8. Tentang Putra Mahkota

61.1K 8.7K 28
                                    


Menjadi Putra Mahkota dari sebuah kerajaan besar seperti kerajaan Olivia, menjadi tanggung jawab tersendiri bagi Gabriel Wilde. 

Di saat anak bangsawan lainnya mendapatkan masa kanak-kanak mereka yang bahagia, berbeda dengan Gabriel yang hanya bisa melihat mereka dari atas balkon dengan sedih. Dulu, Gabriel kecil hanya bisa tertunduk dan pasrah.

Gabriel menghabiskan masa kecilnya hanya untuk belajar. Ia selalu dituntut untuk sempurna dalam semua bidang. Hidupnya terkesan dikekang dan dikendalikan dalam waktu yang lama.

Dalam setiap hari Gabriel selalu menghabiskan waktunya untuk menjadi putra mahkota yang sempurna. Terus seperti itu sampai Gabriel merasa jenuh dengan takdir hidupnya.

Suatu hari rasa penasaran Gabriel tentang dunia luar semakin menjadi. Dia hanya anak kecil berumur Tiga belas Tahun yang penasaran waktu saat itu. Dengan berani dia berhasil keluar dari dalam istana dengan samarannya.

Itu adalah pertama kalinya bagi Gabriel melihat dunia yang berbeda. Burung-burung terbang bebas diatasnya, begitu pula dengan rakyatnya yang tersenyum melakukan aktivitas mereka masing-masing. Gabriel tersenyum bebas disana.

Di hari itu, dengan kuda hitam miliknya Gabriel kecil terus menelusuri sisi kecil istana dengan antusias. Dia menikmatinya.  Sampai pada akhirnya Raja yang tahu Gabriel hilang, mengutus banyak kesatria dan pengawal untuk mencarinya.

Gabriel panik saat mengetahui itu. Ia melaju dengan cepat menunggangi kudanya kesembarang tempat. Semua terjadi begitu cepat bagi Gabriel, kudanya kehilangan kendali dan menjatuhkan Gabriel pada tebing yang curam.

Gabriel kehilangan kesadarannya. Namun saat ia membuka mata kembali, yang Gabriel lihat dihadapannya sekarang hanya ada gadis kecil yang tersenyum.

Cantik.

Itu yang terlintas di pikiran Gabriel. Pandangan mata gadis itu lembut bagaikan sutra, rambutnya yang berwarna coklat tua bersinar di mata Gabriel.

"Kau sudah bangun. Aku akan memberitahu ibu sekarang," gadis itu mengeluarkan suara untuk pertama kalinya.

Saat gadis itu berlari keluar, Gabriel mengamati sekitar dengan asing. Lalu tak lama kemudian gadis itu kembali dengan seorang wanita dewasa.

Gabriel yang melihatnya segera duduk dengan tubuh yang lemah.

"Tidak perlu memaksakan dirimu sendiri. Kau bisa tertidur lagi," ujar wanita dewasa itu kepada Gabriel.

"Aku adalah Katrine, dan dia adalah putri ku. Rosellina," Gabriel menatap gadis yang bersembunyi di balik punggung ibunya.

Katrine memegang tangan anaknya untuk mendekat, "Rose yang menemukan mu, dia berteriak jika ada yang terluka di bawa pohon apel," Katrine terkekeh kecil. "Apa yang terjadi dengan mu?"

"Aku terjatuh dari kudaku," Gabriel menjawab dengan lemah. Tapi fokus Gabriel kembali pada Rose, tangan kecil gadis itu memegang pelipisnya yang terluka.

"Ini tidak akan sakit lagi. Ibuku akan mengobatinya kembali nanti."

Gabriel tersenyum kecil menatapnya dan mengulurkan tangannya pada Rosellina. "Namaku Gabriel."

Rosellina menjabat tangan Gabriel dengan wajah bahagia, lalu berkata. "Aku Rosellina," ucapnya lembut.

***

Luka milik Gabriel terobati dengan baik oleh Katrine. Gabriel yang harus pulang terpaksa meninggalkan Rosellina pada hari itu juga. Gadis sepuluh tahun itu menatap kepergian Gabriel dengan Katrine di depan pintu rumahnya.

Rosellina melambaikan tangannya yang dibalas oleh Gabriel. Ia tersenyum, tidak akan menyesal dengan apa yang terjadi.

Di waktu selanjutnya Gabriel terus menyusup keluar istana dan datang untuk bermain bersama Rosellina. Mengajari gadis itu tentang banyak hal.

Mereka akan menangkap kupu-kupu bersama, memanjat pohon apel bersama, dan menganggu Ibu Katrine yang sedang berkebun. Gabriel tentu bahagia, hanya saat bersama Rosellina ia merasa menjadi dirinya sendiri.

Namun Raja yang tahu, menghukum Gabriel dan tidak membiarkan ia keluar istana lagi. Gabriel mendapatkan pelajaran yang lebih banyak lagi setelahnya, dan itu semakin membuatnya tertekan.

Setiap hari saat senja tiba, Gabriel akan berlari ke atas menara paling tinggi, dan menatap Desa yang ditempati oleh Rosellina dari jauh.

Hal itu juga terjadi bagi Rosellina. Hari-harinya, menjadi kelam kembali saat Gabriel tidak pernah datang lagi. Rose selalu menunggu Gabriel di depan rumahnya. Menunggu lelaki itu untuk kembali.

Empat bulan kemudian mereka kembali saling bertemu lagi. Gabriel berusaha sekuat tenaga untuk melarikan diri di istana. Dan saat ia turun dari kudanya, ia melihat Rosellina yang berlinang air mata sedang menunggunya.

"Gabriel. Kamu tahu, Ayah datang kerumah. Aku bahagia, dia terlihat gagah sama seperti mu."

Gabriel mendengarkan semua cerita gadis itu. Saat ini keduanya sedang berbaring di tumpukan jerami bersama.

Rosellina membalikkan badannya untuk melirik Gabriel. "Tapi Ibuku bilang, aku tidak akan pernah bisa tinggal bersama Ayah, bagaimana menurutmu?"

Gabriel mengerutkan keningnya berfikir, "Seperti apa pria itu?"

"Dia sama seperti mu, misterius. Aku hanya mengetahui wajah dan namanya, namun dia memiliki sorot mata yang tajam saat melihat ku," Rosellina tersenyum menatap mata Gabriel. "Sedangkan Gabriel selalu menatap ku dengan mata lembut."

Gabriel tersenyum mendengarkannya. Dia mengeluarkan kalung dengan liontin berwarna biru laut. "Aku mendapatkan ini berkat usaha ku, untukmu."

Mereka berdua terduduk bersama. Bayangkan wajah gadis lugu itu saat Gabriel memasangkan kalung itu di lehernya.

"Setelah ini mungkin kita akan jarang bertemu kembali."

"Apa yang terjadi dengan Gabriel? Kenapa Gabriel tidak pernah memberitahu ku dengan apa yang terjadi."

"Nanti saat dewasa kamu akan mengetahui alasannya. Aku hanya berharap untuk kita terus bersama, bermain bersama dan tertawa bersama."

Gabriel menghapus air mata yang keluar di pelupuk mata Rosellina. "Aku akan berusaha untuk kita segera bertemu lagi. Aku janji."

Dibawah awan kelabu hari ini, sepasang anak manusia saling berpegangan tangan diiringi oleh suara rintikan hujan yang menghiasi. Berharap bisa menjalani masa kini ataupun masa depan bersama-sama dengan senyuman.

***

Saat Gabriel kembali ke desa itu beberapa bulan kemudian. Semuanya telah berubah, tidak ada Rosellina yang menunggunya lagi di depan pintu.

Bibi Katrine meninggal dunia dan yang bisa Gabriel lihat sekarang, hanya batu nisan perempuan itu.

Gabriel bingung, dia merasa bersalah karena meninggalkan Rosellina di dalam waktu yang suram. Kini bahkan dia tidak tahu keberadaan gadis itu lagi.

Gabriel tumbuh menjadi lelaki yang pendiam. Setiap hari jika ada waktu, dia selalu menelusuri Desa yang pernah ditempati oleh Rosellina. Berharap dia bisa melihat gadis itu kembali, tersenyum kepadanya dan melompat untuk memeluknya.

Bertahun-tahun Gabriel tidak pernah menyerah untuk mencari Rosellina. Namun di satu sisi dia tidak bisa berlari dari tanggung jawab nya sebagai Putra Mahkota.

Gabriel bagaikan boneka yang dikendalikan oleh ayahnya, Raja Jasper. Bahkan saat Ayahnya meminta agar dia bertunangan dengan Lady Adhisty, Gabriel tidak bisa membantah.

Malam itu adalah malam dimana Gabriel dan Adhisty bertunangan. Ini pertama kalinya Gabriel datang ke kediaman Duke Naveen. Namun beberapa waktu kemudian tubuh Gabriel menegang seketika saat seorang gadis masuk ke dalam ruangan.

Gabriel tidak tahu dengan dirinya sendiri, alih-alih tenang ia malah menetaskan air mata saat melihat gadis itu.

Duke Naveen kemudian mengenalkan gadis itu kepada Raja.

"Dia adalah Celine Rosellina. Putri kedua ku."

***

Lady CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang