Talita terperanjat ketika tangan keriput Nenek menyentuh bahunya. Dengan cepat Ia mencoba menghapus air mata, menyembunyikan kesedihan yang menyesakkan dada.
Tetapi Neneknya bukanlah wanita yang dengan mudah dibohongi. Wanita tua itu sudah memiliki mencicipi banyak pengalaman, pahit manis kehidupan telah Ia rasa sepenuhnya.
"Kenapa?" Tanyanya lembut sambil duduk di samping cucunya.
Talita hannya menggeleng mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja. Namun saat Nenek membawanya kedalam pelukan, Talita tidak lagi mampu membendung airmatanya. Entah mengapa Ia tidak bisa menyembunyikan apapun dari Nenek.
Talita tidak mampu berkata, hannya air mata dan tangis pilu yang terusbkeluar tanpa henti seolah menjawab pertanyaan Nenek.
Bukankah Althaf telah begitu jahat pada Talita? Setidaknya bisa menolaknya dengan halus tanpa menyinggung harga diri. Jadi selama ini Althaf menganggap bahwa dirinya tidak memiliki harga diri sama sekali? Talita juga bukan wanita kemurahan itu.
"Althaf jahat, Nek. Dia ngomong tanpa terlebih dahulu mikir kalau perkataannya bisa melukai hati Talita."
Talita menceritakan semuanya kepada Nenek. Ya, semuanya mulai dari awal bertemu, Talita yang mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, sampai perkataan pedas yang keluar dari mulut Althaf saat pulang sekolah tadi.
Bukankah perkataan Althaf terlalu kasar untuk diucapkan kepada seorang Wanita?
"Sebenarnya Dia itu gak jahat."
Talita melepaskan pelukannya dan langsung menatap Nenek. Apa maksudnya? Bukankah sudah jelas dari perkataan yang keluar dari mulut Althaf tadi.
"Iya, dia gak jahat. Hannya saja harapan Talita yang terlalu kuat. Dia juga sedang tidak mengabaikannya, hannya saja hati Talita yang terlalu nyaman. Nyaman pada tempat yang tidak tepat."
Nenek menghapus air mata Talita dengan tangan keriputnya. "Untuk itu jangan biarkan hatimu terlalu yakin, hingga merasa nyaman pada seseorang yang belum tentu memberi kepastian kepadamu. Sebab, Jika Talita lebih berhari-hari menjaga hati, maka bisa jadi kamu tidak akan kecewa dan terluka. Terkadang orang yang kamu anggap jahat dan membuat hatimu kecewa tak lain adalah dirimu sendiri."
Nenek membaringkan tubuh Talita di atas tempat tidur, kemudian menutupi tubuh cucunya dengan selimut. Ada rasa yang sulit diungkapkan atas perlakuan Nenek yang tidak pernah Ia dapatkan dari kedua orang tuanya.
Ditatapnya wajah yang telah keriput dimakan waktu. "Jadi aku harus apa, Nek?"
Nenek ikut membaringkan tubuhnya di samping Talita. "Cintai dulu yang menciptakannya baru ciptaannya. Ingat kisah cinta zulaikha? Ketika zulaikha mengejar cinta yusuf maka Allah menjauhkan Yusuf dari nya. Namun ketika zulaikha mengejar cintanya Allah maka Allah datang kan Yusuf pada nya.
"Cinta itu suci, jaga kesucian cinta itu dengan tidak maksiat kepada Allah, jika Allah sudah melarang maka itu pasti baik. Lakukan apa yang diperintahkan dan tinggalkan apa yang dilarang-Nya. Karena hakikatnya wanita dikejar bukan mengejar, minta sama Allah untuk menjaga hatinya, dan atas izin-Nya Allah jaga hati itu untuk kamu."
Talita menatap langit langit kamar. Tidak, lebih tepatnya menatap sarang laba-laba yang menggantung di sudut rumah.
"Nah gimana mau Allah bantu, kamu aja gak pernah mintak. Sombong amat." Cetus Nenek kemudian langsung mematikan lampu dan keluar meninggalkan Talita dalam kegelapan.
"Minta sama Allah?" Entahlah, Talita sendiripun tidak ingat lapan terakhir kali Ia berdoa meminta pertolongan kepada Allah.
Seketika Ia langsung ingat dengan Althaf yang tidak pernah meninggalkan sholat wajib maupun sunnah. Talita sering melihat Althaf sholat di mushola sekolah saat waktu istirahat dan setiap paginya tanpa Orang lain tahu Althaf selalu menghatamkan 1 juz Al-quran.
Bagaimana Ia bisa menginginkan orang seperti Althaf menjadi pendamping hidup atau hannya sekedar pacarnya. Bukankah jodoh cerminan diri?
Talita langsung bangkit, menyalakan lampu kamar dan langsung berdiri di depan cermin.
"Kalau jodoh cerminan diri sendiri." Talita langsung menggeleng. "Aku gak mau punya suami yang kerjaannya kayak aku, setiap waktu terus memikirkan orang lain."
Dan untuk malam itu Talita bertekat untuk merubah dirinya agar mendapatkan jodoh yang baik.
***
"Cewe jangan jadi bucin. Mau sesuka apapun sama cowok jangan pernah ngerendahin diri! Biar aja dia yang ngejar." Ucap Fatimah sedikit berbisik agar tidak terdengar sampai ke telinga Guru di depan.
"Kalau dia gak mau?" Tanya Talita yang juga ikut berbisik.
"Ya, berartin kamu bukan tipenya dia, gak usah maksain sampek segala cara dilakuin. Tau dah effort buat cowok yang belum tentu jadi suami. Curhat sama temen, sama Nenek sampai nangis darah. Giliran di ajak mikir pakai logika bantah sana sini."
Mungkin ini nasihat terakhir yang Fatimah berikan untuk Talita, dia juga bosan dengan sikap Talita yang terlalu merendahkan dirinya untuk Althaf.
Tugas kita bukanlah mengubah hati orang, tugas kita bukan menghukum kepada orang lain. Namun tugas kita adalah untuk menyampaikan kebaikan dengan niat melakukan kebaikan ke atas orang lain.
Semakin seseorang kenal akan keagungan Allah, semakin takut dirinya kepada Allah. Sesungguhnya rahmat Allah lebih besar daripada dosa seseorang.
Tanpa hidayah taufiq Nya, tidak mampu kita melakukan amal ibadah, kebaikan, ketaatan dan wajiblah kita bersyukur. Yakinlah bahawa Allah SWT mengkehendaki kebaikan ke atas diri kita.
Fatimah hannya ingin membawa Talita menuju ke jalan kebenaran, memang dulu Fatimah juga salah satu yang melakukan segala maca cara untuk mendapatkan tempat di hati Althaf. Namun Fatimah mulai sadar mau dengan siapapun Ia berpacaran bahkan dengan orang soleh sekalipun, pacaran tetaplah haram.
Tidak akan berubah hukumnya menjadi wajib jika berpacaran dengan orang sholeh.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Senin, 5 September 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]
Teen Fiction[Update setiap hari : Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu] Percayalah! Caramu jatuh cinta begitu mahal untuk dihargai. Tidak semua orang sanggup menahan rasa kagumnya, apalagi ketika dihadang kekhawatiran ketika orang yang Ia kagumi diambil orang lain. W...