Syifa menangis di sudut kamar dalam keadaan gelap, segaja tidak menghidupkan lampu kamar. Tangannya bergerak memeraih handphone yang berada di atas meja belajar. Ia mencoba menghubungi Yusuf, namun panggilan itu malah ditolak begitu saja oleh Yusuf.
Tampaknya Yusuf pun ingin balas dendam dengan Syifa yang sudah berani mempermainkan hatinya.
Setelah beberapa kali mencoba menghubungi akhirnya Yusuf menjawab. Senyum Syifa langsung mengembang dengan cepat Ia meletakkan handphonenya didekat telinga.
"Aku tahu kalau kamu marah sama aku, tapi tolong maafin aku." Nada Syifa semakin memelas.
Hannya ada hembusan nafas kecewa yang terdengar dari sebrang sana.
"Aku mau kita balikan lagi."
"Apa?" Tanya Yusuf memastikan apakah yang Ia dengar tidak salah.
"Iya, aku mau kita balikan lagi."
"Kamu pikir aku tisu yang bisa kamu pakai saat lagi perlu? Atau kamu pikir aku tv yang bisa kamu tonton saat lagi bosen?"
"Aku mohon maafkan aku, sekarang aku sadar bahwa aku gak bisa hidup tanpa kamu."
"Heh, dengerin! Aku punya harga diri. Jangan pernah seenaknya memutuskan segala sesuatu yang berkaitan sama aku. Paham!"
Tanpa sadar air mata Syifa jatuh membasahi kedua pipinya. "Tolong kasi aku satu kesempatan lagi." Suara Syifa bergetar karena menahan tangis agar tidak pecah.
"Kesempatan? Aku bahkan udah kasi kesempatan saat aku ngehubungi kamu. Tapi apa hasilnya? Kamu masih kekeh dengan alasan takut dosa. Nah sekarang kenapa malah minta balikan? Udah gak takut lagi sama dosa?"
"Tapi...." Belum sempat Syifa melanjutkan ucapannya karena langsung dimatikan sepihak oleh Yusuf.
Tangisnya pecah begitu saja, tak mampu lagi Ia tahan. Handphonenya Ia lempar begitu saja karena menyesal kenapa harus terpengaruh dengan ucapan Fatimah.
Apa yang pernah Syifa lakukan sampai dengan tega Fatimah merusak kehidupan masa mudanya. Ia hannya ingin menikmati masa muda yang tak akan pernah datang dua kali. Menikmati dengan cara sama seperti anak muda pada umumnya.
***
Kelulusan sekolah hannya tinggal menghitung hari saja, tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, sepertinya Talita merasakan menjadi murid baru yang mengenalkan dirinya di depan kelas. Ia masih ingat semuanya, tak terkecuali sepasang mata yang sibuk dengan buku bacaan sementara puluhan pasang mata yang lain sibuk memperhatikan Talita.
Talita tidak akan pernah melupakan semua momen yang ada, bahkan cintanya ditolak mentah-mentah oleh Althaf. Semua itu tidak bisa hilang dari ingatan walau Talita sudah bersusah payah melupakannya.
Walaupun Talita begitu mencintai Althaf, tetapi dia tidak ingin mengambil Althaf dari Fatimah. Jika dari awal Talita tahu bahwa yang ada dihati Althaf adalah Fatimah, Ia tidak akan menghabiskan waktunya untuk mengemis cinta.
Sudah jelas bukan? Althaf selalu menjaga jarak ketika berinteraksi dengan perempuan, tapi apa yang pernah Ia lihat dulu. Althaf dan Fatimah berada di dalam kelas dengan jarak yang sangat dekat. Dan hannya ada mereka berdua di kelas, hal itu semakin membuat Talita yakin bahwa mereka mempunyai hubungan.
Miris, mereka sendiri yang mengatakan bahwa pacara itu dosa, tetapi mereka sendiri juga melakukannya bukankah mereka bisa dibilang munafik?
"Aku gak akan mau lagi hidup dengan apa kata orang." Sela Syifa yang duduk dibangku dengan Talita. Semenjak kejadian itu Talita memutuskan untuk tidak lagi sebangku dengan Fatimah.
Talita mengangguk setuju, benar apa yang dikatakan Syifa. Ini hidup mereka, dan mereka berhak mengambil keputusan untuk kehidupannya. Bukan Fatimah yang memberi makan mereka, lantas kenapa harus mengikuti ucapannya?
"Iya, ini kehidupan kita, terserah kita mau melakukan apa, apapun akhirnya bakal kita sendiri yang ngejalanin Kan?"
Syifa mengangguk sambil tersenyum. "Oiya, aku sama Yusuf udah balikan lagi." Pekik Syifa girang.
Jujur Talita bingung harus ikut senang atau mengeluarkan pendapatnya, namun sebagai sahabat yang baik Talita juga ikut memasang ekspresi bahagia.
Nasihat-nasihat yang selalu diberikan oleh Fatimah sudah merubah sedikit pola pikirnya. Ia juga setuju pendapat pacaran yang hannya membuang waktu saja.
Karena jodoh itu unik
Ada yang pernah kenal tapi tak berjodoh.
Ada yang belum pernah kenal lalu berjodoh.
Ada yang pernah ketemu tapi tak berjodoh.
Ada yang belum pernah ketemu tapi berjodoh.
Ada yang pernah dekat dalam jangka waktu yang sangat panjang tapi tak perjodoh.
Ada yang selalu disebut namanya di sepertiga malam tapi tak berjodoh.
Ada yang belum pernah disebut namanya duapertiga malam tetapi berjodoh.
Ada yang dekat tapi tak berjodoh.
Ada yang jauh tapi berjodoh.Semakin bertambah umur semakin dewasa pula pemahaman Talita, bahwa hidup tidak selalu tentang cinta, sudah cukup bermain dengan perasaan. Sekaranglah waktunya untuk merubah masa depan.
Nanti akan ada waktu dimana bisa memikirkan jodoh, tapi bukan sekarang, karena sekaranglah waktu dimana harus bisa mencapai apa yang dicita-citakan.
Karena Talita juga tidak tahu siapa duluan yang akan menjemputnya akad atau maut.
Yang terpenting Talita tidak akan membuang waktunya hannya untuk kembali mengemis cinta manusia. Ia hannya ingin mencari cinta Allah semata. Fokus memperbaiki diri dengan menjadikan diri lebih baik dari yang sebelumnya, cukup menjauhi larangan-Nya dan mematuhi semua perintah-Nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Minggu, 16 Oktober 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Gak Harus Pacaran✔️ [Tahap Revisi]
Teen Fiction[Update setiap hari : Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu] Percayalah! Caramu jatuh cinta begitu mahal untuk dihargai. Tidak semua orang sanggup menahan rasa kagumnya, apalagi ketika dihadang kekhawatiran ketika orang yang Ia kagumi diambil orang lain. W...