𝐀𝐞𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐄𝐫𝐫𝐨𝐫

416 68 1
                                    


❈ : Aether x [Player]
⚠ : —
Diharapkan telah membaca "Diari Cinta II"

⊱✤──────────⌨︎︎──────────✤⊰

   [Player keluar dari game]

Tepat setelah pengumuman, Xiao dengan tim baru berlari ingin menemukan Aether. Begitu pula  Paimon, yang segera membuka map Tevyat untuk mencarinya.

Pantai timur laut Mondstadt damai menentramkan setiap pengunjungnya. Langit cerah, suara ombak yang menenangkan, menjadikan tempat itu dapat melegakan perasaan seseorang.

Namun berbeda halnya dengan Aether.

Ia berdiri menatap lautan, mengingat pantai cantik tersebut adalah tempat pertama kalinya [Player] dapat mengontrol dirinya. Semakin ia mengenang, semakin ia merasa pemandangan indah ini menyakitkan.

Padahal hanya pergantian dps, tetapi perasaan perih dan berkecamuk bagai suasana Cataclysm menyerang hati Aether seenaknya. Bertahun-tahun [Player] tak pernah meninggalkan Aether, mengukir bekas permanen dalam diri sang pengembara agar selalu terikat dengannya.

"Aether!" Suara direktur Wangsheng Funeral Parlor terdengar dari jauh. Aether tak menanggapi.

Hu Tao, bersama yang lain pun berlari ke menuju pemuda yang diliputi kesedihan itu. Sekalipun Lumine yang awalnya ditinggalkan sang kakak sendirian mengikuti mereka.

"Uhh... Aether...? K-kau baik-baik saja?" Dengan ekstra hati-hati, Paimon mendekati sang pengembara. Aether terdiam sejenak, kemudian berbalik membuat semua orang terkejut. Ia tersenyum, untuk menandakan semuanya baik-baik saja.

Senyum paksa. Senyum pahit. Ketahuan jelas.

Xiao bungkam beberapa detik, mengepalkan tangannya, lalu maju dan berkata, "Aether, aku—"

"Tidak papa, Xiao."

Aether sudah menebak apa yang akan dikatakan si Yaksha. Xiao jadi terdiam, tak tahu harus mengatakan apa lagi. Rasa bersalah besar mulai menggerogoti dirinya.

"[Player] menginginkanmu. Good luck!" Dengan senyum terbaik, ia menepuk pundak sang Adeptus dengan semangat.

Tidak ada satupun yang berani berbicara. Andaikan Aether terlihat kesal atau marah-marah, mereka akan lebih lega. Namun, kalau begini? Aether yang mencoba melawan perasaannya sendiri bukanlah seperti diri biasanya.

"Kak Aether..." Giliran Lumine maju. Dengan wajah yang menunjukkan kekhawatiran, ia mencoba meraih tangan Aether.

"Lumine." Sang Traveler mengangkat tangan, mengisyaratkan agar adiknya berhenti. Tentu Lumine terkejut. Aether baru saja menolak genggaman tangannya!

"Aku b/b/b/baik-baik saja." Lagi-lagi, senyum yang terasa janggal itu ditampilkan.

Mata Paimon terbelalak, begitu pula dengan manik semua orang. Mereka melihat suatu hal yang unik, mengejutkan, tak disangka-sangka.

Aether pun bingung, "K-kenapa kalian m/m/melihatku seperti itu?"

Inilah ketakutan Paimon yang sebenarnya. Dulu sudah pernah terjadi, dan dia tak ingin hal yang sama terulang lagi. Namun mau bagaimana? Semuanya sudah terlanjur.

Nampak jelas di pandangan Paimon Aether sesekali meng-glitch.

Tubuh membeku, bibir terkunci, aliran darah cepat dan saraf yang tegang adalah perpaduan dalam respon Paimon sekarang. Benar-benar glitch. Masalah yang pernah membuatnya menangis histeris ribuan tahun lalu kini muncul lagi.

[END]【𝐎𝐅𝐅𝐋𝐈𝐍𝐄 𝐈𝐌𝐏𝐀𝐂𝐓】✧⧽Genshin Behind The GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang