"Bajingan lo!! " Maki jeongwoo pada laki-laki yang telah diborgol oleh polisi itu. Sekarang jeongwoo , Jeffi, dan Ariyo telah berada di kantor polisi "lo siapa berani nyakitin kedua kakak gw ha?? "
Orang tersebut tertawa renyah "bukannya mereka berdua pantes mati, apalagi Jihoon, dia kan udah gila, udah ga waras"
Jeongwoo tersulut emosi karena perkataan orang tersebut. Jeongwoo yang hendak menghampiri orang itu dan akan menonjoknya ditahan oleh Ariyo
"jangan bikin keributan, ini kantor polisi"
Jeongwoo akhirnya diam, berusaha menyesuaikan irama jantung nya yang berdetak hebat karena amarah. Nafasnya ia atur menjadi lebih tenang
"Apa alasan lo? " Tanya Jeongwoo masih dengan sedikit stok kesabaran yang ada " gw ga kenal lo, dan lo adalah orang asing bagi kami, apa alasan lo ngelakuin semua hal busuk itu? "
Orang tersebut tersenyum "kenalin, gw Rehan" masih dengan senyuman manis ia menyapa Jeongwoo
"Alasan gw nyakitin mereka berdua karena mereka berdua itu hama" timpalnya dengan ekspresi tak berdosa
"Maksud lo apa?! " Jeongwoo sudah mulai marah
"Mereka berdua udah hancurin kebahagiaan adik gw!! " Rehan tersulut emosi. Dia mengeraskan suaranya karena marah
Jeongwoo mengernyit kan dahi bingung atas ucapan Rehan, yang menurut Jeongwoo tak nyambung sama sekali
"Claura, claura ada adik gw, dan lo pada!!! Lo pada udah ngerusak kebahagiaan dia!! " Rehan berteriak. Polisi berusaha menahan Rehan
"Dan lo nyalahin kedua kakak gw? " Tanya Jeongwoo masih tak percaya "adik lo itu yang goblok!! Lo harusnya jadi kakak tuh ajarin adik lo biar pintar, ga malah jadi pelakor!! Kalo claura masuk penjara, ya itu resiko"
Rehan menggeram marah, ia ingin menonjok Jeongwoo tapi sayangnya tangannya diborgol
"Kayaknya satu keluarga gila semua ya? " Titah Jeongwoo sambil menatap marah wajah Rehan "ga anak ga papanya sama aja, sinting"
Jeongwoo menatap kedua polisi laki-laki yang ada dibelakang Rehan "bawa saja dia pak"
"Dan lo! " tunjuk Jeongwoo pada wajah Rehan "lo bakal membusuk dipenjara!! "
---
Avee mengerjapkan matanya, melihat ke sekeliling ruangan karena merasa tak asing dengan suasana ruangan ini
"Rumah sakit? " Tanyanya pelan. Tak jauh disana, Vea berjalan mendekati nya dengan derai air mata. Astrid pun sama keadaan nya dengan Vea
"Kok pada nangis? " Tanya Avee. Bingung dengan keadaan sekarang. Saat Avee akan duduk, ia merasakan perih di bagian perutnya
"Awshh" Ia langsung memegang perutnya
Saat merasa kan rasa sakit itu, Avee tiba-tiba teringat kejadian malam itu. Dimana dia ditusuk oleh seseorang
"Jangan banyak gerak dulu" Seru Astrid, membantu Avee untuk rebahan kembali
Avee menurut, tapi pikiran nya masih terpikir kejadian malam itu. Hingga satu cuplikan memori membuat dia membulatkan mata terkejut
"Jihoon mana? " Tanyanya pada Astrid dan Vea. avee memandang kedua ibu nya itu. Tapi yang ditanyai malah diam. Astrid malah menunduk dibarengi getaran pundaknya yang sangat cepat . Sepertinya Astrid menangis
"Kok diem?? Jihoon mana?? " Tanyanya lagi. Avee menanyakan itu karena, saat malam itu ia sedikit tersadar dan melihat Jihoon memegang sebuah pisau, setelah nya ia tak tersadar kembali
"Ma.. Ibu... Jihoon mana?? " Avee menggoyang kan tangan kedua nya. Berharap ada sedikit jawaban menenangkan dari mulut mereka
Avee kemudian menatap sembarang arah sambil dengan perasaan khawatir
"Malam itu, Avee liat Jihoon megang pisau?? Itu buat apa?? " Ucapnya, tapi Astrid dan Vea masih diam. Seperti sangat sulit untuk menggerakkan bibir nya
"Pisau nya buat apa?? " Suara avee mulai lirih
"Sayang.. " Panggil Vea. Entah kenapa air mata avee ikut meluruh begitu saja ketika melihat wajah mamanya
"Jihoon .. Jihoon.. " Vea sungguh sangat sangat tak sanggup berbicara. Sedang kan Astrid disamping nya masih tetap menangis sama seperti tadi. Kepala nya masih belum terangkat
"Jihoon udah pergi ninggalin kita" Kalimat singkat itu sontak membuat Avee mengerutkan kening
Avee tertawa sumbang "ahahha, apaan sih?? Ninggalin kemana?? Ke luar kota iya?? Dia udah sembuh dong? Wahh keren kalo gitu" Avee masih berusaha bercanda untuk tidak membuat suasana terlalu memegang kan baginya
Tapi avee dan Astrid malah tambah menangis, membuat Avee yang awalnya tertawa merubah ekspresi jadi tak berekspresi
"Kalian bercanda ya?? Jihoon ga mungkin ninggalin kita! Jihoon udah janji sama Avee"
"Vee, jihoon udah tenang, besok kita bakal kuburin dia bareng bareng ya?? "Astrid mengelus kepala Avee, berusaha menenangkan Avee
Avee menangis sejadi-jadinya, tidak bisa menerima kenyataan yang barusan ia dengar. Sangat tak masuk akan baginya
Avee menutup wajahnya
"Kamu nyuruh aku buat ga pergi, tapi ternyata kamu.. " lirih Avee membayangkan saat dimana Jihoon memeluk sangat erat, dan meminta nya untuk tetap tinggal dan jangan meninggal kan nya
(Disarankan untuk mendengar kan lagu Day & night versi piano, supaya makin dapet suasana bahagia nya (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)
Pintu dibuka, menampilkan Jeongwoo yang terlihat hancur.
Avee mengalihkan pandangan nya kearah Jeongwoo. Ia berusaha turun dari brankar, walaupun Vea dan Astrid melarang nya tapi Avee tetap turun bahkan melepas kasar infus di tangan nya hingga berdarah. Dengan terseok-seok ia menghampiri Jeongwoo. Astrid dan Vea panik, bahkan berusaha membantu Avee berdiri tapi Avee menepis nya
Saat Avee tiba di depan Jeongwoo, dia mengguncang pundak Jeongwoo keras
"Lo jujur sama gw, lo jangan bohong kayak mama sama ibu, abang lo baik baik aja kan?? " Tanyanya. Jeongwoo tak mampu menatap mata Avee, dia menunduk dalam sambil terisak
"Ayo jujur woo, demi kakak lo ini, jujur sama gw ya?? " Avee berusaha membuat Jeongwoo bicara
"Kak.. " Jeongwoo mendongak "gw harus bohong apa jujur?? Kalo gw bohong lo bakal marah, tapi kalo gw jujur, lo bakal sakit"
Avee akan jatuh, ia oleng, tapi ditahan oleh Jeongwoo
"Gw jujur sekarang... Bang jihoon udah ga ada kak"
Avee kembali terisak. Menyakitkan melihat avee yang seperti ini. Avee jatuh ke bawah. Jeongwoo ikut terduduk dan memeluk kakaknya dari samping
"Lo bohong kan woo hiks.. Lo bohong kan!! " Ucapnya berusaha melepaskan pelukan dari Jeongwoo
"Jihoon ga mungkin pergi Woo, dia udah janji sama gw "
"Dia bilang janji bakalan ada disamping gw"
"Dia bilang mau terus gw peluk"
"Dia, d-dia.. " Ucapan Avee terpotong. Saat Jeongwoo memotong ucapan nya
"Sstt, kak.. Jangan gini, ayo ikhlasin bang Jihoon sama sama kak" Jeongwoo mempererat pelukan nya pada Avee
"Ga, gw ga mungkin ikhlasin dia!! Gw harus buat dia hidup lagi, atau... " Avee dengan kasar melepas pelukan nya dengan jeongwoo
"Atau gw ikut mati bareng Jihoon"Ucapnya dengan pandangan kosong. Dia berdiri lalu berlari keluar ruangan sambil memegang perut nya yang sakit
"KAK!! "
---
Jihoon maafin gw😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Paji √
Random"Lo istri gw, apaan sih, ga usah deket deket kang galon itu" "Ish,gw ngambek baru tau rasa lo" "Gw suami lo anjirr" "Kenapa, gw suami lo, dan lo istri gw, kenapa lo yg ngatur suami lo? "