Avee berlari kearah ruang jenazah. Ia melihat beberapa perawat yang sedang membawa jenazah Jihoon. Avee mendekati nya dan mendorong kedua perawat itu dengan keras, sampai terjatuh
"Ji... Bangun.. " Avee menggoyang goyangkan badan Jihoon yang sudah tak bernyawa itu. Wajahnya pucat, seperti tak ada sedikit pun darah yang mengalir ditubuh nya
"Bangun ga lo!! Dengerin!! Gw udah ngomong ga sopan sama lo!! Gw udah ganti logat gw!! Sekarang lo harus bangun terus marahin gw!" Avee terus menggoyang kan tubuh Jihoon. Walaupun Jihoon tak merespon sedikit pun
"Gw ga percaya sama mereka kalo lo udah pergi!! Karena gw tau lo ga mungkin tinggalin gw!! Lo harus tepatin janji lo untuk terus ada buat gw!! "
"Gw ga mau kehilangan lagi Ji.. Gw ga mau... " Avee menggeleng kan kepala nya. Ia memeluk tubuh Jihoon yang sudah sangat dingin
"Gw ga mau kehilangan untuk yang ke dua kalinya.. " Lirih nya. Suara nya hampir hilang karena keseringan berteriak dan menangis
"Lo jangan ninggalin gw kayak Veera ninggalin gw waktu itu ji.. Jangan lagi... "
Avee terus mendekap erat tubuh suaminya. Enggan melepaskan tubuh sang suami.
Vea dan Astrid tiba di ruangan itu. Menahan Avee yang terus menangis dan sesekali mengguncang kuat tubuh tak bernyawa suaminya
Vea menarik avee, lalu membawa nya kedalam pelukan nya. Vea mendekap Avee yang ingin memberontak. Sedang kan Astrid hanya menangis sambil menatap mayat anaknya
Vea mengelus rambut Avee. Sesekali mengecup pucuk kepala anaknya
"Ma... Avee mau Jihoon ma.. "
Avee terus berusaha melepaskan pelukan itu. Ia ingin menghampiri sang suami yang sedang diurus oleh beberapa perawat yg sempat Avee dorong tadi
Avee terus menangis. Enggan berhenti sebentar saja. Untuk beberapa menit Avee diam dalam pelukan mamanya. Tapi tiba-tiba ia melepaskan nya dengan kasar. Ia kembali kabur dan berlarian keluar
"Avee!! " Teriak Vea dan Astrid. Saat avee tiba di lorong rumah sakit, Jeongwoo yang juga sempat ingin menyusul Avee langsung mengejar sang kakak
Avee menuju ke lantai atas. Menaiki banyak tangga dan tak kelelahan sedikit pun. Saat tiba di pintu rooftop, avee menatap pintu itu. Lalu dengan pelan membuka nya
Ia berjalan keluar dari pintu, sekarang posisi nya tepat di rooftop rumah sakit. Ia mendekati pinggir pembatas rumah sakit
Menaiki pembatas tersebut dan melirik kebawah sana. Disana banyak orang orang yang sedang berlalu lalang seolah tak sadar ada seseorang yang akan melompat di atas sini
Avee berhenti bersuara, tapi air matanya tetap keluar tanpa bisa ditahan sedikit pun
Brak!!
Suara dobrakan pintu terdengar. Muncul Jeongwoo, Vea, Astrid, Jeffi dan ariyo yang baru saja tiba dari kantor polisi. Dan ada juga beberapa pihak rumah sakit yang menyusulnya
Avee menoleh kebelakang, ia melihat Vea yang menutup mulutnya karena tak tega melihat anaknya yang siap melompat kapan saja. Vea bahkan tidak memiliki nyali untuk mendekat kearah Avee
Sedang kan Jeongwoo ia berlahan mulai melangkah untuk menolong Avee. Ia merenggang kan tangan nya siap menangkap Avee
"Kak... Sini.. Jangan mendekat ke pinggir situ ya.. Ayo sini.. " Panggil Jeongwoo. Membujuk Avee yang sedang menangis sambil menatap nya datar
"Ayo.. Tenang oke.. Kak.. "
Avee sama sekali tidak peduli. Ia malah menunjuk Jeongwoo menyuruh nya untuk berhenti
KAMU SEDANG MEMBACA
Paji √
Random"Lo istri gw, apaan sih, ga usah deket deket kang galon itu" "Ish,gw ngambek baru tau rasa lo" "Gw suami lo anjirr" "Kenapa, gw suami lo, dan lo istri gw, kenapa lo yg ngatur suami lo? "