36

786 90 0
                                    

"Kau kalah" ucap dalia tersenyum simpul sambil mengarahkan pedang itu keleher preman tersebut.

Preman tersebut gelagapan karna ia sudah tak memiliki senjata lagi. Semua orang bersorak riuh pada dalia yang sudah memenangkan pertempuran singkat itu.

"Pergilah kali ini kumaafkan, tapi jika sampai kau mengulanginya lagi, aku tak akan segan menebas kepalamu." Ancam dalia membuat preman itu kabur ketakutan.

Semua orang bertepuk tangan atas keberanian dalia menolong mereka semua, setelah ini dalia harap tak ada lagi pemalakan.

"Lumayan dapet pedang" bisik dalia sambil terkekeh, lagi pula pedang ini lumayan bagus hanya saja preman itu tak bisa menggunakannya.

"Terima kasih nona.." ucap gadis itu sambil berlutut pada dalia. Dalia meminta gadis itu untuk bangun, ia belum pantas mendapat penghormatan dari seseorang sampai harus berlutut padanya, karena sebenarnya ilmu pedangnya juga masih rendah.

"Sama-sama itu bukan hal besar" balas dalia lantas pergi meninggalkan kerumunan orang-orang dan kembali berbelanja sambil menenteng pedang barunya ia jadi harus membeli sarung pedang sepertinya.

Setelah ia rasa cukup, ia mencari toko buku karena ada buku yang perlu ia beli. Ia berjalan menyusuri semua toko sampai akhirnya ia menemukan toko buku.

Dalia masuk kedalam toko tersebut sambil melihat-lihat semoga saja ada buku yang cocok untuknya. Tak lama kemudian dalia melihat buku yang tersimpan paling pojok sehingga tak begitu terlihat, dalia melihat itu langsung tertarik dan mengambil buku itu, semoga saja buku itu yang mungkin memang sedang ia cari selama ini.

"Seni pedang dewa" bisik dalia membaca judul yang tertera di covernya.

Buku 'seni pedang dewa' di tulis oleh seorang samurai terhebat pada masanya, buku ini tergolong buku lama yang cukup sulit ditemukan, bahkan alcen harus mencari buku itu sampai ke negri lain, oleh karena itu dalia terkejut kenapa buku ini bisa berada di toko kecil seperti ini.

Dalia langsung mengambil buku tersebut dan menyerahkannya pada kasir untuk membayarnya. Kasir toko tersebut adalah seorang lelaki tua yang mungkin sudah masa udzur tapi dalia masih bisa melihat sepertinya kake itu hidup sehat semasa mudanya karena tak terlihat begitu renta padahal usianya sudah begitu tua.

"Kau yakin membeli buku ini nona?" Tanya kakek itu yang langsung diangguki olehnya.
Kakek itu melirik kearah samping kiri pinggang nya yang terdapat pedang  menggantung.

"Apa kau seorang ksatria?" Tanya sang kakek penasaran sontak membuat dalia langsung menggelengkan kepalanya.

"T-tidak saya bukan seorang ksatria, saya gadis biasa hanya saja saya pernah belajar seni pedang" ucap dalia menjelaskan kesalah pahaman sang kakek. Kakek itu terkekeh sambil membungkus buku yang akan dalia beli.

"Sangat jarang menemukan seorang gadis bisa bela diri" puji sang kakek membuat dalia sedikit senang, ia juga tak menyangka dalia si 'nerd girl' ini bisa bermain panah dan pedang.

"Kau bawalah ini aku hadiahkan untukmu, karena jika dinominalkan harganya tak ternilai" ucap sang kakek sambil menyodorkan buku tersebut.

"Tapi saya ingin membelinya kek" ucap dalia tak enak karena ia berniat untuk membeli bukan meminta.

"Kau ingat ucapanku tadi, buku ini jika dinominalkan tak ternilai harganya, karena kau seorang gadis yang bisa seni pedang dan aku tak pernah melihat gadis sepertimu, maka kujadikan ini sebagai hadiah untukmu" jelas sang kakek mau tak mau dalia terima dengan senang hati.

"Terima kasih kakek" ucap dalia sambil membungkuk hormat, kakek itu tersenyum.

"Jagalah, karena itu tak bisa kau temukan di sembarang tempat" ucap sang kakek yang langsung diangguki olehnya. Tak lama dari itu dalia pergi meninggalkan toko buku tersebut dan pulang kerumahnya.

Dalia menghela nafasnya dan menstabilkan degupan jantungnya sehabis berjalan cukup jauh sore ini, ia telah sampai di rumah dan langsung tumbang diatas sofa ruang tamu.

"Awal yang baik" ucap dalia langsung bangkit dan menyimpan pedang rampasan tadi di samping pedang dan busur panah yang di berikan oleh pangeran alcen dan pangeran reiga.

"Seandainya gw balik kedunia asal gw, kira-kira gw masih takut sama manusia-manusia iblis itu ga ya??" Tanya dalia berbicara sendiri sambil menyentuh lembut anak panah. Ia memikirkan apakah ia bisa berani seperti dalia saat ini, atau kembali seperti dalia dulu. Ia menggelengkan kepalanya.

"Ga bisa, gw ga bisa terus takut sama mereka, preman aja gw brantas apa lagi rayap kek mereka" batin dalia meyakinkan bahwa ia sudah menjadi lebih baik dari yang kemarin, ia tak akan membiarkan harga dirinya dipermainkan lagi.

"Ah... lagi pula kapan tau gw bisa balik ke habitat asal gw" ucap dalia menghela nafas pasrah, bisa jadi sampai liang lahat ia berada di dunia ini. Entahlah lagi pula ia juga sudah mencintai Avantazia.

Dalia langsung membereskan belanjaannya lantas pergi mandi membersihkan keringat yang menempel ditubuhnya.

Matahari sudah tenggelam, perutnya juga mulai keroncongan. Ia pergi ke dapurnya dan mulai menyiapkan makan malamnya. Bohong jika ia bilang tak kesepian, padahal selama hidupnya ia selalu hidup sendiri, hanya karena ia pernah tinggal ditempat yang ramai orang beberapa bulan saja sudah merubahnya sejauh ini.

"Dalia apa yang lo harapin" batin dalia sambil mengiris wortel dengan irisan berbentuk korek api.

Ia mendengar suara ribut didalam kamarnya seperti sesuatu yang jatuh, apa ini hanya firasatnya saja, batin dalia memberanikan diri. Ia kira jika diabaikan akan hilang dengan sendirinya, tapi ternyata tidak.

Suara itu kembali muncul dan membuatnya penasaran. Dalia menghentikan kegiatan memotongnya dan pergi mengendap-endap kearah kamarnya sambil menggenggam pisau dapurnya.

Perlahan ia membuka pintu kamarnya tapi ia tak menemukan apa-apa. Rasa penasarannya masih menguasai hingga ia memutuskan untuk masuk kedalam kamar sampai seseorang memeluknya dari belakang dengan cepat ia menoleh dan mengarahkan pisaunya keleher orang yang tengah memakai jubah hitam itu.

"Kau jahat sekali" ucapnya membuat tubuh dalia menegang karena ia berbisik tepat di telinganya. Dalia melepaskan pelukan orang itu  lantas pergi menjauh darinya sementara orang itu merenggangkan kedua tangannya isyarat ingin memeluk dalia lagi tapi tidak membuka jubah yang menutupi wajahnya.

Jangan lupa vote, komen &follow...

mampir juga di ig @callista_ra
#satu kata buat pangeran sbastian=
#satu kata buat pangeran reiga=
#satu kata buat pengeran alcen=
#satu kata buat pangeran aresh=

Unbelievable (TERSEDIA DI SHOOPE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang