2. Sebuah Permulaan

145 29 1
                                    


Masa ujian akhir sekolah memang sudah selesai tapi Zee masih diwajibkan untuk datang ke sekolah sekedar untuk mengisi daftar kehadiran siswa ataupun melakukan remedial jika memang ada nilai yang kurang memuaskan.

Pagi ini saat bel tanda masuk berbunyi, Zee terburu-buru keluar dari perpustakaan menuju ruang kelasnya. Meskipun tidak akan ada pelajaran yang mereka pelajari hari ini, tapi lagi-lagi semua siswa diwajibkan berada di dalam kelasnya saat jam masuk pelajaran tiba.

Murid-murid yang sejak tadi berada di koridor kelas pun satu persatu masuk ke dalam kelas mereka disusul Zee yang datang bersama sang wali kelas. Ia lantas mendudukan diri di mejanya yang berada pada deretan paling depan. Sesaat setelahnya ketua kelas mengomandoi teman-temannya untuk memberikan salam pada sang wali kelas.

"Selamat pagi anak-anak. Hari ini ibu akan membagikan hasil ujian kalian dari mata pelajaran yang ibu ajar. Lagi-lagi Zinnia mendapat nilai sempurna seperti biasanya. Jadi berikan selamat dan tepuk tangan untuk teman kita yang luar biasa ini," ucap sang wali kelas seraya bertepuk tangan hingga koor tepuk tangan dari teman-teman sekelasnya langsung menggema di seluruh penjuru kelas.

"Oke Zinnia, selamat untuk prestasi kamu dan pertahankan, ya. Sekarang ambil lembar nilai ini lalu bagikan lembar lainnya pada teman-teman."

Zee mengangguk lalu bangkit untuk mengambil lembar nilai hasil ujian di tangan sang wali kelas dan langsung membagikannya pada yang lain sesuai nama mereka. Setelah membagikan hasil ujian, wali kelasnya memberikan sedikit pengumuman tambahan sebelum akhirnya keluar dari kelas.

Berbeda dengan teman-teman lainnya yang memilih untuk mengobrol, bergosip dengan teman satu geng masing-masing untuk mengisi jam kosong, di mejanya saat ini Zee tengah membaca buku yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan, tentu saja buku yang berhubungan dengan dunia arsitektur. Memiliki seorang ayah dan kakak laki-laki yang berprofesi sebagai seorang arsitek membuat Zee begitu tertarik untuk masuk ke dunia yang sama sejak ia kecil. Baru beberapa lembar halaman dibacanya, Nara yang berada di kelas sebelah tiba-tiba datang menemuinya.

"Zee!" seru Nara seraya menghampiri Zee di mejanya, "Kantin yuk, laper nih. Aku nggak sempet sarapan tadi."

Tanpa banyak berpikir Zee pun menuruti ajakan Nara, ia sendiri merasa tak nyaman dengan suasana kelasnya yang sangat ribut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanpa banyak berpikir Zee pun menuruti ajakan Nara, ia sendiri merasa tak nyaman dengan suasana kelasnya yang sangat ribut. Keduanya berjalan menyusuri koridor kelas lalu menuruni tangga menuju kantin sekolah yang selalu penuh sesak.

"Mulai semester depan kita pasti sibuk banget ya, Zee. Persiapan masuk universitas," kata Nara sambil menyantap nasi goreng yang dipesannya sesaat setelah mereka tiba di kantin beberapa menit yang lalu.

Zee yang masih terfokus pada buku bacaannya hanya menggumam seraya menyeruput milkshake coklat dari gelasnya.

"Kamu masih tetap mau masuk Arsitektur, Zee?" ucap Nara lagi sembari memperhatikan buku yang tengah dibaca teman karibnya itu.

Zee lantas menutup buku bacaannya dan meletakkannya ke atas meja, "Kayaknya sih gitu. Emangnya kenapa?"

"Nanya doang," sahut Nara. "Sorry ya, aku gak bisa ikut kamu ambil jurusan itu. Arsitektur bukan dunia aku banget pokoknya."

SERENDIPIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang