35

780 101 0
                                    

Dalia sudah sampai di depan rumah sederhana dengan halaman depan rumah yang cukup luas. Sebenarnya dibandingkan rumahnya didunia asli, ini jauh lebih baik, ya.. bisa dikatakan ini rumah kelas menengah.

Tempat ini benar-benar sejuk dan nyaman, benar-benar pedesaan yang diinginkan para pensiun dan lansia. Bisa dikatakan rumah inilah yang paling besar diantara rumah-rumah yang lain.

Barang-barangnya sudah di bawa masuk kedalam rumah, kini tinggal dalia yang membersihkan dan menatanya. Yang mulia raja menawarkan beberapa pelayan untuk membantunya tapi dalia menolak, ia terlalu banyak bergantung pada raja.

Rumah satu lantai ini terlihat kecil dari luar, tapi ternyata luas jika dilihat dari dalam, apa lagi penghuninya sendirian. Dalia membersihkan semua ruangan terlebih dahulu setelah itu baru menata pakaian dan perawatannya.

Di rumah ini sudah tersedia semua peralatan rumah seperti kasur, lemari, kursi tamu dan sebagainya dengan lengkap sampai kealat dapur. Meskipun hidupnya tak akan semewah di istana tapi rumah ini adalah rumah impiannya di dunia aslinya. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, dalia langsung bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya.

Hari ini ia berniat untuk membeli bahan makanan selama sebulan, ia melihat pasar dekat sini saat diperjalanan tadi. Ia ingat raja leander memberinya uang yang disimpan didalam koper kecil dan ia belum memeriksanya.

Koper hitam yang biasa dipakai untuk menyimpan uang. Setelah mencocokan kodenya, koperpun terbuka dan memamerka uang kertas yang terisi padat.

"Gila sih, pertama kali gw liat duit sebanyak ini" ucap dalia terkagum-kagum melihat tumpukan uang yang terisi didalam koper.

Ia berniat untuk berbisnis dan menginvestasikan sebagian uangnya untuk kehidupan seterusnya, karena tak mungkin ia terus-terusan bergantung pada kerajaan. Ia benar-benar merasa seperti pemenang lotre dan hanya perlu mengatur keuangannya sambil duduk santai.

Setelah memisahkan antara uang bulanan dan bisnis, dalia pun mengambil beberapa lembar uang untuk ia belanjakan hari ini, setelah itu ia simpan uang tersebut di dalam lokernya yang dikunci dengan sandi.

Kali ini dalia memakai pakaian yang tak begitu mencolok, meskipun jarak desa ini terpaut begitu jauh dengan ibu kota, dalia tetap takut ada yang mengenalinya sebagai elena. Mengingat berita miring tentang elena yang ternyata seorang penyusup dan menipu keluarga kerajaan membuat dalia jadi lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan warga.

Meskipun yang mengetahui wajah dalia hanya warga ibu kota saja yang jaraknya jauh dengan desa yang dalia tempati saat ini, namun tetap saja hal itu membuat dalia sedikit takut bertemu dengan warga sekitar.

Ia membelanjakan uangnya untuk bahan makanan, kebutuhan lain dan mungkin sedikit berfoya-foya dengan membeli barang yang menurutnya bagus atau lucu.

Ini benar-benar seperti mimpi, batin dalia meskipun ini juga bisa dikatakan seperti mimpi namun berkepanjangan. Baru pertama kalia ia belanja ke pasar tanpa khawatir kekurangan uang.

Selama di istana, meskipun hidup begitu mewah tapi dalia menerima itu semua dari hasil meminta atau bisa dibilang fasilitas dalia di istana memang sudah terpenuhi bahkan mungkin berlebihan, dan lagi bukan ia yang membelanjakannya sendiri, maka dari itu meskipun belanja kali ini sederhana tapi membuatnya puas karena ia memegang materinya secara langsung.

Saat dalia tengah fokus dengan barang-barang yang menarik perhatiannya, tiba-tiba ia mendengar keributan dari arah kanannya. Ia melihat seorang gadis yang terduduk di tanah sambil menangis ketakutan karena ditodong dengan pedang kearah lehernya oleh seorang lelaki.

Awalnya ia mengabaikannya karena tak ingin mencari ribut dan takut merusak hari tenangnya, tapi ternyata ia tidak bisa melakukan hal itu.Dalia menghampiri kerumunan itu dan mencoba menolong gadis tersebut.

"Maaf tuan, tapi tidak baik menyodorkan senjata pada yang lemah" ucap dalia tenang sambil berdiri di depan gadis yang terduduk di tanah.

"Siapa kau berani ikut campur urusanku?!" Sentak lelaki itu membuat dalia menghela nafasnya, padahal ia berbicara baik-baik tapi orang itu membalasnya dengan nada tinggi.

"Tidak ada gunanya juga jika memberi tahu siapa aku, tuan sendiri sedang apa menyodorkan pedang seperti ini pada seorang gadis" balas dalia. Gadis itu yang merasa dalia akan melindunginya, ia langsung berdiri dan menggenggam lengan dalia sambil bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Kau tidak usah ikut campur!  Dia sudah tak menyetorkan uang  dari kemarin!!" Ucapnya membuat dalia bertanya-tanya.

"A-aku.. tidak punya uang" balas gadis itu yang terus bersembunyi di balik punggung dalia.

"Uang setor??" Ulang dalia. Ia melihat semua orang menatap kearahnya tapi tak ada yang berani mendekati mereka atau sekedar ikut membela.

"Kita harus menyetorkan uang setiap kita kepasar" bisik gadis itu di telinga dalia.

"Nampaknya kau orang baru ya.." ucap lelaki itu sambil menyeringai. Dalia jadi paham, lelaki itu adalah preman pasar yang memalak semua orang yang pergi kepasar terutama kaum kelas bawah.

"Ouhh aku paham..." ucap dalia sambil tersenyum merendahkan.

"Kau yang paling miskin disini berarti?" Lanjut dalia membuat semua orang sontak menahan nafas karena takut.

"Nona... dia orang terkaya.." bisik gadis itu di telinga dalia tapi tak ia tanggapi.

"Berani-beraninya kau!! , haha  lagi pula semua orang tau jika aku yang terkaya disini" ucap nya congkak.

"Tapi kau mendapat penghasilan dari meminta pada mereka, berarti mereka jauh lebih kaya dari anda tuan" ucap dalia sambil menunjuk kearah orang-orang yang sudah pasti lelaki itu palak selama ini. Semua orang jadi berbisik-bisik dan berpiikir bahwa ucapan dalia benar, untuk apa mereka takut jika lelaki itu dibiayai kehidupannya oleh mereka.

"Kau!!!" Jeritnya sambil mengayunkan pedang kearah dalia. Untung saja ia selalu membawa belati yang diberi alcen sebagai hadiah waktu itu.

Dalia menangkis pedang dengan belatinya. Ini pertama kalinya ia bertarung secara langsung dengan orang yang tak dikenal, biasanya ia hanya berlatih dengan para pangeran dan itu pun mereka pasti mengalah karenanya.

Dalia menyeringai saat berhasil menangkis pedang itu sementara lelaki itu semakin tersulut emosi sehingga menyerang dengan gegabah. Mau dilihat dari mana pun, lelaki ini tak pandai bermain pedang, ia hanya mengayunkannya dengan asal dan ini jadi kesempatan dalia.

Semua orang terpesona dengan langkahan dalia yang begitu cepat dalam menangkis serangan sampai lelaki itu benar-benar terpojoki dan dalia berhasil merebut pedangnya.

"Kau kalah" ucap dalia tersenyum simpul sambil mengarahkan pedang itu keleher preman tersebut.

Jangan lupa vote,komen &follow 

mampir ke ig @callista_ra
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang