knop nya akan dibuka

"JANGAN MASUK!! SIAPA PUN LO JANGAN MASUK KALO LO BUKAN AVEE!! " Teriaknya sekuat tenaga

"JANGAN MASUK KALO LO ADALAH ORANG YANG GA BAWA AVEE KESINI!! "

Namun seseorang yang ada diluar tidak mengindahkan perkataan Jihoon. Orang tersebut masih memegang knop pintu dan menggerakkan nya. Berusaha membuka pintu kamar

"GW BILANG PERGI!! "

Jihoon menenggelamkan kepalanya di lipatan lutut dan tangan nya. Ia tidak ingin melihat orang lain selain Avee saat ini. Jika hanya menangis sambil terus mengusir seseorang yang sekarang sedang berjalan kearahnya

Orang itu berdiri disamping Jihoon. Dan orang tersebut adalah

Avee.

Avee memandang suaminya dengan derai air mata yang terus luruh membasahi kedua pipinya

"Ji.. " Panggil nya pelan

Jihoon kenal suara itu. Suara yang berhari-hari ia tunggu. Suara yang berhari-hari ingin sekali ia dengar.

Dengan pelan ia mengangkat kepala nya, menoleh menatap orang yang telah memanggil dirinya tadi

"Avee... " Ucapnya dengan bibir bergetar. Wajahnya yang makin tirus, bibir nya yang kering, pemandangan itu sangat sangat membuat Avee sakit hati

"Avee" Jihoon bergerak dengan cepat mendekati Avee. Avee pun sama, dengan tak sabarannya Jihoon memeluk Avee erat, lalu menangis keras pelukan Avee. Avee membalas pelukan Jihoon tak kalah erat

"Maafin aku, maaf.. Jangan tinggalin aku, jangan pernah pergi... " Ucap Jihoon sambil terus memeluk sang istri, ia seperti tak ingin melepaskan pelukan keduanya

Avee menggigit bibir bawahnya menahan tangis. Ia sungguh sungguh sangat sakit hati melihat Jihoon yang seperti ini

"Jangan pergi.... " Jihoon terus mengatakan kalimat yang sama setiap saat. Jihoon sangat amat tidak ingin Avee meninggalkan nya

"Ga akan, aku bakalan ada disini sama kamu... Aku ga bakal ninggalin kamu" Avee mengusap pundak Jihoon dengan penuh kasih sayang, sesekali juga menepuk-nepuk pundaknya agar Jihoon merasa tenang

Suara tangis Jihoon mereda. Hanya badannya saja yang terlihat bergetar

"Jangan pergi... " Liriknya lagi

Paji √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang