Satu minggu setelah mengungkapkan perasannya pada Zee, Kai selalu menjaga jarak dengannya. Sebisa mungkin Kai menghindari Zee di segala kesempatan hingga membuat Zee merasa canggung dibuatnya.
"Kamu lihat sendiri kan, Ra, siapa yang childish? Aku udah berusaha bersikap biasa aja tapi justru Kai sendiri yang ngejauh, pake segala buang muka kalau nggak sengaja ketemu. Udah satu minggu loh ini," dumalnya di sela-sela waktu istirahat mereka di sekolah siang ini.
"Ya wajar lah, Zee. Mungkin Kai malu. Tunggu aja, nanti juga baik sendiri kok anaknya," ujar Nara santai.
"Tapi kan nggak perlu sampai kayak gitu juga. Kita tuh udah kelas tiga semester akhir, nggak usah lah nambah-nambah beban pikiran. Aku tuh pengennya lulus dari sekolah ini tanpa punya beban dan musuh satupun."
"Kai nggak ngajak musuhan kok, Zee. Dia cuma nggak tau aja harus bersikap kayak gimana setelah kejadian itu. Kai pasti ngerasa canggung karena dia ditolak mentah-mentah sama kamu."
Zee terdengar menghela napas kasar.
"Udah lah, nggak usah dipikirin. Mendingan Sabtu ini temenin aku nge-mall yuk, Zee. Mumet juga terus-terusan bimbel, sekalian kamunya juga perlu refreshing," ajak Nara.
"Sabtu ini, ya? Aku nggak bisa, Ra. Ada janji sama Mas Abi mau lihat pameran di Graha Pos jalan Banda."
Mendengar penuturan teman karibnya itu Nara tampak memicingkan matanya sambil menyeringai jahil, "Cieee, mau nge-date nih ceritanya?"
"Bukan nge-date kali. Cuma mau lihat pameran. Kebetulan aja Mas Abi juga mau ke sana jadinya barengan."
"Kebetulan apa disengaja, nih?" godanya lagi.
Zee mendecak kesal sambil menatap Nara sinis, "Mau itu kebetulan atau disengaja memangnya urusan kamu apa, ya?!" marahnya tak terbendung. Suasana hati Zee saat ini sedang dalam kondisi yang tidak baik hingga ia sangat mudah sekali tersulut emosi.
"Santai aja kali, Zee. Nggak perlu pake marah segala kan bisa? Oke, kalau pertanyaan aku tadi itu agak kelewatan buat kamu, aku minta maaf. Tapi nggak perlu sampai sewot gitu. Aku tau kamu lagi kesel sama Kai, tapi jangan bawa-bawa aku juga dong."
Zee menggeram pelan sambil mengacak rambutnya frustasi, "Semua gara-gara Kai pokoknya! Semua salah dia!"
Nara hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil mendecak beberapa kali melihat tingkah Zee saat ini. Tak seberapa lama terdengar bel tanda waktu istirahat berakhir, keduanya segera bergegas kembali ke kelasnya masing-masing untuk memulai kembali kegiatan belajar.
Waktu bergulir dengan cepat, menjelang Maghrib Zee baru kembali ke rumahnya setelah menyelesaikan serangkaian bimbingan belajar di beberapa tempat. Dan selepas makan malam Zee yang tengah bersiap untuk mengistirahatkan tubuh lelahnya dikejutkan dengan sebuah chat yang masuk ke ponselnya.
=============
Mas Abi
Sabtu nanti saya jemput ke rumah ya, Zee. Pamerannya dimulai jam 9 tapi kita datang jam 10 aja ya?Biar nggak terlalu pagi juga
Eh nggak usah, Mas
Kalau jemput ke sini dulu kejauhan nanti. Lagipula akunya mau ke rumah temen dulu sebentar ngembaliin buku yang aku pinjem, jadi baiknya kita langsung ketemu di tempat pameran aja
Oh gitu?Tapi pulangnya saya anterin ya, sekalian saya mau ketemu sama Pak Rashad, ada janji bimbingan jam 3 sore di rumah

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPIA
Fanfiction"Ketika takdir mendekat dengan menyamar sebagai kebetulan." Berawal dari sebuah pertemuan yang mereka kira tampak biasa saja namun ternyata memiliki kesan yang mendalam. Zee dan Abi meyakini jika pertemuan yang terjadi di antara mereka berdua itu b...