Pagi yang cerah mengawali aktivitas Zee hari ini. Sesampainya di sekolah Zee langsung menghampiri Nara di kelas sebelah, ia tak sabar untuk menceritakan hal yang baru saja terjadi kemarin saat bersama Abi pada teman karibnya itu."Yang bener, Zee? Seganteng itu kah?" tanya Nara setelah mendengar semua cerita Zee tentang Abi.
Zee mengangguk cepat, "Serius. Dia itu terlalu ganteng untuk ukuran manusia pada umumnya. Kamu harus lihat langsung baru bisa percaya."
"Sama Revan gantengan mana?"
"Ya jelas Mas Abi lah! Tega banget dibandinginnya sama Revan," dumal Zee tak terima.
"Revan juga kan ganteng, Zee."
"Ya gantengnya cuma di mata kamu aja. Di mata aku jelas nggak, lah."
Nara tampak mengerucutkan bibirnya tanda tak terima, "Hmm ... Oke terserah."
"Jangan ngambek gitu dong, aku kan bercanda doang."
"Bercandanya nggak lucu, Zee. Revan itu cinta pertama aku. Ya aku gak terimalah kalau ada yang jelek-jelekin."
"Inara Maharani, siapa yang jelekin pacar kamu itu, hmm?"
Nara menghela napas kasar, "Iya, iya."
"Aduh, Ra, sampe sekarang aja aku masih kebayang-bayang terus wajahnya masa. Apalagi caranya waktu bukain pintu mobil buat aku. Terus pas aku mau masuk tangannya dia arahin di deket kepala aku supaya nggak kejedug pas masuk mobilnya."
"Kok so sweet banget sih, Zee? Jadi mau juga digituin, huhuhu ..."
"Gentleman banget kan! Perfect deh pokoknya. Baru kali ini aku ngerasa deg-degan ketemu sama cowok," timpal Zee sambil memekik tertahan.
"Terus kalian jadi pergi ke Jogja? Mas-mas itu ikut?"
"Jadi dong. Aku malahan nggak sabar pengen cepet-cepet minggu depan biar bisa ketemu lagi sama Mas Abi," ocehnya seraya memeluk dirinya sendiri.
"Temenku Zinnia si kutu buku ini mulai jatuh cinta rupanya? Tapi Zee, aku kira kamu bakalan jadian sama Kai, loh. Secara kan kalian cocok banget."
Mendengar penuturan Nara, Zee yang semula tampak sumringah langsung mencebik pelan, "Dari dulu aku sama Kai itu cuma temenan, Ra. Murni temenan. Nggak kayak kamu sama Revan," tegasnya.
"Yakin? Emangnya kamu nggak pernah ngerasa baper gitu tiap Kai perhatian ke kamu?"
"Yakin seratus persen! Aku nggak pernah tuh ngerasa baper atas semua perlakuan dia ke aku."
"Kamu mungkin nggak baper, tapi Kai, gimana? Kalau ternyata selama ini Kai suka sama kamu, apa yang bakal kamu lakuin, Zee?"
"Aduh Nara, nggak usah ngaco gitu lah pikirannya. Nggak mungkin juga Kai suka sama aku. Kita ini kan saingan berat. Berat banget. Sekarang aja nilai-nilai ujiannya dia ada dibawah aku, pasti dia kesel banget itu. Kai kan orangnya ambis."
Nara mendecak menanggapi perkataan Zee, "Sesama ambis tidak perlu saling mengejek ya, wahai oknum Zinnia Arunika."
Saat sedang seru-serunya berbincang kehadiran Kaisar dan Revan di depan pintu kelas Nara berhasil mengejutkan keduanya.
"Lagi ngegibahin apa, sih? Seru gitu kayaknya sampe nggak sadar dari tadi kita berdua manggilin kalian," ucap Revan seraya mensidekapkan kedua tangannya.
"Hah? Oh ini, Zee lagi--" Belum sempat Nara melanjutkan kalimatnya, Zee lebih dulu membekap mulutnya agar tidak menceritakan apa yang baru saja mereka bicarakan.
"Nggak, kok. Bukan apa-apa. Kalian ngapain ke sini?" tukas Zee.
"Mami ngundang kalian makan siang di rumah. Katanya sebagai ucapan terimakasih karena kalian udah jengukin Mami kemarin," jawab Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPIA
Fanfiction"Ketika takdir mendekat dengan menyamar sebagai kebetulan." Berawal dari sebuah pertemuan yang mereka kira tampak biasa saja namun ternyata memiliki kesan yang mendalam. Zee dan Abi meyakini jika pertemuan yang terjadi di antara mereka berdua itu b...