"ZINNIA ARUNIKA!!!"
Lengkingan suara yang memekakan telinga itu terdengar menggema di sepanjang lorong kelas pagi ini. Jam baru saja menunjukkan pukul 6.30 di mana belum banyak siswa yang berkeliaran di sekolah tapi Zee --ia terbiasa datang ke sekolah lebih awal-- sudah berada di dalam kelasnya dengan sebuah buku di tangan, siap memulai kembali kegiatan belajar di awal semesternya. Tanpa perlu repot-repot menjawab panggilan yang sudah bisa dipastikan dari siapa, Zee melambaikan tangan tanpa sedikitpun melihat ke arah kedatangan Nara di depan pintu kelas. Segera Nara masuk menghampiri Zee, menarik kursi dari meja sebelah dan langsung duduk berhadapan dengannya.
"Foto Mas Abi di postingan instagram kamu apa maksudnya coba?! Aku gak mau tau ah, kamu harus cerita sekarang juga pokoknya. Aku bela-belain datang pagi cuma buat denger cerita dari kamu soalnya aku gak mau nunggu dan terus-terusan penasaran sampai jam istirahat nanti," cecar Nara dalam satu tarikan napas.
Zee menutup bukunya lalu menatap teman karibnya itu sambil tersenyum sangat manis, "Bukan apa-apa, cuma iseng doang," jawabnya santai yang mengundang decak kesal dari bibir Nara.
"Serius dong, Zee!" desaknya tak sabaran.
"Aku serius, Ra. Memang bukan apa-apa."
"Jadi kamu gak mau cerita, nih?"
"Bukan gak mau cerita, tapi aku bingung harus mulai dari mana. Terlalu banyak yang mau aku ceritain ke kamu."
"Oke, kalau gitu kamu bisa mulai dari foto yang kamu kirim ke whatsapp aku pas mau berangkat ke Jogja. Selebihnya pasti bakalan ngalir gitu aja. Aku siap banget dengerin cerita kamu sampai berepisode-episode."
Akhirnya Zee pun menceritakan hal yang ingin Nara dengar dengan sangat antusias. Saking serunya bercerita kedua dara manis itu tidak menyadari kemunculan Revan dan Kai di depan pintu kelas yang bermaksud menyapa keduanya, namun sayang setelah menunggu beberapa menit tetap tak ada satupun dari kedua gadis itu yang mengetahui eksistensi Revan dan Kai saat itu, akhirnya mereka pun memilih berlalu. Kurang lebih sekitar dua puluh menit Zee terus mengoceh, memenuhi rasa keingintahuan Nara tentang liburan singkatnya beberapa hari ke belakang dan tepat pukul tujuh kurang sepuluh menit bel tanda masuk pun berbunyi.
Terdengar helaan napas kasar dari Nara, "Lagi seru-serunya malah bel lagi, sebel banget. Kenapa kita nggak satu kelas aja sih!" dumal Nara yang bersiap meninggalkan kelas Zee.
"Ceritanya kita sambung di rumahku aja, ya? Soalnya nggak mungkin kan kalau kita cerita pas istirahat, ada Kai sama Revan."
"Hmm, ya udah deh, nanti pulang sekolah aku ke rumah kamu, ya?"
"Siip!"
Nara pun keluar dari kelas Zee untuk segera menuju kelasnya, namun baru satu langkah ia keluar dari pintu kelas, Revan yang ternyata menunggunya sejak tadi di balik pintu segera menggamit lengan Nara dan membawanya pergi dari depan kelas Zee.
"Mate, foto cowok di postingan instagram Zee itu siapa? Kamu tau?" tanya Revan buru-buru.
"Tau, temennya Mas Bian," jawab Nara santai.
"Kok bisa di-post sama Zee?"
"Iseng aja katanya."
"Terus tadi kalian berdua ngobrol seru kayak gitu lagi ngomongin mas-mas itu, ya? Mereka berdua deket? Pacaran?"
"Tunggu-tunggu, kamu kenapa, mate? Kok nanya-nanya gitu?"
Revan berdecak pelan, "Nggak, nggak kenapa-kenapa kok. Lupain aja."
"Kok gitu sih?! Kenapa?" tuntut Nara.
Revan hanya menatap Nara bimbang.
"Revan!" Nara berseru kesal sebab tidak biasanya kekasihnya ini bersikap misterius. Pikiran Nara jadi melayang ke mana-mana, takut kalau ternyata selama ini kekasihnya itu menaruh rasa pada Zee dan cemburu setelah melihat foto Abi di sosial medianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPIA
Hayran Kurgu"Ketika takdir mendekat dengan menyamar sebagai kebetulan." Berawal dari sebuah pertemuan yang mereka kira tampak biasa saja namun ternyata memiliki kesan yang mendalam. Zee dan Abi meyakini jika pertemuan yang terjadi di antara mereka berdua itu b...