Chapter 5

1.7K 154 18
                                    

Mewingga yang mendengar kabar tentang putranya yang belum juga kembali ke kediamannya, segera pergi dari perusahaan besar miliknya dan mengendarai mobil hitam dengan kecepatan tinggi membelah langit malam menuju sekolah Bagas.

" hah sial! Apa anak itu masih ada di sana. Anak itu benar-benar keras kepala sekali." Gumamnya seorang diri di dalam mobil dengan wajah yang begitu kesal.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Mewingga sampai di gedung sekolah elite dengan suasana yang sangat begitu sepi dan mencekam.

Memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan berjalan ke arah gedung sekolah untuk memastikan apakah putranya ada di sana atau tidak.

" maaf pak, apa ada anak sekolah yang masih ada di sini? " bertanya pada pihak keamanan yang berjaga di depan pintu gerbang sekolah.

" apa ini orang tua dari Aden Bagas? "

" saya Papa nya, Pak. Apa Bagas masih ada di lingkungan sekolah ini? "

" aah ada Pak,, mari ikut saya pak.."

Mengarahkan Mewingga untuk masuk kedalam gedung sekolah yang sudah tampak gelap gulita, hanya ada beberpaa lampu yang menerangi lorong gedung sekolah saja dan pos keamanan.

" di sini Pak Aden Bagas nya." Menunjuk kearah pos keamanan yang begitu sepi.

" astaga anak ini." Kaget Mewingga saat melihat putranya ada di sana dalam keadaan tertidur pulas.

" sejak jam pulang sekolah, Aden Bagas sudah menunggu Bapak di depan gerbang sana. Karena saya merasa kasihan, jadi saya menyuruh Aden Bagas untuk menunggu Bapak di sini." Jelas pak Santos pihak keamanan sekolah.

" saya lupa memberi kabar padanya kalau hari ini saya ada Meeting penting dengan Klien. Kalau begitu saya pamit dan terima kasih sudah menjaga putra saya."

" sama-sama Pak, kalau begitu hati-hati di jalan Pak."

Mewingga pun membawa Bagas dalam gendongannya, anak itu tak terusik sedikit pun saat Mew membawa tubuhnya masuk ke dalam mobil.

" lain kali jangan menunggu Papa seperti ini. Kau membuat Mama mu khawatir." Menatap lekat wajah putranya yang tertidur pulas di sebelah dirinya.

Menjalankan mobil dengan kecepatan standar memecah keheningan malam dan sesekali mata tajam itu melirik ke arah Bagas.

Sesampainya Mewingga Bagas di kediaman besar itu, segera Mewingga membawa Bagas masuk ke dalam rumah dengan keadaan yang sama. Bahwa Bagas tak kunjung membuka matanya.

" selamat malam tuan."

" Bi, tolong siapkan air hangat di wadah dan antar ke kamar Bagas."

" baik tuan, apa ada lagi."

" itu saja."

" baik tuan, Bibi akan siapkan air hangatnya."

Mewingga pergi menuju kamar Bagas di lantai dua. Menaiki anak tangga dengan Bagas yang masih betah di dalam gendongannya.

" Pa. Kau sudah kembali? "

Mariana datang ke kamar Bagas dengan majalan Fashion di tangannya.

" hm." Perlahan menaruh Bagas di atas ranjang yang cukup besar.

" apa Bagas tidur? " Berjalan ke arah Mewingga.

" tidur Ma, sepertinya anak ini lelah setelah belajar bersama teman-temanya." Bohongnya.

" permisi Nyonya tuan, ini air hangatnya."

" taruh di sana Bi."

" ya tuan."

PapaKu Ayah Anakku || Proses Revisi Rombak Ulang Slow UpdateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang