07. a medicine for food

881 140 38
                                    

Sret

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sret.

Gorden besar itu terbuka, cahaya matahari itu tidak mengenai sampai keranjang, namun sunghoon terbangun akibat pelayan itu masuk seenak jidat kedalam kamarnya.

"Siapa yang membiarkanmu masuk?" Racaunya dengan suara serak khas bangun tidur.

Pelayan itu tersentak, tak menyadari tuannya sudah bangun, ia menundukkan punggungnya. "T-tidak tuan, aku hanya diberi tugas untuk membangunkan tuan"

Sunghoon duduk dipinggir ranjangnya dengan wajah masam, tubuhnya telanjang bulat jika saja selimut itu tidak menggantung diantara kakinya, bisa terlihat jelas area sensitifnya.

"Kamu lupa, membangunkan kami cukup dengan mengetuk pintu tiga kali" ujarnya, padahal tanpa diketuk pun sunghoon sudah biasa bangun pagi, atau terkadang mereka tak tidur. Mereka tak bisa merasakan kantuk, tidur hanya untuk terlihat seperti manusia biasa.

Pelayan baru itu nampak sangat ketakutan, bahunya bergetar, ia mengucapkan maaf terus menerus dan itu semakin membuat sunghoon sebal.

"Isokey, kemarilah" sunghoon tersenyum tampan, pelayan itu yang sedari tadi membuang arah wajahnya pun perlahan menatap sunghoon, wajahnya memerah bukan hanya wajah tampan itu tapi juga tubuh atletisnya.

Pelayan itu mendekat, sunghoon menarik salah satu tangan pelayan itu dan menciumnya lembut.

"Bagaimana rasanya bekerja disini?" Pelayan itu terdiam gugup, jantungnya berdebar tak karuan.

"B-begitulah"

"Hm? Begitulah? Kamu tidak menyukainya?"

Sret

Sunghoon menarik lengan itu hingga terduduk diatas salah satu kakinya, dan menatapnya sayu.

"B-bukan itu maksud-

"Sstt- bagaimana kalau kamu bekerja dibawahku saja" ucap sunghoon tepat ditelinga pelayan itu yang semakin memerah mengalahkan udang rebus.

"Seperti ini" tepat saat sunghoon mengatakan itu, pupil mata indahnya berubah merah darah yang menyeramkan, dua tarung tajam itu muncul dan tertancap pada leher sang pelayan yang menjerit kesakitan.

Sunghoon menghisap habis darah pelayan itu, hingga tubuhnya seakan mengering, bahkan pelayan itu meninggal dengan mulutnya terbuka lebar, saat sunghoon melepaskan pegangannya pada pelayan itu langsung terjatuh dilantai.

Sunghoon berdiri, sudah terbiasa tertidur dengan keadaan telanjang, ia menatap dirinya dari pantulan kaca. Yang awalnya tidak ada perlahan bayangan dirinya muncul.

Ia mengusap sisa sisa darah disekitar mulutnya.

"Lumayan, untuk sarapan. Ah kapan Jake menjadi sarapanku ya" racaunya sebelum menyiapkan dirinya untuk pergi sebagai sunghoon sang model.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INFERNO, Jake HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang