Satu-satunya hal yang bisa kulihat dengan jelas sekarang adalah sepasang mata Debris yang menyorotku dengan datar, sesaat setelah aku berteriak lantaran mendengar alasan di balik peristiwa yang menimpa Savana, sehingga gadis itu berakhir tercebur ke dalam laut dan bertukar jiwa denganku—ya, sebut saja seperti itu.
Tampaknya, aku perlu menyalahkan pria yang telah membuat Savana yang cantik ini berakhir bunuh diri, meski nyatanya dia tidak benar-benar mati sebab kini tubuhnya masih bisa duduk dengan santai di atas dek kapal kendati jiwanya adalah diriku.
Di samping itu, aku perlu mencari adanya kemungkian kecil penyebab mengapa jiwaku bisa terjebak di dalam tubuh Savana. Meski kedengarannya mungkin bisa menjadi aib bagi bajak laut terkenal bernama Ivior, tetapi akan kutulikan telinga dan tetap mencari kebenarannya.
Maaf untukmu Ivior!
Bahkan jika masalah mengenai Savana yang tak lain adalah puteri kesayangan Ivior—telah ditolak—lalu berakhir bunuh diri dengan cara melompat ke dalam laut akan menjadi bahan gunjingan bagi para bajak laut lain, aku tetap akan melanjutkan. Toh, aku tidak punya pilihan.
Maaf Savana, kamu akan digunjingkan dalam beberapa waktu! batinku menyesal.
Lagipula, tidak perlu jauh-jauh mencari siapa para penggunjing itu, sebab di lingkup kapal Ivior sendiri, berita memalukan itu pun telah menjadi buah bibir di kalangan bawahannya sendiri. Jadi, akan seperti apa jadinya bila masalah ini terdengar hingga keluar wilayah Ivior. Dia mungkin tidak akan melihat wajah puterinya lagi yang kemungkinan akan mulai mengurung diri di dalam kamar sejak penggunjingan dimulai.
Tetapi tenang saja, yang ada di tubuh Savana adalah aku, jadi aku tidak akan mengurung diri hanya karena digunjingkan oleh orang lain. Jadi, bersyukurlah kamu Ivior! batinku berseru bangga.
Tentu kebijakan untuk tidak lagi mengangkat masalah ini adalah pilihan yang benar.
Ya, lebih baik tidak ada yang tahu. Ivior suah bertindak benar dengan merahasiakan masalah ini.
Namun tetap saja, aku tetap akan menggalinya.
Sepasang mataku berkedip menatap Debris, dan kemudian berkata, "Jadi, karena aku telah ditolak oleh seorang pria bernama Albert, aku memutuskan untuk bunuh diri lantaran merasa malu dengan penolakan itu?" Kulihat anggukan muncul di kepala Debris yang mengartikan pembenaran atas ucapanku sebelumnya. Helaan napasku pun terhembus berat. Aku menambahkan, "lalu, bisakah kamu memberitahu siapa Albert ini?"
Tetapi reaksi yang diperlihatkan Debris justru jauh dari dugaanku. Pria itu terlihat sangat kaku, wajahnya kian mengeras hingga aku pikir saat ini dia sedang marah. Namun, apa yang membuatnya menjadi marah? Toh, ini masalah Savana yang kini menjadi diriku, jadi aku perlu tahu masalahnya, termasuk sosok yang telah membuat Savana patah hati.
"Mengapa kamu melihatku seperti itu?" tanganku terlipat di antara dada. Ku tatap Debris dengan ketidaksukaan yang jelas, tetapi itu berakhir sia-sia lantaran pria itu sama sekali tidak berkutik. Aku memilih menghela napas. "Baiklah, kalau kamu takut Ayahku akan tahu bahwa kamu yang telah memberitahukan masalah ini kepadaku, maka tenang saja sebab aku sendiri akan merahasiakannya. Jadi, kamu tidak perlu khawatir."
Namun keningku berkerut saat mendapati bahwa Debris semakin terlihat kaku. Tanpa bisa aku perkirakan, pria besar itu berkata, "Nona, Tuan Ivior telah mempercayakan padaku untuk tidak menceritakan masalah yang hampir saja merenggut nyawa Nona. Jadi, karena itulah, aku tidak akan mengatakan apapun tentang Albert."
Aku mendengkus. "Tetapi, bukankah beberapa saat lalu kamu telah membagi kisah itu denganku? Dan sekarang kamu ingin menggantung rasa penasaranku?"
Dia menggeleng. "Ya, dan itu adalah kesalahan besar yang telah aku perbuat. Karena itulah, aku tidak akan menceritakan apapun lagi, terlebih tentang Albert."
Mendadak aku merasa frustasi. Padahal aku pikir semuanya akan berjalan dengan mudah. Namun aku tidak mengira bahwa Debris bukanlah pria gampangan yang mudah diikat untuk kedua kalinya. Tampaknya Ivior mendidiknya dengan baik. Sial!
Aku menarik napas, lalu beranjak meninggalkan dek kapal tanpa memalingkan wajah ke arah pria bertubuh besar itu. Pandanganku seolah berkabut karena perasaan marah. "Jangan mengikutiku!" gertakku. "Aku akan mencari seseorang yang bisa menceritakan semua masalah ini." Suaraku mungkin terdengar sangat tidak bersahabat, akan tetapi aku tidak peduli. Satu-satunya hal yang ingin aku lakukan sekarang adalah melarikan diri untuk menunjukkan betapa marah dan kesalnya diriku terhadapnya.
Tetapi, langkahku terhenti saat mendengar Debris di belakang sana berkata dengan nada tenang, "Nona tidak akan menemukan siapapun yang bisa menceritakan tentang Albert. Mereka semua telah diperingatkan untuk bungkam agar tidak mengatakan apapun kepada Nona."
Aku tercengang. Astaga, rupanya Debris adalah tipe pria yang menyebalkan bila menyangkut Savana.
Aku mengeram jengkel, "Terserah!"
***
Satu-satunya tempat yang bisa ku gunakan dengan bebas, tanpa adanya pengawalan yang acap kali dilakukan oleh Debris dan beberapa anggota bajak laut lainnya adalah kamar Savana. Meski aku tidak pernah melihat ruangan lain di dalam kapal besar ini, tetapi Debris berkata bahwa kamarku lah yang terbesar.
Dari sini, aku sudah bisa melihat seberapa sayangnya Ivior terhadap Savana. Mendadak aku pun merindukan sosok Ayahku di dunia nyata. Meski dia tidak akan bisa memberiku kamar sebesar ini, namun dia bisa memberiku kebahagian hanya dengan melihatnya. Ayahku adalah pelita bagi keluarga kami.
"Sepertinya aku tidak akan mendapatkan informasi apapun dalam waktu dekat," keluhku sembari mengigit jari dengan gelisah. "Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang?"
Aku menarik napas lebih dalam, mencoba meyakinkan diri untuk berpikir lebih tenang tanpa melibatkan emosi yang seringkali merusak semua aturan hidupku. Aku memilih untuk tidak menanggapi hal ini lebih jauh, aku pikir waktunya memang bukan sekarang.
Setidaknya, aku telah mengetahui beberapa informasi umum yang akan berguna untukku di masa depan.
Hal pertama yang perlu aku hindari adalah bertemu dengan Pangeran William. Dia adalah pangeran ganas yang bertugas memburu semua bajak laut di muka Ice Land. Pria itu sama sekali tidak pandang bulu, dia akan menangkap siapapun, tidak terkecuali pria atau wanita selama mereka berhubungan dengan bajak laut.
Sementara Savana, yang saat ini menjadi diriku memiliki ikatan erat dengan bajak laut, jadi bukan tidak mungkin bila Pangeran William akan mengincarnya. Toh, Savana adalah anak tunggal Ivior yang secara otomatis akan menjadi penerusnya.
Sedikit cerita mengenai sosok Ivior yang aku dapat dari kumpulan koran yang sengaja dikumpulkan untuk membuat sejarah bagi para bajak laut. Ivior adalah sosok kejam yang acap kali merompak kapal-kapal kerajaan yang melintas di perairan.
Kapal mereka akan diinvasi, sementara semua kebutuhan penting di atas kapal yang akan dijarah dirampas dengan paksa.
Tidak cukup sampai di sana, gambaran Ivior yang paling terkenal menyebutkan bahwa dia adalah bajak laut yang tidak akan menunjukkan belas kasih terhadap tawanan. Ya, hampir semua kapal yang berhasil ditaklukkannya, tidak akan pernah menyisakan satu manusia pun yang hidup. Para awak kapal akan dibantai hingga tak bersisa.
Sejujurnya, aku sama sekali tidak peduli mengenai kisah tersebut, sebab yang perlu aku pikirkan sekarang adalah diriku sendiri. Selama Ivior masih mengira aku adalah Savana—puterinya—maka hidupku akan baik-baik saja. Yang seharusnya kulakukan adalah mencari tahu cara kembali ke duniaku. Itu saja!
Bagi para bajak laut, Pangeran William adalah predator gila yang siap memangsa kapan dan di mana saja ketika dia berhasil mendapatkan sekumpulan bajak laut. Dia bergerak umpama meriam yang akan meledak bila dihadapkan dengan musuh-musuhnya.
Tidak hanya harus waspada terhadap sang pangeran Ice Land, akan tetapi aku pun diharuskan teliti dan bersikap hati-hati terhadap Albert yang telah mematahkan bunga yang ada di hati Savana, bahkan jika aku memang harus menemuinya untuk mendengarkan langsung peristiwa di mana sang puteri bajak laut meluncur turun di bawah asinnya air laut.
Aku perlu mencari tahu sebabnya, dengan demikian, aku mungkin saja bisa menemukan petunjuk terkait perpindahan jiwa yang aku alami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Menjadi Puteri Bajak Laut
FantasyIrina pikir, tidur lelap di kamar kosannya adalah salah satu hal paling menyenangkan yang bisa dia lakukan setelah seharian lelah dengan tugas kuliah. Tetapi, dia sama sekali tidak menduga bahwa hal menyenangkan itu akan berubah menjadi hal mengeri...