Holaaa~'
Sejauh chapter tiga, ini adalah chapter terpanjang. Chapter ini juga salah satu chapter favoritku karena finally mereka berinteraksi!
Selamat membaca🤍
.
.
.
.
.
.
Mengarah pada selatan kota Snohomish, mansion keluarga Ruffle tampaknya telah menjadi salah satu primadona selain danau-danau di sekitarnya. Selain karena letaknya yang berada di perbukitan, ukurannya yang besar, bertingkat dua, dan berhalaman luas membuat pendaki setempat tidak jarang berdecak kagum. Pagarnya kokoh dan tinggi berwarna hitam, berbeda dengan dinding bangunan yang putih bersih dengan aksen abu-abu. Jika kalian menaiki bukit lebih tinggi, akan terlihat sedikit lahan hijau di dalamnya yang ditumbuhi bunga-bunga kecil beserta hiasan air mancur. Jika orang luar kota melintas dan melihatnya, mereka mengira bahwa Snohomish memiliki istana tersembunyi.
Di Minggu pagi, saat matahari belum sepenuhnya terbit, Renjun akan menaiki tangga yang dibangun khusus mengarah pada mansion. Pria itu akan menenteng tas hitamnya di antara kedua bahu yang dibungkus oleh mantel tebal. Rambut hitamnya pun dilapisi beanie; anak-anak surai yang mencuat di sekitar telinga. Kemeja biru kesayangannya berada di bawah mantel, berayun lembut diembus udara bebukitan.
Renjun membuka akses masuk melalui kunci cadangan yang diberikan Jaemin lalu bergegas melangkah ke halaman belakang mansion, yang di mana jauh lebih luas ketimbang halaman depan. Dalam perjalanannya, kedua tangan pria itu terangkat bersamaan dengan munculnya cahaya keunguan di langit-langit. Cahaya tersebut kemudian pecah dan menyebar ke seluruh mansion keluarga Ruffle. Sebuah mantra pelindung.
Terlalu banyak pendaki di akhir pekan yang bisa melihat kegiatan mereka. Jadi, Renjun perlu melakukan sesuatu.
Punggung Jeno adalah hal pertama yang Renjun tangkap begitu dinding pembatas mansion muncul sebagai latar belakang. Pria itu mengenakan celana bahan berwarna abu dengan atasan baju hitam polos lengan pendek. Tidak jauh dari sang tuan rumah, tampak Jaemin yang melambai padanya dengan kemeja biru tua yang besar dengan celana rumahan selutut berwarna hitam. Tidak ada aroma apa pun bersama tampilan keringat, itu berarti Renjun belum terlambat.
Renjun kemudian menghampiri kursi yang tersedia dan menjatuhkan tasnya di tanah. Ia mengeluarkan beberapa camilan dan melemparkannya pada Jaemin. Kala Jaemin bersorak ria, pria itu bersitatap pada Jeno yang balas menatapnya dengan senyum.
"Kau terlihat bersemangat." Renjun memberikan siulan.
Jeno sontak melirik Jaemin. "Siapa yang tidak bersemangat jika harus mengalahkan seseorang hari ini."
Jaemin sendiri langsung tersenyum miring sembari menunjukkan jari tengahnya. Renjun dengan cepat meluncurkan sihir, demikian ringisan pria itu mengudara. Jeno terkekeh atas interaksi keduanya sebelum tiba-tiba bersimpuh. Dalam sekejap, mencuat bulu-bulu hitam yang panjang disusul perubahan kerangka tubuh; pria itu mulai berubah. Jeno dapat bertransformasi ke bentuk serigalanya dengan mudah kemudian mengibaskan ekornya penuh semangat.
Jaemin, yang tidak mau kalah, langsung membuang sembarangan bungkus camilannya sebelum ikut berubah wujud menjadi serigala. Seketika muncul dua makhlus buas berbulu yang berputar-putar di sekitar Renjun. Satu yang berwarna hitam dengan netra hijau, satu yang berwarna cokelat dengan netra emas. Si pria bermantel hanya tersenyum kecil sebelum menyandarkan tubuh dan menyimak dengan seksama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPHA - Park Jisung
Fiksi PenggemarBerawal dari ketidaksengajaan menyingkap eksistensi manusia serigala, hidup Jisung berubah sepenuhnya kala rentetan kejutan lainnya terungkap di kota kecil Snohomish. Demikian pria itu harus berdiri untuk dirinya sendiri, setelah apa yang terjadi; l...