Hari ini Syifa tidak ke sekolah karena sakit, memang dari kemarin wajahnya terlihat pucat. Talita dan Fatimah akan pergi menjenguk Syifa ketika pulang sekolah nanti
Sebelum sampai mereka harus melewati jalan setapak dahulu. Kekuatan kaki dan penglihatan harus benar-benar dikerahkan. Salah melangkah mereka akan jatuh kedalam rawa atau semak belukar. Ditambah lagi hujan membasahi permukaan, membuat jalanan semakin sulit dilalui karna licin.
"Aku takut, Ta." Ucap Fatimah yang berjalan di belakang Talita.
"Takut Kenapa?" Talita tidak menoleh pandangannya hannya tertuju pada jalanan. Sambil sesekali melihat se plasti berisi jeruk.
"Nanti Syifa gak sukak sama kehadiran aku gimana."
"Kamu lebih kenal Syifa dari pada aku Kan? Coba aja fikir emang dia sanggup ngusir kamu dari rumahnya? Apa hatinya bisa setega itu?"
Fatimah berfikir sejenak, Ia mencoba menerima perkataan Talita. Ya, tidak akan mungkin Syifa setega itu dengannya. Biar bagaimana pun mereka telah lewati tawa dan tangis bersama-sama.
Setelah 20 menit lamanya mereka berjalan, akhirnya sampai di tempat yang dituju. Ibu Syifa langsung menyuruh mereka untuk masuk ke kamar saja.
Awalnya Fatimah sedikit ragu jika Syifa tidak menerima kedatangannya, namun dengan cepat Talita meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Keadaan Syifa benar-benar menyedihkan. Wajahnya begitu pucat, lingkar matanya menghitam dan terlihat bengkak akibat terlalu lama menangis. Apakah sampai sewaktu itu? Jika iya kenapa tidak pergi kerumah sakit saja.
"Kamu kok bisa kayak gini?" Talita langsung menyerahkan kantong plastik berisi jeruk yang tadi dibawa.
"Udah minum obat?" Tanya Fatimah sedikit ragu.
Syifa tidak menjawab, pandangannya kosong. Ia hannya menangis tanpa suara, Talita dan Fatimah saking melempar pandangan bingung akan sikap Syifa.
"Kenapa?" Talita langsung menghapus air mata yang membasahi kedua pipi. "Sakit banget Ya?"
Fatimah tidak tega melihat Syifa yang terlihat begitu menderita. Tanpa sadar Fatimah mendekat dan langsung memeluk tubuh lemah Syifa.
Syifa meraung, menangis sejadi- jadinya. Talita juga ikut memeluk Syifa, memberikan semangat bahwa dia adalah wanita yang kuat, dan pasti bisa melewati rasa sakit ini.
***
Saat pulang Talita berfikir kenapa Syifa begitu aneh, Ia bahkan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Namun segera Ia tepiskan fikiran buruk itu, mungkin saja Ia begitu merasakan sakit ditubuh sehingga tidak mau berbicara, tubuhnya yang begitu lemah akan semakin lemah jika terlalu banyak bicara.
Tetapi untungnya Talita dan Fatimah sudah menjelaskan apa yang menjadi perselisihan diantara mereka, semuanya hanyalah kesalah pahaman bahwa Fatimah tidak pernah sedikitpun berniat ingin menikung Talita dari belakang.
Talita melihat wajah Fatimah, terdapat seutas senyum yang dari tadi tidak pernah luntur. Talita juga ikut tersenyum karena Syifa mau memaafkan Fatimah. Semuanya sudah baik baik saja sekarang. Hannya tinggal menunggu Syifa sembuh dan mereka akan habiskan waktu selalu bersenda gurau seperti dulu.
***
Talita duduk di atas sajadah. Sudah lama Ia tidak merasakan de dekat ini dengan Sang Pencipta. Talita merasakan bahwa imannya sedang naik turun.
Seusai salam, Talita hannya berdiam diri, menutup wajah dengan kedua tangan. Meresap sesak yang kembali marak.
"Ini menyiksa ya Allah." Lirih Talita dengan suara pilu. "Disaat dulu aku merasa begitu dekat denganmu, bisa berceloteh panjang lebar. Namun kini aku hannya terdiam. Lidahku kelu, akibat permohonan yang layaknya seperti angin, hannya berlalu. Sebab kesalahan yang dijanjikan tak kan ku ulangi, kini kembali terulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]
Teen Fiction[Update setiap hari : Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu] Percayalah! Caramu jatuh cinta begitu mahal untuk dihargai. Tidak semua orang sanggup menahan rasa kagumnya, apalagi ketika dihadang kekhawatiran ketika orang yang Ia kagumi diambil orang lain. W...