Raungan Abel

5 2 2
                                    

Hi, hello annyeong!

are you ready?.

go!

________________

"Gamau bunda, mau kinci hiks.. hiks.."

"Iya nanti dibeliin sama Ayah ya.. adek sabar dulu. Tunggu ayah balik ayah masih beli oli motor." ucap mbak Lastri menenangkan Abel yang menangis meminta kelinci.

"Mau kinci hiks.. mau kinci bunda."

Abel menangis sambil berguling di bawah dan kakinya menendang nendang udara. Mbak Lastri yang melihat kelakuan putri keduanya pun menatap jengah, sudah 10 menit abel menangis meraung meminta kelinci.

Dimana ia membeli kelinci? jika ke mall belum tentu ada, ke toko hewan pasti mahal. Biasanya dulu jika kakaknya abel meminta kelinci di depan gang atau depan sekolah pasti ada orang yang menjual kelinci berbagai warna.

Sekarang berbeda ia tinggal di kota yang susah mencari tukang kelinci keliling. Mana suaminya sedang pergi dari 15 menit yang lalu.

"Ngga mau hiks.. mau kinci."

Shelina yang baru kembali dari rumah depan setelah mencuci piring kotor pun menoleh kesumber suara saat diliatnya ternyata Abel tengah meraung meminta kinci.

"Loh? kamu kenapa?." tanyanya sambil berjongkok didepan Abel yang tidur dilantai dengan menangis.

"Abel kenapa mbak?."

"Biasa neng kalo ga diturutin mesti ngereog." jawab mbak Lastri.

"Kamu mau apa? kok nangis sih, anak cantik gaboleh nangis." Shelina mengangkat badan Abel yang masih sesenggukan didekapannya.

"Mau apa? biar kakak beliin."

"Jangan nangis nanti jelek loh.. Abel mau?." yang dibalas gelengan oleh Abel.

"Makanya gaboleh nangis lagi. Mau beli jajan ngga didepan?."

Shelina menggendong Abel dan berjalan untuk mengajak Abel jalan jalan disekitaran komplek perumahan.

"Mbak Shelin ajak Abel ya?."

"Emang gapapa neng? Abel memel banget loh neng."

"Gapapa dong mbak. Yaudah aku kedepan dulu."

"Oh iya salam sama bunda dulu dek." lanjut Shelina

"Assamuwikum."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Hati hati ya."

Mereka berdua berjalan dengan Abel berada digendongan Shelina yang masih sesenggukan, Shelina yang melihatnya jadi dibuat gemas sendiri. Pipi Abel yang merah saat menangis membuatnya ingin mencubitnya.

"Tadi nangis kenapa ih?."

Abel memeluk leher Shelina dengan kepalanya berada diceruk leher Shelina bergumam lirih.

"Mau kinci kak."

Shelina mendengar ucapan Abel yang tidak jelas pun menghentikan jalannya didepan pintu rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SAALGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang