Adhisty telah ditetapkan sebagai tersangka dari pembunuhan Raja Jasper. Dengan itu semua pihak kerajaan telah memutuskan hukuman mati bagi Adhisty.Gabriel menatap Adhisty dari kejauhan. Gadis itu sedang mengakui kesalahannya dan meminta maaf pada para rakyat yang berdiri di halaman istana.
Para penduduk menangis ketika hukuman bagi Adhisty telah ditetapkan.
Ketika Gabriel bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Adhisty. Gadis itu hanya diam dan tidak pernah mengeluarkan suaranya kembali pada Gabriel.
Pikiran Gabriel benar-benar menjadi hancur karena semua ini. Setelah kerajaan Olivia memenangkan peperangan, Gabriel kira semuanya telah berakhir. Namun Gabriel salah, ayahnya telah terbunuh oleh pasangan Gabriel sendiri. Adhisty.
Lelaki itu mencoba tidak percaya, namun bukti yang begitu kuat menetapkan Adhisty sebagai pelakunya.
Adhisty berjalan di kelilingi oleh banyak pengawal disisinya. Gadis itu berhenti berjalan dan menatap Gabriel.
"Adhisty katakan yang sebenarnya padaku sekarang .. Kau masih memiliki kesempatan untuk membela diri."
Namun lagi-lagi Adhisty hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan yang Gabriel berikan padanya.
Adhisty melewati tubuh Gabriel. Dengan sikap diamnya, Adhisty berharap pria itu mengerti dengan apa yang telah terjadi.
Seberapa keras Adhisty menentang, itu tidak akan pernah berguna karena dirinya sendiri lah yang menuangkan racun itu pada minuman Raja Jasper.
Celine dan Dominic sedang berdiri di lorong istana, ketika Adhisty sedang berjalan ke tempat eksekusi nya.
Celine memperhatikan Adhisty, tidak ada lagi hiasan indah yang terletak di rambut gadis itu. Sebaliknya, Adhisty terlihat begitu menyedihkan dengan gaun polos sederhana yang ia kenakan.
Adhisty berjalan cepat untuk memeluk Celine. Sedangkan beberapa pengawal segera mundur memberi mereka ruang.
"Katakan pada Ayah, jika aku sangat menyayanginya."
Adhisty menatap mata Dominic sejenak. "Segera pergi dari istana Dominic, tempat ini begitu mengerikan!"
"Jika kau tidak ingin hancur. Pergi sekarang juga dan bawa Celine di sisimu."
Dominic mengangguk mengerti.
Celine dan Dominic menjauh dari jalan yang akan Adhisty lewati. Bahkan di detik-detik terakhir hidupnya, gadis itu masih berjalan dengan kepala terangkat.
***
Hukuman bagi Adhisty di lakukan dengan tertutup.
Gadis itu berdiri di tengah-tengah tempat eksekusi nya dengan begitu tenang. Dia menatap Gabriel yang sedang berdiri di atas bersama dengan orang-orang istana lainnya.
Adhisty tersenyum membuat Gabriel tersentak.
Adhisty tidak akan pernah menyesal karena telah mencintai Gabriel. Mencintai lelaki itu adalah hal paling membahagiakan di dunia ini.
"Aku telah berhasil mencintaimu sampai sekarang."
Gabriel berdiri tegak melihat sebuah tali dikalungkan pada leher Adhisty. Pria itu menutup matanya sebentar.
Bahkan sampai akhir hidup gadis itu, Gabriel tidak bisa memberikan nya sebuah cinta. Gabriel merasa bersalah karena hal itu.
Dia segera mengingat kenangannya bersama Adhisty.
"Aku telah menyelesaikan beberapa dokumen pekerjaan mu. Kau bisa beristirahat sekarang Gabriel."
Saat itu Adhisty membantu Gabriel mengurus pekerjaan lelaki itu.
"Gabriel kau melupakan mantelmu."
"Kau pasti sangat lelah Gabriel."
Saat dimana Adhisty menyelimuti tubuh Gabriel yang tertidur di meja kerjanya. Padahal Gabriel tahu apa yang gadis itu lakukan.
Tubuh Gabriel seperti akan runtuh kebawah ketika dia melihat tubuh Adhisty jatuh dan tali itu segera menjerat leher Adhisty.
Adhisty tidak memberontak sedikit pun membuatnya mati dengan mata tertutup dan wajah yang begitu tenang.
Seakan tidak percaya, tubuh Gabriel akan runtuh jika saja Hector tidak menahannya.
Gabriel menepis Hector menjauh dan menutup wajahnya sendiri menggunakan kedua tangannya dengan begitu kasar.
***
Para penduduk di halaman istana menjerit penuh pilu ketika tahu Adhisty telah tiada.
Gadis itu pergi dengan kehormatan yang diberikan para rakyat karena kebaikannya selama ini.
Sedangkan Celine sedang duduk berhadapan dengan Dominic. Pria itu menutup kedua telinga Celine dengan tangannya, saat jeritan tangis para rakyat terdengar begitu nyaring.
Celine menutup kedua matanya dan menangis tanpa bersuara.
Sedangkan di tempat lain. Duke Naveen sedang duduk tenang menatap ke luar jendela.
"Hukuman lady Adhisty telah dilakukan." Ucap Stefanus berdiri di belakang Duke Naveen.
Stefanus memperhatikan tubuh Duke Naveen yang bergetar karena menahan tangisnya.
Stefanus tidak bisa untuk menahan dirinya sendiri untuk mengeluarkan air mata.
Membayangkan betapa menyedihkannya takdir seorang Duke Naveen. Anak lelakinya, yang ia didik sedari kecil untuk menjadi penerusnya telah gugur di medan perang. Lalu Putri pertamanya, yang Duke rawat seperti berlian berharga, telah pergi meninggalkannya sekarang.
Dan Stefanus berfikir apakah ini belum cukup juga bagi Duke Naveen .. Dia mengingat lady Celine yang akan segera meninggalkan hidup Duke Naveen juga karena racun yang berada di tubuhnya.
Duke Naveen akan menghabiskan sisa hidupnya dengan kesendirian yang begitu menyedihkan. Berbanding terbalik dengan keinginannya dulu untuk hidup bahagia bersama anak-anaknya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Lady Celine
FantasyBijak dalam memilih bacaan! Celine Rosellina, di kenal sebagai anak tidak berguna dari kediaman bangsawan Naveen. Sedangkan Adhisty Camerin, anak kedua Duke Naveen yang dikagumi oleh semua penduduk kerajaan Olivia. Putri Duke yang selalu menjadi pa...