Chapter 2

2.6K 186 34
                                    

Aahhh..

Aahhh..

Sshhh..

Paaapaahh..

Entah sudah berapa kali kami berbuat maksiat di dalam kamarku, itu sudah tak terhitung lagi. Kami bermain hanya saat ada kesempatan ketika Mama ku pergi untuk mengurusi bisnisnya.

Aaahh..

Aaaahhh..

Plokk.. plokk.. plokk.. plokk.. plokk..

Hentakan keras bertubi-tubi telah aku terima hingga diriku sudah tak sanggup lagi untuk menghadapi hawa nafsu Papa ku.

" kau sangat nikmat sayangg,, sangat sempit bahkan penis Papa sangat suka saat berada di dalam lubang sempit mu ini. Aahh.."

" Aahh.. aku lelah Paahh.. aahh.. stop Paah.. stopp.." merasa tak kuat lagi untuk bertahan menerima tekanan dari Mewingga.

" uugghh.. sabar sayang,, sebentar lagi hemm.." hentakan masih terus di lakukan di dalam lubang ku secara bergantian.

Plokk.. plokk.. plok.. croott.. croott.. croott..

Lelehan sperma memenuhi Anal dan lubang Vagina ku. Hingga tanpa aku sadari, bahwa aku lupa untuk meminum pil penghambat kehamilan saat beberapa hari lalu kami melakukan hubungan badan.

" Pa."

" ada apa."

" jika tersesuatu pada Bagas, apa Papa akan bertanggung jawab?"

" apa maksud mu."

" Bagas lupa minum Pil penunda kehamilan, Pa."

" apa kau sudah gila tidak meminum obat yang Papa berikan padamu!?"

" Bagas lupa Pa, dan itu terjadi saat beberapa hari lalu."

" hah sial."

" Pa, bagaimana ini. Bagaimana kalau aku hamil dan Mama tau tentang kelakuan kita di belakangnya."

" jika itu terjadi lenyapkan saja. Apa kau ingin merusak keluarga ini dengan kehamilan mu itu."

" tapi kita melakukannya atas dasar sama-sama suka. Apa Papa tega membunuhnya."

" tidak ada pilihan lain selain melenyapkannya. Jangan sampai Mama mu tau hal itu."

" tapi Pa__"

" sebaiknya kau bersihkan tubuh mu sebelum Mama mu datang dan hentikan omong kosong itu."

" ya Pa." Lesu Bagas.

Mewingga pun keluar dari kamar meninggalkan Bagas yang masih terkulai lemas akibat pertempuran nya.

Aku mulai berjalan ngontai menuju kamar mandi. Tubuh penuh dengan sperma sudah menjadi hal biasa bagi ku jika Mama tak ada di rumah, seolah ini adalah kesialan bagi diriku yang harus memenuhi nafsu dari Papa ku sendiri. Namun aku sangat menyukainya walau pada kenyataannya aku hanyalah di anggap sebagai seorang Pelacur oleh Papa ku sendiri.

Hanya satu yang aku sesali kali ini bahwa aku tidak meminum pil penghambat kehamilan yang selalu di sediakan oleh Papa ku.

" apa kau akan tumbuh di sini? Ku harap kau tidak akan hadir di dalam rahim ku."

" jika kau melawan takdir dan memilih untuk tumbuh di dalam rahim ku. Jadilah anak yang baik dan kita akan berjuang bersama walau kenyataannya mereka tak akan menganggap kita ada, bahkan ayahmu yang tak menginginkanmu hadir di dalam sini." masih mengelus perut rataku.



.
.




Hari semakin sore, waktunya Bagas pergi membawa sepeda butut miliknya, walau pun butut tapi sepeda itu bisa menghasilkan uang ya walau pun hanya bisa mengisi perutnya dan membeli kebutuhan anaknya.

" apa anak ibu pasti lelah sekali hari ini."

Melihat mata sang anak yang menatap dirinya lugu.

" hari ini berjualannya sudah selsai dan besok kita akan berjuang kembali untuk mencari receh bersama."

Bagas berbicara pada Bayi nya yang bisa menatap dirinya tanpa menimbulkan suara.

Hingga akhirnya ia sampai, di sebuah bangunan rumah yang sudah kosong tak berpenghuni, yang menjadi tempat tinggal gratis untuk dirinya dan sang anak.

Air di dalam sumur tua di dalam rumah itu pun masih bisa Bagas gunakan hanya untuk sekedar, mandi, mencuci baju dan lain sebagainya.

" haaahh.." menghela nafas.

" akhirnya sampai juga sayang. Tunggu sebentar ya nak, ibu mau memasukkan sepedanya dulu. Kamu diam-diam di sini ya."

Menaruh anaknya di lantai yang beralaskan kardus bekas yang Bagas tumpuk hingga tebal seperti sebuah kasur yang nyaman untuk ia tidur bersama buah hatinya.

Memasukkan sepeda dagangannya kedalam rumah dan menyalahkan lilin dan lampu minyak sebagai penerangan malam mereka. Membersihkan tubuh sang anak menggunakan air hangat dan membalut tubuh mungil itu menggunakan kain tipis sebagai handuk kecilnya.

" waahh,, anak ibu sudah wangi dan tampan. Sekarang waktunya kita istirahat sebelum melanjutkan hari esok."

Merebahkan tubuhnya yang lelah untuk membuat sang anak tertidur dalam pelukan hangatnya sambil meminum asi.

Sekitar 20 menit kini bayi itu pun sudah tertidur pulas dan waktunya Bagas untuk melakukan aktivitas nya kembali.

Selesai mandi, Bagas membawa 1 kantung plastik hitam kecil yang ia taruh di keranjang sepedanya. Bungkusan berisi nasi yang ia beli di rumah makan saat hendak pulang kerumahnya. Hanya lauk sederhana sebagai penganjal perutnya yang lapar sejak pagi yaitu dengan satu tempe dan tahu sudah menjadi lauk yang sangat mewah saat ia makan.

Walau pun terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan, tidak membuat Bagas merasa malu dengan apa yang terjadi pada dirinya kini dan sang anak.

Menatap sendu wajah damai putranya yang tertidur pulas beralaskan kardus bekas tak membuat anak itu merasa tidak nyaman dalam tidurnya.

" maafkan ibu ya nak,, hanya ini yang baru bisa ibu berikan untuk kenyamananmu. Kalau ada uang lebih ibu akan membelikan kasur yang sangat empuk untukmu nanti."

" setiap hari air Asinya hanya ada rasa tempe dan tahu saja, karena Ibu hanya bisa membeli lauk mewah ini untuk memberikanmu Asi."

Setelah menghabiskan makan malamnya kini Bagas membaringkan tubuhnya di dekat sang anak, memandang langit langit rumah kosong itu yang menjadi tempat untuk ia berteduh selama kehamilannya dan pergi meninggalkan istana mewahnya.

" hay Paa,, bagaimana kabar Papa di sana. Semoga Papa baik-baik saja, disini aku dan anak kita baik-baik saja. Jalang kecil mu ini sangat merindukan mu Paapaa.. hiikksss.. anakku membutuhkan mu.. hiikkss.. hiikksss.. tapi aku sadar diri,, aku ini siapa.. hikkss.. aku hanyalah Jalang yang menjadi teman tidur untuk Papa di saat Mama tak ada.. hiikksss.. anak kita membutuhkan mu Pa.. hiikkss.." tak terasa air mata membasahi pipi Bagas kala ia mengingat kejadian pahit mengenai dirinya.

" maa,, Bagas mu ini merindukan mu.. hiikss.. hiikkss.. maafkan Bagas maaa.. hiikkss.." mengis memeluk tubuh mungil di samping dirinya.

Hinga tangisan itu memudar dan digantikan dengan dengkuran halus hingga isakan sesekali keluar dari mulut nya.













Bersambung...

PapaKu Ayah Anakku || Proses Revisi Rombak Ulang Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang