Part 6

15 0 0
                                    

"Kamu ingin tahu tentang Albert?"

Pertanyaanku terulang di sepasang bibir milik Ivior, sementara tatapan pria baya itu menyorotku dengan pandangan yang tidak bisa kubaca dengan baik. Sementara suasana berubah lebih hening dalam waktu cukup lama hingga aku berpikir bahwa Ivior telah meninggalkan meja makan kalau saja tubuhnya masih tidak duduk di kursi kebesarannya. Duduk di depanku dengan tegak.

Aku menatap alat makan yang ada di genggaman, mengalihkan tatapan tajam yang mendadak saja kudapatkan dari Ivior. Tak kusangka perubahan suasana hati pria itu berganti sangat cepat. Aku sampai terkejut karenanya.

"Ya," kataku, yang tidak sadar bahwa tubuhku menjadi lebih gugup. Aku tidak pernah melihat tatapan seperti itu sejak aku berada di sini. Selama ini, Ivior terlihat begitu lembut, tatapan yang selalu dia layangkan untuk Savana adalah bentuk kasih sayang yang nyata. Tetapi beberapa saat setelah aku menyebutkan nama Albert, perubahan jelas terlihat di raut wajah pria baya itu.

Tetapi aku tidak akan gentar sekarang. Apapun yang terjadi, aku harus mencari tahu tentang Albert, atau aku tidak akan pernah bisa kembali ke duniaku. Tempatku bukan di sini!

Ivior meletakkan sendok dan garpu yang sejak tadi tergenggam mengambang di udara. Mungkin terlalu terkejut aku bisa menyebutkan nama Albert.

Kemudian, tatapan Ivior beralih ke belakang di mana Jigong dan beberapa pengawal lain tengah berdiri dengan tegak. Atmosfer ruangan terasa semakin berat ketika Ivior melayangkan tatapan mautnya ke arah Jigong. Aku mungkin tidak bisa melihat bagaimana raut wajah Jigong, tetapi aku yakin pria itu sedang berusaha untuk terlihat tegar.

"Jigong, bagaimana Savana bisa mengetahui nama Albert?

Aku tidak berpikir bahwa Ivior akan langsung menanyakan hal ini kepada Jigong. Tetapi jika dipikirkan lagi, satu-satunya orang yang paling mungkin untuk dicurigai memang lah pria itu, mengingat hanya dia lah yang dapat berada di sisi Savana dalam waktu lama dibandingkan dengan bawahan Ivior yang lain. Toh, Jigong adalah pengawal pribadinya.

Jigong terlihat sangat gugup. "Aku ...,"

Tetapi aku tidak pernah menduga bahwa bibirku akan bergerak memotong perkataan Jigong, "Bukan dia yang memberitahuku tantang Albert." Aku tahu bahwa aku akan terlihat gugup bila dihadapkan dengan kebohongan yang besar, tetapi, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku melindungi Jigong.

Padahal aku berpikir jika Ivior tahu mengenai pelanggaran yang dilakukan oleh Jigong, pria itu tentu akan diberhentikan menjadi pengawalku.

Sial! Mengapa aku harus melindunginya seperti ini! Tindakan implusif yang aku lakukan sekarang benar-benar tidak menguntungkan.

Terserahlah, sudah terlanjur! pikirku.

Ivior mengangkat sebelah alisnya. Dia menatapku dengan tatapan menyelidik. "Lalu siapa yang telah berani memberitahukan nama sialan itu kepadamu?!" Ivior meninggikan suaranya. Aku sempat berpikir bahwa dia mungkin saja akan menggebrak meja dengan keras, tetapi pada akhirnya dia tidak melakukannya.

Aku menelan ludah dengan gugup. Sepasang bibirku mendadak bergetar. Otakku pun terasa buntu, mengingat kini tak satupun alasan yang bisa aku rangkai untuk melakukan pembelaan. Aku sama sekali tidak menduga bahwa Ivior akan memiliki pengaruh sebesar itu hanya dengan menggertak.

Hingga kemudian, aku mendadak terisak. Tak ada langkah yang terbesit dipikiran selain hanya bangkit dari kursi sembari menatap Ivior dengan pandangan sedih. Bibirku kembali bergetar saat berucap, "Aku mungkin hilang ingatan, tetapi, aku selalu sadar bahwa ada satu nama yang kerap terbesit di dalam hatiku, dan dia adalah Albert." 

Secepat mungkin aku berbalik melihat ke arah Jigong. Pria itu sedikit terkesiap ketika aku menatapnya seraya mengedipkan sebelah mata, memberinya isyarat untuk ikut membantu akting burukku di hadapan Ivior.

Mendadak Menjadi Puteri Bajak LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang