32. Ambisi Hugo

41.8K 6.1K 223
                                        

"Bertarung lah bersama ku Dominic," Hugo mengangkat ujung pedangnya ke atas, matanya yang tajam tidak luput dari perhatian Dominic.

"Jangan membuang waktu ku, Paman."

Hugo berjalan cepat ke arah Dominic untuk menarik kerah baju keponakannya.

Dominic tertarik ke depan, dia mengamati mimik wajah Hugo yang menggelap. "Jangan hancurkan rencana yang aku jalani selama ini, Dominic!"

"Berhentilah menyembunyikan dirimu. Dan bertarung lah dengan ku sekarang!" Hugo melepaskan kerah baju Dominic, membuat pria itu terhuyung ke belakang.

Lalu kemudian Hugo melemparkan satu pedang yang segera Dominic tangkap. Di malam yang sepi, mereka berdua saling berhadapan.

"Aku tahu, kau selama ini selalu pergi untuk menemui Putri dari Duke Naveen."

Hugo maju untuk menyerang Dominic, namun Dominic menahan serangan Hugo dengan tetap tenang. "Kau harus berfokus pada masa depan mu, dan tinggalkan semua yang mengganggu mu."

"Karena kau .. Memiliki jalan yang berbeda dengan apa yang Gabriel punya."

Dominic mendengarkan itu semua, ia segera mengangkat pedangnya untuk menyerang Hugo.

Hugo dengan cepat segera menangkisnya, membuat tubuhnya berputar karena serangan yang dominan lakukan. Ya, memang benar! Dominic adalah keponakannya, melihat bakat yang Dominic miliki semakin membuat Hugo berambisi.

"Jadi, biarkan aku tetap memilih untuk berada di jalanku selama ini."

Mendengarkan itu membuat Hugo lebih membabi-buta untuk menyerangnya. Namun kemampuan berpedang Dominic memang tidak bisa untuk diragukan kembali.

"Jangan sia-sia kan rencana yang aku bangun, Dominic. Karena aku hidup selama ini hanya untuk melihat keberhasilan dari mu."

Mereka berdua berhenti, saling menatap dengan suara nafas yang berat. Karena selama ini alasan Dominic berada di sisi lady Celine adalah hanya untuk melindungi gadis itu dari jangkauan Hugo.

Dominic tahu, Hugo tidak akan segan-segan untuk menghabisi sesuatu yang berhubungan dengan putra mahkota Gabriel.

"Berhentilah memaksakan sesuatu yang membebani dirimu sendiri," Ujar Dominic.

Hugo menggelengkan kepalanya, menunjukkan wajah lelah pada Dominic. Pria itu terlihat sangat kukuh dengan pendirinya selama ini.

"Karena seperti yang Ratu Aleda katakan dulu," Hugo membelakangi Dominic, "Dia bilang hanya harus ada satu Ratu di kerajaan ini, maka dari itu juga hanya harus ada satu putra mahkota."  

Dominic menatap punggung Hugo, sebelum pria itu melanjutkan ucapannya kembali. "Yang akan menjadi Raja di masa depan hanya harus satu orang, dan itu harus kau. Dominic."

Hugo pergi meninggalkan Dominic sendirian. Membuat Dominic berfikir keras setelah kepergiannya.

Hugo terlalu berambisi untuk menjadikan Dominic Raja di masa depan. Dia menghabiskan waktu hidupnya selama ini, hanya untuk mempersiapkan sesuatu yang gila.

Apapun akan Hugo lakukan untuk membalas sakit yang Ratu Aleda berikan pada mendiang adiknya.

***

Gabriel sedang berada di ruangan kerjanya. Memikirkan bagaimana keadaan Celine di tempat pengasingan. Apakah gadis itu baik-baik saja, apa saja yang dirasakan gadis itu sekarang?

Gabriel menutup matanya, kepalanya bersandar pada sanggahan kursi di belakang.

Lady Adhisty datang dan masuk ke dalam. Menatap Gabriel yang sedang memejamkan matanya, pria itu nampak sangat kelelahan.

Adhisty melangkah untuk mendekat pada Gabriel. Pria itu nampak tidak terganggu dengan kehadiran Adhisty, dan tetap menutup matanya.

Adhisty duduk di pangkuan Gabriel. Memegang wajah Gabriel dengan kedua tangannya, dan meniup telinga pria itu.

Ketika Gabriel membuka matanya, mereka berdua saling menatap. Adhisty mengusap pelan rambut Gabriel, dan membisikkan sesuatu pada telinga pria itu.

"Aku tahu, yang ada di kepalamu sekarang hanyalah gadis itu."

Gabriel hanya diam, membuat Adhisty melanjutkan aksinya kembali. Gadis itu mencium dada Gabriel dengan begitu mesra, lalu melumut bibir Gabriel.

"Tapi Gabriel. Yang berada disisi mu sekarang hanyalah aku."

"Adhisty Camerin ... "

***

Lady CelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang