Chapter 3

2K 171 12
                                    

5 Tahun Sebelumnya..


Saat ini aku duduk di bangku SEKOLAH MENENGAH PERTAMA terbaik di Kota kelahiran ku. Berpakaian rapi dengan sedikit riasan ringan di wajahku agar terlihat lebih segar di pagi hari.

Berjalan menuruni anak tangga dengan hati yang begitu bersemangat namun entah dari mana kesialan justru menimpa diriku yang hampir terjatuh dari bibir anak tangga sebelum melangkah menuruninya.

" akh! "

Grep! Chup!

Begitu terasa tangan besar memegang pinggang ku tanpa aba-aba bahkan bibir kami saling menyatu tanpa keraguan.

" Papa,," lirih.

Detak jantungku seolah berhenti berdetak saat aku berada dalam pelukan Papa ku untuk pertama kalinya dengan desiran aneh yang memenuhi tubuhku.

" hati-hati saat melangkah dan jangan terlalu fokus pada ponsel mu. Bagaimana kalau kamu jatuh dari tangga ini, kau akan masuk rumah sakit nanti hm.." Mengusak rambutku.

Seketika aku tersadar dari lamunanku " aa-mm maaf Paa. Tadi aku terlalu bersemangat, hehehe.." tawa ku hambar.

" ya sudah, ayo kita sarapan biar nanti papa yang akan mengantarmu pergi ke sekolah." Anggukan dari ku dan kami pergi melangkah menuruni anak tangga dengan bergandengan tangan.

Di meja makan, mama sudah menanti kehadiran kami.

Seperti biasa pagi ini Mama ku selalu membuatkan kami sarapan pagi yang begitu lezat setiap harinya, wajar saja itu terjadi karena Mama adalah seorang koki terbaik. Bahkan keluarga kami memiliki restoran di berbagai Negara.

Sarapan hari ini sangatlah nikmat, karna aku mendapatkan kecupan secara tidak sengaja dari Papa ku dan itu membuat jantungku berdetak begitu kencang saat aku membayangkan kembali bibir kami yang saling menyatu.

" Bagas."

" ya Ma."

" apa kamu sudah siap, bergabung di lingkungan sekolah baru mu nanti? "

" hanya sedikit gugup saja Ma."

" rileks saja, kamu pasti akan bertemu dengan teman-teman baru."

" ya Pa."

Sesi sarapan pagi pun sudah selasai dan waktunya kami berangkat dengan tujuan yang berbeda, Papa pergi ke perusahaan sedangkan mama pergi ke restoran miliknya dan aku pergi ke sekolah.

" Pa, Ma. Bagas masuk dulu. Sampai bertemu lagi di rumah. muachh.. muacchh.." mencium pipi kedua orang tua ku.

" jangan nakal sayang."

" ia Ma."

Kaki kecil ku masuk kedalam gerbang besar pembatas gedung sekolah.

Entah kenapa sepanjang jalan aku masih saja memikirkan tentang ciuman pertamaku dengan Papa.

" aku ini kenapa sih. Masih saja mikirin soal ciuman itu. Apa jangan-jangan aku suka sama Papa?? Ah tidak! Ini tidak boleh terjadi. Bahkan jantung ku terus saja berdetak sangat kencang saat mengingat kejadian tadi." Ocehku sepanjang jalan menuju kelas.

.
.

Matahari kini memancarkan sinarnya, sebelum matahari muncul Bagas sudah di sibukkan dengan pekerjaan rumahnya, dari mulai memasak air untuk mengisi termos air miliknya untuk di bawa saat berjualan nanti.

Mengangkat jemuran yang sudah kering dan melipatnya agar pakaian itu tak kusut. Membersihkan rumah dengan terburu-buru sebelum si kecil bangun dari mimpi indahnya.

PapaKu Ayah Anakku || Proses Revisi Rombak Ulang Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang