1. Pertemuan Singkat yang Memiliki Kesan

375 36 15
                                    


Langit Bandung sore itu tampak cerah dihiasi sekumpulan awan yang berarak. Warnanya masih tampak kebiruan meski mulai terbias semburat jingga yang mulai nampak di sebelah barat.

"Sampai besok ya, Zee. Makasih loh udah mau nemenin aku belanja seharian buat lepasin stress setelah UAS kemarin. Kamu memang temenku yang paling baik sedunia," ujar seorang gadis bernama Nara, pada teman karibnya yang disapa Zee itu.

"Gak usah lebay gitu juga kali, biasa aja. Kalau aku emang bisa bantu, pasti aku bantuin," balasnya. "Rumahku udah deket, tuh. Aku turun di depan, ya."

Dianggukan kepala Nara seraya mengacungkan ibu jarinya pada Zee. "Pak Jum, nanti di depan sana ada rumah gedong yang pagarnya cat hitam, tolong berhenti di sana ya, Pak," pintanya pada sang sopir.

"Siap, Non," jawab Pak Jum.

"Pak Jum udah tahu kali. Kan udah sering juga nganterin pulang. Iya kan, Pak?" timpal Zee yang dibalas anggukan Pak Jum sambil tersenyum.

Tidak seberapa lama mobil yang ditumpangi dua gadis SMA itupun berhenti tepat di depan rumah Zee. Segera ia turun dari mobil sambil melambaikan tangan tanda perpisahan pada Nara dan menghampiri sisi pintu sopir. "Makasih banyak Pak Jum udah nganterin pulang. Bapak hati-hati di jalan, ya. Kalau Nara minta mampir ke sana-sini lagi jangan diturutin, Pak. Langsung bawa pulang aja," serbu Zee sambil terkekeh hingga membuat gadis bernama Nara itu merengut padanya sementara Pak Jum mengangguk dengan senyuman ramah khasnya. "Ya udah ya, aku masuk sekarang," sambung Zee.

 "Ya udah ya, aku masuk sekarang," sambung Zee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Zee, lengkapnya Zinnia Arunika. Gadis manis berusia delapan belas tahun ini dibesarkan di lingkungan keluarga yang begitu hangat sehingga tidak aneh jika Zee begitu perhatian kepada siapapun yang dikenalnya, seperti pada Pak Jum -sopir pribadi keluarga Nara- tadi.

Zee terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Ayahnya adalah seorang arsitek sekaligus dosen di salah satu kampus ternama Kota Bandung sedangkan ibunya adalah seorang dokter spesialis pediatri di RSIA Bandung. Zee mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Bian Askarabhumi yang usianya terpaut sepuluh tahun dengannya.

"Eh, Zee! Jangan lupa hari Senin nanti temenin aku jenguk maminya Revan, ya!" Nara berseru sebelum langkah kaki Zee menjauh dari mobilnya. Zee kemudian berbalik sebentar dan mengacungkan ibu jarinya pada Nara tanda setuju. "Salam untuk Bunda sama Mas Bian!" teriaknya lagi yang lagi-lagi hanya dijawab dengan acungan jempol oleh Zee.

Setelah membiarkan mobil Nara melaju pergi, ia terdiam sejenak di tempatnya sekedar memastikan mobil Nara tidak terlihat lagi dari pandangannya, baru setelah itu Zee memutuskan untuk segera masuk ke halaman rumah. Saat ia hendak membuka pintu pagar, kedua alisnya bertaut ketika menyadari ada sebuah mobil asing yang terparkir di depannya. Zee lantas melongokan kepalanya ke dalam mobil namun tak ada siapapun di sana. Tak ingin ambil pusing, Zee akhirnya membuka pintu pagar dan memasuki pekarangan rumah.

Baru beberapa langkah ia berjalan dari arah pintu pagar, langkahnya langsung terhenti saat melihat seorang pria muda yang tengah berdiri sambil menekan bel pintu rumahnya. Dengan langkah terburu-buru Zee segera menghampiri pemuda itu.

SERENDIPIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang