33

794 92 0
                                    

Malam ini dalia benar-benar berkemas semua pakaiannya, bahkan pakaian ini semua dari istana karena ia tak membawa apa-apa saat datang kedunia ini.

Ia juga membawa alat mandi dan perlengkapan kecantikannya, ia tak menyangka hari dimana ia akan keluar dari istana benar-benar terjadi. Dalia memgemasi semua barangnya, termasuk perawatan dan aroma terapi lainnya, ia jadi merasa benar-benar tidak tau diri.

Dalia menghembuskan nafasnya kasar, tidak masalah lagi pula anggap saja ini seperti ia ketika berada di dunia aslinya, ini tidak akan terasa terlalu berat baginya.

Dalia pergi ke taman istana, anggap saja ini perpisahan pada semua tanaman yang tumbuh disini. Dalia duduk di salah satu bangku sambil menyandarkan punggungnya disandaran bangku lantas menenggakkan kepalanya menatap langit malam yang luas.

"Langit adalah obat insomnia terampuh" bisik dalia sambil tersenyum.

"Maaf jika aku mengganggu, tapi bolehkah aku ikut duduk di sebelahmu?" Seseorang mengejutkan dalia sontak membuatnya terlonjak dan membenarkan posisi duduknya.

"Boleh?" Tanya reiga sekali lagi karena tak mendengar jawaban dari dalia.

"O-oh tentu saja" balas dalia gelagapan, ia baru berbicara seperti ini lagi dengan reiga setelah ia lepas dari tahanan.

Tak ada yang membuka pembicaraan, semua terdiam sambil menikmati hembusan angin dan indahnya langit malam.

"Langitnya cantik" ucap reiga memecah keheningan.

"Sama seperti kau" lanjutnya sambil menoleh kearah dalia.

"A-ahh hahaha terima kasih pangeran, kau juga" balas dalia kikuk, ia cukup canggung dengan reiga ditambah lelaki ini memang tidak begitu banyak berbicara.

"Kau menganggapku cantik?" Tanya reiga membuat dalia merutuki ucapannya sendiri.

"Ti-tidak maksudku pangeran juga.. terlihat indah" balas dalia ingin sekali ia menyumpal mulutnya sendiri, sementara reiga hanya terkekeh.

Lagi pula ia tidak berbohong, bahkan jika hanya mengatakan reiga tampan saja tidak cukup, karena dia sangat indah. Dari dahinya, hidungnya saja seperti pahatan kayu karena terlalu sempurna. Matanya, kulitnya dan terlebih suara indahnya, benar-benar definisi seorang pangeran di dongeng-dongeng.

"Kenapa kau belum tidur?" Tanya reiga lagi.

"Belum mengantuk" balas dalia. Reiga menatap dalia lekat, itu membuatnya harus menahan nafas karena grogi.

"Jangan canggung denganku, aku jadi terluka" ucap reiga lirih lantas mengembalikan posisinya ke awal. Dalia tak menyangka jika reiga akan berfikir begitu, lagi pula siapa yang tak gerogi saat didekati lelaki seperti reiga.

" aku tidak canggung pada pangeran.. hanya saja pangeran kan tidak terlalu banyak bicara, aku jadi bingung" balas dalia sambil menundukan pandangannya merasa bersalah.

"Apa aku harus banyak berbicara ?" Tanya reiga lagi.

"T-tidak perlu pangeran, aku lebih suka pangeran yang apa adanya" balas dalia membenarkan kalimatnya.

"Jadi... kau suka padaku?" Goda reiga pada dalia sambil mengangkat dagu dalia dengan jari telunjuknya, lantas mendekatkan wajahnya kearah dalia.

"E-eeh" pipi dalia merona melihat wajah reiga sedekat ini bahkan detak jantungnya berhenti sejenak.

"Haha.. lagi pula tidak masalah jika kau menyukaiku" balas reiga kembali menjauhkan wajahnya setelah puas melihat dalia merona. Dalia hanya terkekeh pelan karena bingung harus meresponnya seperti apa.

"Kenapa aku baru mengenalmu sekarang.." bisik reiga masih terdengar oleh dalia. Dalia tak bisa berbicara apa-apa karena ia juga tak tau harus berbuat apa.

"Kau adalah gadis terkuat yang pernah kutemui" lanjut reiga kembali menatap kearah dalia sambil menyandarkan sebelah bahunya ke sandaran bangku. Reiga mengelus pucuk rambut dalia lembut dan meminta gadis itu untuk menatap kearahnya.

Dalia terdiam sambil mengingat berapa hal yang memaksanya untuk menjadi kuat sejak kecil, ia tak membenci masa lalunya, hanya saja kenangan itu sangat menyakitkan untuk diingat kembali.

"Aku selalu mengagumimu" batin reiga tak berani mengucapkannya pada dalia.

Entah kenapa saat bersama reiga, dalia selalu kembali dengan kisah masalalunya, tapi lelaki itu seolah jadi penawarnya.

"Jangan biasakan ditahan sendiri dalia.. kau harus ingat, banyak orang yang menyayangimu tanpa kau sadari" ucapan reiga seolah menjadi mantra terampuh saat ia kembali mengingat masa sulitnya.

Reiga mengelus pipi dalia lembut membuat dalia memejamkan matanya sambil menyandarkan kepalanya dan menjadikan tangan reiga sebagai bantalannya.

"Bagaimana caranya agar aku bisa memilikimu?" Lirih reiga dalam hati sambil terus mengelus pipi gadis yang selalu berada dipikirannya akhir-akhir ini.

"Tidurlah.. ini sudah larut" ucap reiga lembut membuat dalia kembali membuka matanya lantas mengangguk menurut.

"Pangeran tidak tidur?" Tanya dalia.

"Belum bisa" balas reiga sambil menutup matanya sendiri dengan telapak tangannya, dalia melihatnya jadi ikut khawatir.

"Kalau begitu, aku akan menemani pangeran disini" ucap dalia mencoba menemani reiga. Reiga hanya tersenyum lantas kembali mengusap pucuk rambut dalia.

" tidurlah.. besok akan menjadi hari yang melelahkan bukan?" Ucap reiga karena besok adalah perpindahan dalia ke tempat barunya.

"Ohhh benar" balas dalia membayangkan betapa sibuknya ia besok harus bersih-bersih dan menata semua barangnya.

"Kalau begitu, aku pergi duluan pangeran" ucap dalia langsung bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk pergi, namun tangannya tertahan oleh reiga.

"Tunggu sebentar.." ucap reiga pelan sambil mengarahkan telapak tangan dalia ke hidungnya lantas menghirup aroma telapak tangan dalia sambil memejamkan matanya, ia seolah tengah mengisi ulang batrainya yang hampir habis dengan menjadikan tangan dalia sebagai chargernya, karena baginya dalia adalah energi.

Dalia tertegun melihat reiga yang menutup mata sambil menggenggam tangan dalia dan menempelkannya ke pipi. Dalia mencoba menggerakan ibu jarinya mengusap permukaan wajah reiga memberinya sedikit kenyamanan.

Mereka tak berbicara selama beberapa menit sampa reiga kembali membuka matanya.

"Ayo, kuantar sampai kamarmu" ucap reiga langsung bangkit dari duduknya. Dalia mengangguk dan mereka pun pergi meninggalkan taman.

"Perpisahan yang cukup indah bukan?" Batin dalia seolah bertanya pada tumbuhan yang tumbuh di taman itu. Setelah itu angin berhembus dengan damai membuat tumbuhan ikut bergoyang searah dengan terpaan angin seoalah menyetujui ucapan dalia.

Maaf banyak typo

Jangan lupa vote, komen&follow...jangan lupa mampir ke ig 
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang