Pagi ini Bagas dan Mewingga turun ke bawah bersama-sama untuk sarapan pagi.
Mereka seperti seorang anak dan ayah kandung yang Mariana lihat di depan matanya. Namun di belakang dirinya mereka menyimpan sebuah rahasia yang nantinya akan menjadi bumerang untuk diri Bagas." Mama?! "
" ya Tuhan, anak Mama kenapa matanya seperti mata panda gini nak. Apa kamu jarang tidur yang cukup sayang." Mengelus wajah putranya.
Jelas saja Bagas kurang tidur karena ia harus melayani hasrat Papa nya setiap hari dan kapan saja pria itu menginginkannya.
" sekarangkan Bagas kelas 3 Smp jadi Bagas harus giat belajar supaya mendapatkan nilai terbaik. Apa lagi sebentar lagi ujian kelulusan pun akan di mulai. Jadi Bagas harus sering-sering belajar, Ma." Bohongnya sedikit melirik ke arah Mewingga.
" baiklah, lain kali jangan terlalu keras untuk belajar dan istirahatlah yang cukup. Kasihan sekali anak Mama ini, maafkan Mama baru kembali ke rumah ini karna restoran milik Mama ada sedikit kendala di sana." Memandang sendu sang anak.
" ia Ma Bagas mengerti. Bagas juga sudah terbiasa selalu di tinggal seperti ini jadi bagi Bagas tak masalah. Hanya saja Bagas merindukan Mama." Memeluk tubuh Mariana.
" ya sudah, kita makan dulu kau akan terlambat masuk sekolah nanti." anggukan Bagas.
Di meja makan seperti biasa ada sedikit sesi saling membahas masalah yang mereka hadapi untuk mencari solusi bersama hingga sebuah pertanyaan muncul dari mulut Mariana.
" nak, apa Papa mu nakal selama Mama pergi, sayang." Bagas yang sedang mengunyah makanannya tersendak mendengar ucapan mamanya.
Uhukk.. uhuukk.. uhhuukk..
" astaga, hati hati sayang." Menyerahkan air minum ke Bagas dan Mewingga menatap tajam ke arah Bagas yang membuatnya takut.
" kamu ini kenapa si nak, ko makan sampai tersedak gini. Kalau makan pelan-pelan saja sayang." Mengelus punggung belakang Bagas.
" Bagas terlalu bersemangat makan masakan Mama, karena Bagas sangat rindu masakan yang enak seperti ini." Bohong nya.
" Papa nggak nakal ko Ma. Paling ya Papa pulang terlambat karena sibuk di perusahaannya." Bohongnya lagi sambil melanjutkan makannya kembali tanpa melihat ke arah Mewingga.
" baguslah kalau Papa tidak nakal, kalau sampai nakal Mama cincang adik kecilnya nanti."
" Ma,, jangan bicara seperti itu saat Bagas ada di sini. Tidak baik anak sepolos Bagas mengerti apa yang Mama katakan."
" maafkan Mama sayang."
" ya Ma."
" Bagas, ayo kita pergi. Kau akan terlambat masuk sekolah nanti."
" ya Pa."
" habiskan susu mu dulu."
Bagas pun menghabiskan susu nya.
" Ma, Bagas pergi sekolah dulu. Cup, Bye Mama."
" jangan buat masalah di sekolah, mengerti kan sayang."
KAMU SEDANG MEMBACA
PapaKu Ayah Anakku || Proses Revisi Rombak Ulang Slow Update
RandomIni sebuah kisah tentang perjalanan hidupku...