Sesampainya Bagas di sekolah, ia langaung bergegas menuju kelasnya di temani oleh Mewingga.
Tok! Tok!
" permisi." Guru yang sedang mengajar pun menoleh ke arah pintu kelas.
" ah! Tuan Mewingga. Ayo silakan masuk."
" saya hanya ingin mengantar Bagas saja."
" ah, a-ia Bagas silakan masuk."
Bagas pun masuk ke dalam kelas hingga menjadi pusat perhatian seluruh anak murid di kelasnya termasuk San.
" permisi Pak."
" ya.. ya.. masuk saja."
" karena Bagas sudah masuk maka saya harus segera pergi ke kantor. Permisi Pak."
" ah! Ya, tuan Mewingga."
Mewingga pun pergi dan guru kembali mengajar di kelas tanpa memperdulikan Bagas yang baru saja masuk ke dalam kelas setelah satu jam pelajaran berlalu.
" hay San."
" ....... "
" kenapa diam saja. Biasanya kamu selalu banyak bicara."
" ....... "
" baikah kalau kamu tidak ingin bicara padaku."
Bagas pun duduk di bangku sekolahnya dan membuka buku pelajaran hari ini. Sedangkan Guru masih menerangkan materi yang akan murid-muridnya pelajari hari ini.
Hingga jam sekolah pun usai, San masih tidak ingin bicara dengan Bagas. Bagas yang merasa di abaikan hanya bisa menatap San sedih.
" apa kau akan terus seperti ini tanpa ingin bicara padaku?? "
San melirik ke arah Bagas persekian detik tanpa bicara. Kelas mereka kini sudah kosong dan hanya menyisakan Bagas dan San.
" San, bicaralah padaku. Tidak biasanya kau bersikap dingin seperti ini padaku." Menyentuh tangan San.
" apa Papa mu selalu berbuat hal menjijikan seperti itu padamu?? "
Deg!
Mendengar ucapa San, Bagas melepaskan tangannya dari lengan San.
" apa maksudmu, aku tidak mengerti."
" aku yakin kamu tau apa yang baru saja aku katakan."
Bagas diam membisu, ia tak bisa berkata apa pun lagi pada San hingga...
" sejak kapan kau mengetahui hal itu."
" sejak aku membawamu ke rumahku untuk pertama kalinya dan.... tanda ini memperjelas apa yang sudah kau lakukan dengan Papa mu sendiri."
San sedikit menarik kerah baju sekolah Bagas hingga membuat Bagas merasa malu dengan perbuatannya yang menjijikan.
" apa kau merasa jijik padaku tentang apa yang sudah kau ketahui tentang diriku dan Papa ku."
" aku hanya ingin kau sadar dengan perbuatanmu yang menyimpang ini. Ini tidak baik untuk masa depanmu, Gas. Berhentilah melakukan itu sebelum kau menyesalinya."
" aku ingin mengakhirinya tapi aku tidak bisa berbuat apa pun. Papa selalu mengancamku dan memaksaku untuk melakukan hal menjijikan itu walau awalnya aku menikmatinya tapi aku membencinya. Hiks.. hiks.. aku membenci diriku sendiri hiks.."
Melihat Bagas meluapkan segala emosinya, San pun memeluk Bagas dengan hati-hati.
" aku akan selalu ada untukmu di saat kau membutuhkan ku. Berhentilah menangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
PapaKu Ayah Anakku || Proses Revisi Rombak Ulang Slow Update
RandomIni sebuah kisah tentang perjalanan hidupku...